Part 31 | Pertengkaran Hebat

2.2K 245 109
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on: Jum'at, 10 Juli 2020
Revisi: Kamis, 25 Maret 2021.

***

Part 31 | Pertengkaran Hebat

000

Zemira berusaha tersenyum dan menunjukkan raut wajah tenang ketika baru saja dia sampai di rumah, Revano sudah menatapnya dengan tatapan tak bersahabat. Seperti dugaannya jika Revano akan marah dan menyalahkan dirinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Sebenarnya Zemira sedikit kesal dengan Savanya, kenapa wanita itu mengadu kepada Revano secepat ini? Jika Zemira tau Savanya akan melakukan ini, lebih baik tadi Zemira melakukan hal yang lebih. Menendang contohnya.

Zemira memang tidak merasa bersalah sama sekali karena Savanya pantas mendapatkan tamparan darinya. Revano juga tau bagaimana Zemira, dia sangat tidak suka ketika seseorang mengangkat tangan ke arahnya dan hendak memukulnya. Karena itu mengingatkan dirinya pada sang Papi yang kerap kali melakukan hal itu jika Zemira berbuat salah. Dia tau diri, Zemira memang cacat mental. Dia bukan wanita yang baik, dia wanita jahat dan juga egois. Tapi, bukankah Revano mau menerimanya apa adanya?

"Van, aku bisa jelasin kok." Zemira lebih dulu berucap.

Revano menggeleng. Berdiri dari duduknya dan mendekati Zemira.

"Kamu tau salah kamu dimana, Ze? Bukannya aku udah bilang kalau kamu gak tau apa-apa tentang Savanya, kan? Kenapa kamu sampai nampar dia, apa karena kamu cemburu?"

"Van, kamu tau aku bukan tipe cewek kayak gitu, kan? Aku punya alasan," sanggah Zemira tegas.

Revano menghembuskan napasnya kasar. Menatap Zemira tajam. Savanya sudah dia anggap seperti saudaranya sendiri. Apa yang dilakukan Zemira pada Savanya tentu saja membuat Revano tidak enak hati. Dia tau Zemira pasti cemburu dan mengatakan hal yang tidak-tidak pada Savanya. Menyakiti Savanya secara fisik dan juga hatinya. Revano bisa memaklumi jika Zemira cemburu dan marah karena istrinya memang dalam keadaan tidak stabil, tapi untuk kekerasan fisik rasanya Revano tidak bisa memberikan toleransi.

"Dia mau nampar aku, Van. Makanya aku yang tampar duluan, kamu tau kan kalau aku paling benci kalau ada orang yang ngangkat tangan mau mukul aku? Kamu ngerti kan, Van?"

Revano menggeleng membuat Zemira merasa sesak seketika.

"Aku gak ngerti, Ze. Jangan jadiin trauma kamu alasan buat nutupin kesalahan kamu. Aku gak suka sama pembohong."

"Aku gak bohong—"

"Savanya udah cerita semuanya!"

"Dan kamu lebih percaya dia?!"

Zemira terkekeh miris ketika Revano mengangguk tanpa ragu. Adik dari Fabian itu mengusap air matanya kasar, membuang muka tidak tertarik menatap wajah Revano yang tiba-tiba saja terlihat sangat menyebalkan di matanya. Zemira tidak menduga jika Revano lebih percaya Savanya dibandingkan dengannya. Apa benar jika Zemira hanya pelarian?

"Kenapa? Kenapa kamu lebih percaya dia dibanding aku yang berstatus sebagai istri kamu?" Zemira bertanya lirih.

"Ze, aku ngerti keadaan kamu. Kamu lagi tertekan, gak stabil. Tapi, yang kamu lakuin malam ini salah. Kamu gak seharusnya nemuin Sava dan nampar dia, asal kamu tau dia itu gak ngerti apa-apa masalah kita. Dia datang cuman buat minta bantuan aku ngajarin dia tentang bisnis." Revano menjelaskan dengan lembut, mencoba membuat Zemira paham apa yang dia maksud.

Takdir Cinta Zemira✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang