Hari ini kelas XI-1 IPA tampak sibuk dengan tugas yang baru saja diberikan oleh guru Bahasa Inggris mereka, Miss Charol.
"Kelompoknya sama satu teman bangku," ucap ketua kelas memecah keramaian di kelasnya.
Terdengar untaian kalimat tak terima dari murid-murid XI-1 IPA. Kondisi kelas yang awalnya ramai menjadi semakin ramai setelah mendengar penuturan dari Farah---ketua kelas.
Feby hanya menyimak melihat perdebatan teman-temannya. Sasa sang wakil ketua kelas juga tak kalah gencar untuk menyuruh teman-temannya diam.
Sementara Raka, dia hanya memandangi gadis di sebelahnya sambil memikirkan sesuatu. Apa benar dia suka dengan Feby? Akan tetapi, kenapa dirinya tidak merasa degupan aneh akhir-akhir ini? Apakah dia sudah terbiasa berada di dekat Feby?
"Feb," panggil Raka sambil meletakkan pensilnya.
"Apa?"
"Kalau misal aku suka sama kamu gimana?"
Raka sekarang menggunakan 'aku-kamu' untuk berbicara dengan Feby. Dia sering mendengar gadis itu mengatakan 'kamu' sehingga lama-lama dia ikut terseret.
"HAHAHA ... CANDA AJA KAMU!"
Seisi kelas pun menghentikan aktivitas dan beralih menatap Feby. Gadis itu suaranya bisa melebihi sound system Pak Riki---kepala sekolah---jika sudah berteriak.
Raka yang tak nyaman menjadi pusat perhatian segera menarik Feby pergi dari kelas. Sasa yang melihat hal itu ingin menyusul sahabatnya. Namun, cercaan teman sekelasnya menghambat dirinya yang hendak pergi.
Di sinilah Raka dan Feby sekarang---taman kelas sebelas.
"Feb .... "
Gadis itu mendadak menjadi canggung. Bingung harus menjawab apa untuk ucapan Raka tadi.
"Anu ... kenapa kok suka sama aku?" tanya Feby sambil berdehem sekali.
"Nggak tau."
"Gitu ya ... em .... "
Raka mengetahui gelagat temannya yang berubah menjadi canggung. Dia pun segera memegang bahu gadis itu erat.
"Nggak usah dipikirin. Kan aku cuma tanya misalnya," ucap lelaki itu kemudian.
"Jadi nggak beneran?"
Raka menggelengkan kepalanya. Tak apalah, dia akan menepis rasa itu sementara. Dia tak ingin Feby jadi menjauhinya hanya karena perasaan yang tak mungkin akan terbalaskan.
"Bikin kaget aja," ucap gadis tadi seraya tertawa.
¤¤¤¤
"Woi, gue join ama kalian." Renald mendekati Feby dan Raka yang tengah berbincang-bincang di meja mereka.
"Join apa? Mabar Mobile Legends?" tanya satu-satunya perempuan di antara mereka.
"Ide bagus! Iya, gue mau dong join Mobile Legends."
"Yaudah, yuk Rak! Main lagi," ajak Feby sambil mengeluarkan ponselnya.
Pelajaran Bahasa Inggris kelas itu telah usai sebelum pembentukan kelompok tadi. Bahkan, ada dari mereka yang masih mendebatkan anggota kelompok. Sampai sekarang Farah dan Sasa masih juga beradu mulut dengan netizen-netizen XI-1 IPA.
Renald kini tengah sibuk bermain dengan Feby. Mereka tertawa sesekali sambil mencemooh satu sama lain. Sementara Raka hanya menatap keduanya frustrasi karena merasa terkacangi.
"Woy, lo tadi mau gabung apaan Nald?"
"Diem lo Rak Baju! Gue lagi konsentrasi nih!" seru Renald tanpa bergeming dari ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirty Days With You
Novela JuvenilBagaimana jadinya jika kita mengadakan sebuah hubungan palsu dengan alibi menebus kesalahan? Akhirnya akan bahagia karena kita saling cinta atau sebaliknya, karena tidak ada cinta di antara kita? Semua itu akan dijelaskan dalam cerita ini, dengan to...