"Tak peduli dia ketua geng terjahat atau bukan. Sesama manusia, tidak boleh saling membenci meski kepada penjagal sekalipun."
-Febiola Kathela Asmara***
Panas di badan sekaligus di hati, itulah yang dirasakan sang ketua geng pada saat ini. Ia sudah menahan diri sekuat mungkin untuk tidak menyapa gadis yang sekarang tengah sibuk berlalu-lalang di depannya.
Feby tengah membantu teman-teman klub lukis untuk memindahkan beberapa lukisan kuno di gudang sekolah menuju tempat penyimpanan lukisan. Sedangkan Daniel, dia tengah duduk di depan ruang klub sastra. Otomatis dia akan selalu melihat gadisnya yang tengah sibuk tersebut.
Ngapain, sih? Pergi aja, gak usah ngeliatin dia lagi!
Woi, kok lo diem aja ditampar kemarin? Bucin banget lo.
Image lo di mata semua murid udah hancur bre, lo dikira mudah tunduk sama cewek.
Teriakan frustrasi tiba-tiba keluar dari mulut Daniel. Ia sudah lelah berdebat dengan dirinya sendiri sejak kemarin.
Ini salah! Seharusnya, Daniel hanya ada kontrak dengan gadisnya untuk kepentingan kenaikan pamor geng semata. Akan tetapi, sekarang semuanya berbeda.
Ada yang salah dengan hatinya. Entah mengapa, sekarang ia lebih sering memikirkan gadisnya sebelum tidur. Biasanya, dia akan selalu kalut dengan cinta pertamanya---Tera.
Sekarang ... Tera di hatinya perlahan menghilang, berganti dengan sosok yang selama ini ia klaim sebagai pacar bohongannya.
Febiola Kathela Asmara, telah mengisi hati ketua geng DNLXtreme yang notabene-nya bucin setengah mati kepada guru muda di sini.
"Ini salah ... gue nggak boleh suka sama dia.
"Dia terlalu sempurna buat gue. Gue juga ada saingan yang lumayan. Gue nggak bisa.
"Tapi gue sayang dia .... "
Daniel menutup wajahnya menggunakan kedua tangan. Ah ... jadi begini rasanya mencintai seseorang yang memiliki banyak kelebihan---harus siap mempunyai saingan serta perasaan takut memiliki karena kekurangan kita yang rasanya akan tak pantas jika disandingkan bersamanya alias minder.
"Kak Ghani! Ih, lepasin!"
Ketua geng itu segera mengangkat kepala ketika mendengar teriakan gadisnya yang cukup nyaring.
Ghani?
Daniel menelisik setiap orang yang ada di sekitarnya, tetapi dia tidak menemukan keberadaan gadis chubby tersebut.
Ketika dirinya bersiap untuk berdiri, tak sengaja seseorang menabraknya dari belakang.
"Ah ... maaf---" Kata-kata gadis itu terpotong ketika menatap lelaki yang sempat ia tabrak sesaat yang lalu.
Keduanya terpaku. Daniel menahan dirinya agar tidak memeluk sosok yang telah ia rindukan sejak kemarin. Hingga akhirnya, Feby memutuskan untuk pergi tanpa mengucap sepatah katapun.
Sang ketua geng hanya bisa menatap perempuan yang hanya setinggi dadanya tanpa berniat untuk memanggil apalagi mencegahnya pergi.
Mulai sekarang ... terserah dia.
"Buset, lagi slek sama doi?" sindir seseorang sambil melewati Daniel yang masih terpaku di tempat.
"Woi!" Daniel berteriak, berharap seseorang yang ia panggil menghentikan langkahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thirty Days With You
Ficção AdolescenteBagaimana jadinya jika kita mengadakan sebuah hubungan palsu dengan alibi menebus kesalahan? Akhirnya akan bahagia karena kita saling cinta atau sebaliknya, karena tidak ada cinta di antara kita? Semua itu akan dijelaskan dalam cerita ini, dengan to...