Come to me

356 60 344
                                    

Nyatanya wanita yang terlihat tidur itu masih bisa menangkap pembicaraan dua pria tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nyatanya wanita yang terlihat tidur itu masih bisa menangkap pembicaraan dua pria tersebut. Bukan pura-pura tertidur. Hanya saja dia telah memejamkan kedua kelopak matanya namun otak dan rungunya masih bekerja.

Brenda Bae setengah sadar dan rohnya belum seutuhnya pergi dari raganya.

Ia dapati kedua pria itu pergi dalam waktu yang sama, ia menyandarkan punggungnya pada sandaran ranjang. Netranya kembali meneteskan cairan bening, "Mengapa mereka memperebutkan aku yang notabenenya aku adalah wanita gila dan hancur? Mengapa? Aku tidak ingin salah satu dari mereka hancur seperti diriku."

Brenda menarik lengan bajunya keatas secara bergantian dan menatap kedua lengannya yang penuh dengan bekas sayatan silet, "Sudah lama aku tidak melakukannya. Haruskah aku lakukan itu agar mereka berhenti memperebutkan wanita gila seperti diriku?"

Jika Brenda berpikir untuk mengakhiri dirinya, berbeda dengan kedua pria yang kini berdiri saling berhadapan. Raut wajah yang mereka tampilkan mengalahkan betapa seramnya taman rumah sakit disaat malam hari.

Tatapan bak harimau kelaparan tidak membuat manusia itu takut akan diterkam saat itu juga. Sean sedari tadi menahan api yang membara kala Devan yang terus sok bijak memberikan petuah padanya. Sean muak dengan segala kalimat yang Devan lontarkan padanya.

"Kau harus merelakan Brenda, Sean. Aku katakan sekali lagi, karena dirimu ialah alasan Brenda seperti ini!"

"Dasar kau bajingan, Sean!"

Satu tinju mendarat dengan apik diwajah mulus Sean. Pria itu terhuyung akibat pukulan keras dari Devan yang mengenai rahang kanannya. Sean berusaha menahan perih dan ia meraih kerah seragam kerja Devan, "Sebesar itukah rasa cintamu pada Brenda?"

Sean tersenyum menampilkan giginya yang bersimbah darah seperti vampire yang telah menghisap darah, "Pria sepertimu tidak pantas untuk Brenda, Devan."

Sean melepaskan cengkramannya dari kerah Devan dan meninju batang hidung Devan dengan kuat sehingga saat itu juga hidung mancung Devan mengalirkan cairan merah kental dengan deras.

Devan menghapus sekilas cairan merah kental itu dengan jas dokternya dan menyeringai ngeri seperti setan, "Lantas apa pria sepertimu pantas untuk Brenda? Katakan padaku!"

"Haha. Haruskah?" Sean menatap Devan sembari lidahnya menyapu bersih cairan merah yang membuat gigi putihnya ternodai

"Cuih!" Sean meludahi Devan dengan santai tanpa menghiraukan tangan Devan yang telah mengepal sempurna, "Bukannya aku takut padamu, Sean. Hanya saja aku masih menghargai perasaan wanita yang ku sayangi."

"Aku takut jika wanita yang ku sayangi setulus hati terbangun dan menangis melihat wajah tampanmu rusak karena aku yang menghajarmu dengan membabi-buta. Aku tidak ingin itu terjadi, Sean Kim." Final Devan lalu ia berbalik membelakangi dan meninggalkan Sean yang masih bergeming seorang diri ditaman rumah sakit

The Heart Wants ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang