Day 23 (Bagian I)

16 4 2
                                    


Pukul 22.30, ruangan meeting.

Daniel, Sandi, Sasa, Angel, dan juga Zahra nampak duduk membundar di sana. Tak ada yang angkat suara. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Anggota DNLXtreme yang lain masih menjalankan acara doa yang dipimpin oleh Joe. Mereka terpaksa harus mengubah jadwal yang ada karena mendadak kekasih ketuanya hilang entah ke mana.

"Sandi, lo yakin nggak mau nyuruh kawan-kawan buat nerusin-"

"Enggak, Bos. Ratu lebih penting sekarang."

Daniel kembali menutup mulut.

"Ih, gimana ini ... masa kita mau duduk-duduk doang gini?" tanya Angel sambil menepuk beberapa nyamuk yang lewat di depannya.

"Iya nih, masa kita cuma duduk-duduk doang sih? Ayolah, sahabat kita ilang!" seru Zahra sambil mengguncang lengan Sasa.

"Iya-iya, aku ngerti kalian cemas. Tapi kalau kita keluar bertiga buat ngecek Feby di kamar, kayaknya juga bakal bahaya." Sasa memijit keningnya perlahan.

"Gue anter, ayo," ajak Sandi sambil berdiri dari duduknya.

Akhirnya, mereka berempat pergi ke asrama perempuan untuk mengecek, apakah Feby ada di kamar. Sedangkan Daniel duduk sendirian di sana.

Otaknya tak berhenti berpikir. Ia terus membuat dugaan, siapa saja yang berhasil membawa Feby di situasi seperti ini.

Tera? Sepertinya tidak mungkin, karena beberapa hari yang lalu, ia sudah pergi dari sekolah ini.

Atau mungkin Raka? Jangan-jangan, lelaki itu membawa Feby pergi berduaan dengan dia! Tapi jika dipikir-pikir lagi, tidak mungkin. Bukankah Feby dan Raka telah berbicara baik-baik bahwa gadis tersebut tidak bisa menerima cintanya?

Ghani?

Mata Daniel menajam. Kenapa ia bodoh sekali! Jelas-jelas pelakunya pasti si sialan Ghani! Rencananya sekarang pasti menggunakan Feby sebagai sarana pembalasan untuk tindakannya kemarin.

Hati Daniel memanas, ia masih berusaha menahan dirinya untuk menunggu kedatangan Sandi dan ketiga adik kelasnya kembali ke markas. Ia berharap bahwa Feby benar-benar ada di kamar. Jujur saja, hatinya sekarang benar-benar gelisah. Berkali-kali ia menggigit bibirnya sendiri hingga mengeluarkan darah.

Sepuluh menit ... lima belas menit ... orang-orang yang ditunggu oleh sang ketua geng tak kunjung datang. Ia benar-benar tak bisa bersabar lagi. Semakin ditahan, maka dadanya semakin panas dan terkadang disertai sedikit rasa ngilu.

Ia bangkit dari duduknya. Kebetulan, doa yang dilaksanakan teman-temannya baru saja usai. Daniel memerintahkan Joe untuk menyuruh anggotanya membereskan api unggun dan perkakas lain bekas party. Ia juga meminta agar Fandi-ahli IT di geng mereka-untuk mengecek lokasi Feby terakhir kali berada.

Setelah semua terstruktur, Daniel kembali ke tujuan utamanya, menemui Ghani.

Baru saja hendak memijakkan kaki di luar markas, keempat orang yang dinanti sang bos sudah datang. Daniel segera menelisik pandangan, gadisnya tidak ada di antara mereka.

"Mana Feby?" tanya Daniel pada Sandi.

"Maaf, Kak. Feby nggak ada di kamar," jawab Sasa akhirnya karena ketiga orang di sampingnya terdiam semua.

Daniel menengadah. Ia menarik napas kuat-kuat. Emosinya benar-benar ada di puncak sekarang. Urat-uratnya mulai menegang secara perlahan.

"Ini udah jelas, cecunguk itu yang ngelakuin! Sandi, ikut gue! Kalian bertiga masuk! Berdoa biar Feby bisa ketemu!" perintah ketua geng tersebut sambil menarik tangan wakilnya untuk pergi.

Thirty Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang