Lost control

501 83 356
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah, Sena pulang!" Dengan wajah tersenyum secerah mentari, Sena berlari mendekati sosok ayah yang berdiri tegap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah, Sena pulang!" Dengan wajah tersenyum secerah mentari, Sena berlari mendekati sosok ayah yang berdiri tegap. Belum sampai kedua tangan mungilnya memeluk paha sang ayah, kini netranya menangkap pemandangan dimana sang ayah menepis dirinya dengan keras sehingga Sena jatuh terduduk diatas lantai

Bhug!

"Sean! Hentikan!" Dengan posisi menggendong Sena, Joe berusaha melerai perkelahian antara Sean dan Ruby

Ruby tidak melawan saat Sean meninju wajahnya lebih dari satu kali. Ruby tau ini semua salahnya dan ia pantas mendapatkan semua ini. Melihat wajah sangar Sean membuat putri kecilnya menangis ketakutan dan bersembunyi diceruk leher Joe.

Tangis Sena semakin membesar, membuat Joe bingung mana kala Sean pergi meninggalkan rumah disusul dengan Ruby yang pergi tanpa pamit.

Joe frustasi, "Selama ini paman mengurus Sena dari kecil dan kini paman mengerti rasanya menjadi sosok ibu. Sejujurnya paman tidak sanggup. Paman hanya sanggup membuat dan menafkahi saja."

"Sena diam ya? Sebentar lagi ayah pulang bawain boneka koala. Sena jangan buat ayah marah ya?" Bukannya diam, tangisan Sena semakin pecah dan membuat Joe menggedongnya mengelilingi rumah, "Sena benci ayah hiks! Sena mau sama bunda Brenda."

Joe merogoh handphone yang berada disaku jeansnya, "Brenda bisa kesini? Sena nangis. Selebihnya akan ku ceritakan disini jika kau sudah sampai."

"Sena mau minum susu? Sebentar lagi bunda akan kesini." Sena masih sesegukkan dan menatap Joe dengan mengerutkan bibir bawahnya, "Sena mau tunggu bunda saja."

"Hei mau kemana kau malam-malam seperti ini Brenda?!" Aylin meninggikan suaranya saat ia melihat tangan Brenda menyambar kunci mobil dengan cepat, "Sena membutuhkanku Aylin."

Aylin menghempaskan dirinya kesofa dan memijat pelipisnya, "Aku membutuhkan jasa tampar online untuk menampar wajah Sean. Siapa yang harusku sewa untuk melakukan itu?"

"Sean hentikan. Sangat mabuk terus. Aku tidak bisa membopong dirimu yang besar dan berat itu. Kita harus pulang sekarang!" Teman sekaligus sekretarisnya—Thita, menemani Sean mabuk disalah satu kedai. Thita melihat Sean sangat kacau namun gemas karena pipi Sean merah seperti memakai blush on merah jambu

The Heart Wants ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang