Day with Devan

316 58 210
                                    

Netra indah Sena terus memandang pribadi sang bunda yang kini tengah duduk di depan meja rias untuk memperindah diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Netra indah Sena terus memandang pribadi sang bunda yang kini tengah duduk di depan meja rias untuk memperindah diri. Brenda menggeleng sembari tersenyum melihat pantulan anak semata wayangnya dari cermin meja rias, "Sena kenapa sayang? Apakah wajah bunda terlihat seperti hantu?"

"Hantu yang cantik lebih tepatnya." Sahut Sena lalu ia turun dari tempat tidur mendekati dan duduk di atas paha sang bunda yang kini tengah memakai mascara

"Sepertinya bukan ide buruk. Setelah kita bermain petak umpat kita akan menjadi hantu yang cantik. Bagaimana?" Pertanyaan dari Brenda dihadiahi anggukkan dari Sena.

Putri kecilnya sangat setuju lalu mencium pelan sang bunda, "Hari ini kita akan jalan kemana, bunda?"

"Kita akan menghabiskan waktu bersama paman Devan."

Saat rungu Sena mendengar nama Devan, putri kecil itu berteriak girang mendengar pernyataan dari Brenda. Sena berlari mengambil sepasang sepatu kets putih lalu memakainya. Pun ia meraih parfum yang akan ia semprotkan ke tubuhnya. Sena sangat senang dengan Devan karena pria Cha itu sangat sabar dan selalu mengambulkan permintaannya---tidak seperti Sean, sang ayah yang terus berjanji namun tidak pernah di realisasikan.

Mendengar bunyi klakson mobil yang menyeruak, Brenda beranjak dari kursi rias lalu mengambil sling bag yang berada di atas tempat tidur, "Sena sudah siap?"

"Siap bunda!"

Tangan Brenda mendarat di atas puncak kepala Sena---mengacak lembut puncak kepalanya dengan penuh rasa sayang. Sena menarik tangan Brenda yang berada di puncak kepalanya lalu menggenggam erat tangan sang bunda dan membawanya keluar rumah. Sena melepaskan genggamannya pada tangan Brenda lalu ia berlari kencang ke arah pribadi Devan yang berdiri di samping mobil seraya merentangnya kedua tangannya untuk menangkap Sena.

"Sena merindukan paman Devan!"

Netra Devan berbinar mendengar ucapan jujur dari bibir mungil putri kekasihnya---Brenda Bae. Devan tersenyum manis menatap wajah Sena, "Segitu rindunya Sena sama paman?"

"Apakah ucapan Sena terdengar seperti ucapan seorang pembohong?" Devan tersentak mendengar penuturan Brenda. Wanita Bae tersebut mendekatkan dirinya pada Devan lalu ia berbisik pelan, "Sena sangat merindukan dirimu ketimbang ayahnya sendiri."

"Bunda bicara apa sama paman Devan?"

"Kita akan berkeliling kota." Dusta Brenda lalu mengambil Sena dari gendongan Devan dan masuk ke dalam mobil. Sena duduk dipangkuan Brenda sembari menatap lurus ke arah luar. Devan menyusul masuk ke dalam mobil lalu mengenakan sabuk pengaman, "Siap untuk menjalan hari yang manis saat ini?"

"Siap! Jangan lupa es krim cokelat ya paman!" Devan mengangguk sembari mengacungkan jempolnya kemudian ia melajukan kendaraan untuk mengelilingi kota Seoul yang cerah pagi ini

Dering handphone Brenda berbunyi dan ia tak acuh. Ia tetap fokus menikmati pemandangan indah ketimbang harus mengangkat telepon. Dari nada dering saja Brenda tau siapa yang meneleponnya. Siapa lagi jika bukan mantan suaminya.

The Heart Wants ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang