"Bukan bermaksud melukai, hanya saja alam tak merestui."
-Ansitazetera***
Wanita dengan rambut sepinggang nampak duduk di sebelah seorang laki-laki yang tengah tidur. Berkali-kali ia menatap arloji yang melingkar di tangannya. Masih ada sepuluh menit sebelum waktu mengumpulkan laporan ke universitas tiba.
"Iel ....
"Kamu tahu nggak, kalau semua yang aku bilang nggak main-main?"
Wanita tersebut menghela napas sebentar. Perlahan, tangan mulusnya menggapai tangan kekar di depannya.
"Aku masih sayang sama kamu. Aku nggak bohong. Aku tahu, kamu pasti sakit hati karena aku menikah dengan orang lain, 'kan? Iya ... aku dan ayahku memang jahat."
Tera merasakan matanya memanas. Ia rindu laki-laki di depannya kembali bersikap seperti dulu. Bagaimanapun juga ... Daniel adalah cinta pertamanya.
"Maaf ... Aku bukan bermaksud melukai, hanya saja alam tak merestui."
Perempuan itu segera mengemasi kertas-kertas yang ada di pangkuannya. Ia lantas berdiri, meregangkan ototnya yang sedikit pegal akibat terlalu lama duduk.
"Aku sayang kamu," ucapnya sambil mencium tangan yang tadi sempat ia genggam. Tepat setelah mengatakan itu, ia pergi untuk mengumpulkan laporan yang sudah ditunggu oleh pihak universitas.
Mata Daniel terbuka. Sebenarnya, sejak tadi ia tidak tidur. Ia hanya berpura-pura karena jengah melihat kelakuan Tera yang pasti akan manja dan menuntut Daniel melakukan permintaannya.
Pikirannya lantas kembali berlabuh pada peristiwa kemarin. Ketika ia mengusir gadisnya pergi.
***
"Ih ... kamu dapet foto-foto aib anak basket dari mana, Zah?" tanya Angel ketika ia dan sahabatnya—tanpa Feby—berkumpul di depan laptop Zahra.
"Eh, aku punya aib dari tiap ekskul. Nih, anak dance juga ada."
Angel menatap laptop dengan antusias. Lantas ia menemukan foto dirinya tengah tersenyum. Akan tetapi, senyumnya terlihat aneh, seperti ... menahan berak?
"Woi! Hapus nggak?!" Kini Angel merebut mouse yang tengah dipegang Zahra.
"Iiih ... apaan, buat kenang-kenangan tau."
Akhirnya, perdebatan terjadi di antara keduanya. Sasa hanya menggelengkan kepala lantas lanjut melihat-lihat aib yang dikumpulkan Zahra. Gila memang, foto aib di laptop Zahra sangat banyak. Ada foto sekumpulan anak PMR yang tengah mangap, foto Jono—ketua kerohanian sekolah—tengah tersenyum seperti Joker, foto Feby dengan hidungnya yang mekrok serta berpose seperti orang gila juga ada, dan tak disangka-sangka ada pula foto Sasa yang tengah tidur dengan air liur membasahi pipinya.
"Hei! Zahra! Ini apa-apaan? Fotoku lagi tidur kenapa ada di sini?" protes Sasa sambil menolehkan paksa wajah Zahra ke arah laptop.
"Lah? Mana aku tau—"
Ucapan Zahra terpotong oleh suara isakan yang bersumber dari tempat tidur di sebelah kanan mereka. Ketiganya lantas diam, menatap pundak seseorang yang kini bergetar karena menahan tangis.
Mereka saling berpandangan, lantas memutuskan mendekati Feby.
"Ada apa?" tanya Sasa, Zahra, dan Angel ketika mereka sudah menempatkan diri di atas kasur Feby.
![](https://img.wattpad.com/cover/215146988-288-k13791.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirty Days With You
Teen FictionBagaimana jadinya jika kita mengadakan sebuah hubungan palsu dengan alibi menebus kesalahan? Akhirnya akan bahagia karena kita saling cinta atau sebaliknya, karena tidak ada cinta di antara kita? Semua itu akan dijelaskan dalam cerita ini, dengan to...