Day 21

24 5 19
                                        

"Ragaku memang pergi, tapi kenangan tentangku tak akan pergi."
- Ansitazetera

***

Hari ini Daniel tengah sibuk mengurus berbagai keperluan untuk melakukan pembalasan terhadap Thexagon. Ia terus menerus mengecek stamina anggotanya. Ia juga menyuruh agar semua anggotanya kembali menyiapkan skill serta memperbaiki software aplikasi penghubung anggota DNLXtreme yang kemarin sempat hampir dibobol oleh orang suruhan Thexagon.

Puluhan laki-laki sebaya Daniel tampak sibuk berlalu-lalang di depan markas. Tak sedikit dari mereka yang telah mandi keringat akibat menyiapkan diri untuk menghadapi musuh nanti.

Sang ketua geng nampak sibuk membantu teman-temannya untuk mengatur strategi yang akan mereka gunakan. Tiba-tiba saja, seorang adik kelas berhasil membuat seluruh orang yang berada di ruang diskusi menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Maaf, Bos dicari orang," ucap anak tadi sambil menunjuk pintu markas.

Daniel pun beranjak dari kursinya tepat setelah anak tadi pergi.

***

"Hei," sapa Tera sembari membetulkan letak tasnya.

Daniel tak bergumam sedikit pun. Bukannya menatap lawan bicaranya, ia malah menatap hamparan awan di angkasa.

"Aku ke sini ... cuma mau pamit," ucap Tera setelah mengetahui bahwa murid kesayangannya tak akan menjawab sapaan tadi.

"Masa PPL-ku, sudah habis."

Bak tertimpa puluhan ton truk tronton, Daniel memaku di tempat. Tak ada reaksi apapun. Dibilang senang, ia tak merasakan itu, dibilang sedih ia juga tak merasakannya. Ia hanya shock, tak lebih.

"Oh ... oke."

"Jangan sedih, ragaku memang pergi, tapi kenangan tentangku tidak akan pergi."

Daniel tersenyum. Untuk kali ini, senyumannya tulus. Selanjutnya, ia pasti akan kesepian karena tak akan ada lagi yang merecoki hubungannya dengan Feby.

"Iya. Terima kasih atas semuanya," ucap lelaki tadi sambil mengulurkan tangan—mengajak Tera bersalaman.

"Terima kasih juga. Semangat, ya! Habis ini kamu bakal ujian. Kalau udah lulus, masuk ke universitasku aja," balas Tera.

Mereka berdua berhasil tertawa akibat promosi yang sempat dilontarkan guru muda beberapa detik lalu.

"Yaudah, aku mau packing," ucap Tera mengakhiri percakapan.

Daniel mengangguk. Ia membiarkan wanita tadi pergi meninggalkannya.

Beberapa saat kemudian, Tera kembali menyunggingkan seringai yang sempat ia hilangkan sejenak tadi. "Gue emang pergi, tapi gue gak akan ikhlasin lo gitu aja, Daniel .... "

***

"Kak Daniel!"

Gadis berikat rambut ungu tersebut berlarian sambil meneriaki kekasihnya. Keringat tampak mengucur dari sisi dahinya. Napasnya juga sedikit tersengal akibat kakinya yang sejak tadi tak kunjung diam.

Jika saja ini bukan perihal sunscreen barunya yang diambil paksa oleh Daniel saat tadi mereka tak sengaja bertemu di gerbang, Feby tak perlu capek-capek menyusuri jalan yang ditempuh oleh lelaki usilnya sekarang.

Thirty Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang