I love you too!

310 49 187
                                    

Tepat pukul delapan malam, Devan mengunjungi kediaman Brenda dengan wajah yang merona serta dengan detak jantung yang berpacu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat pukul delapan malam, Devan mengunjungi kediaman Brenda dengan wajah yang merona serta dengan detak jantung yang berpacu cepat. Pria Cha tersebut memberanikan diri mengetuk pintu sebagai tanda bahwa dirinya telah tiba.

"Bunda!!!! Paman Devan sudah datang!!" Sena yang berada di pintu utama berusaha berteriak kencang agar sang bunda yang berada dikamar mendengar ucapannya.

Devan menggendong Sena tanpa aba-aba dan gadis kecil itu menatap wajah Devan sembari keningnya menyatu, "Jika paman ingin mengajak bunda jalan, maka paman harus membelikan Sena es krim."

"Hanya es krim? Tidak mau yang lain?" Devan menaikan kedua alisnya guna menggoda Sena yang terus menatapnya intens, "Paman bisa buat bunda merasa lebih baik? Keinginan Sena sederhana. Hanya bisa melihat bunda tertawa dan tersenyum tulus tanpa menyembunyikan sesuatu adalah keinginan Sena. Apakah paman bisa membantu Sena?"

"Hayoo Sena ancam paman Devan ya?"

Brenda yang muncul secara tiba-tiba membuat Sena membeku. Sena menggigit bibir bawahnya dan menatap wajah Brenda yang jauh dari kata marah, "Hmmm, Sena hanya ingin paman Devan membelikan Sena es krim."

"Baiklah. Nanti paman Devan beliin. Sekarang Sena turun dari gendongan paman Devan lalu ganggu bibi Aylin dan paman Joe, oke?"

"Perintah bunda siap Sena laksanakan!" Sena turun dari gendongan Devan dan ia langsung berlari masuk ke dalam kamar Aylin. Brenda mengulas senyuman lalu ia menatap Devan, "Ayo."

Tungkai jenjang Brenda telah melangkah lebih jauh namun ia dapati Devan yang masih bergeming di depan pintu utama membuatnya menghela napas dan menunggu pernyataan dari bibir Pria Cha tersebut.

"Aku berubah pikiran, Bren. Bagaimana jika hanya duduk di kafe dan menikmati salah satu minuman di sana? Maafkan aku yang plin plan dan membuatmu tidak nyaman, Bren."

Brenda melangkahkan tungkainya guna mendekatkan diri pada pribadi Devan yang merasa bersalah. Brenda mengacak puncak kepala dan menepuk pelan lengan Devan, "Jangan berpikiran seperti itu, Devan. Ayo sekarang kita jalan. Aku sangat tidak sabar menghabiskan malam beberapa jam kedepan bersamamu."

"Terima kasih, Bren."

"Aku sama sekali tidak membantumu, Devan."

Devan merangkul bahu Brenda sembari menuju kedalam mobilnya. Tanpa mereka sadar, Aylin dan Joe menatap mereka dari balkon rumah, "Aku harap kebahagiaan selalu datang menghampiri mereka."

"Aku bahagia bisa dekat denganmu, Aylin."

"Diam kau! Kita musuh!" Aylin menatap Joe yang berada di sampingnya lalu ia meninggalkan pria Park seorang diri di balkon rumah

The Heart Wants ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang