part 32 | Tidak Mengerti

1.9K 240 47
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on: Selasa, 14 Juli 2020
Revisi: Jum'at, 26 Maret 2021.



Part 32 | Tidak Mengerti

000

"Zemira gak bakalan marah, Van?" Savanya bertanya tidak enak hati.

Revano tersenyum singkat dan menggeleng. Dia sengaja mengundang Savanya untuk sarapan bersama di rumah mereka sebagai ucapan permintaan maaf atas apa yang sudah Zemira lakukan kemaren malam. Awalnya Savanya berucap tidak masalah dan dia mengerti namun Revano memaksa sehingga Savanya setuju saja. Revano tidak berniat apa-apa, hanya sekedar ucapan permintaan maaf dan tidak ada yang lain. Lagipula hari ini mereka juga akan bertemu untuk membahas urusan bisnis.

"Kamu gak berantem sama Zemira, kan? Kasihan dia," ujar Savanya sok peduli.

"Aku cuman nasihatin aja. Tapi, Zemira emang agak keras kepala. Tamparannya sakit banget ya kemaren?"

Savanya menggeleng, lalu menyentuh pipinya. "Gak papa kok. Walau agak kaget sih nyatanya Zemira punya kekuatan tamparan sehebat itu. Kalau kamu selingkuh, bisa dipukul habis-habisan lho!"

Revano ikut tertawa ketika Savanya mengejeknya.

"Sekali lagi, sorry ya?"

"It's okey."

***

Perlahan mata sembab itu terbuka. Zemira menatap sekitarnya dengan datar, rambut coklat yang menutupi wajahnya dia singkirkan. Zemira kembali meneteskan air matanya ketika mengingat kejadian semalam yang membuatnya terpaksa kembali meminum obat penenang. Dia tidak bisa tidur, gelisah, dan juga panik. Ketika memejamkan mata yang dia lihat adalah Zemira remaja yang dipukul oleh Gandi. Zemira yang berteriak marah, lalu mendapatkan sebuah tamparan. Zemira yang memaki dan menghina, lalu ditendang kuat hingga terbanting. Zemira yang menangis terisak ketika melihat Fabian babak belur ketika sang Papi meluapkan kemarahan pada sang Abang. Juga Zemira yang sering kali dihina aneh, dijauhi teman, dan dijahili ketika sekolah. Zemira yang tidak pernah memiliki wajah mulus tanpa lebam. Setiap hari adalah kesakitan.

Zemira yang rapuh dan juga tangguh. Dia yang pantang menyerah dan menolak untuk pasrah. Karena itu juga dia belajar taekwondo agar bisa melindungi sang Mami dari amukan Papinya namun tetap saja ilmu bela dirinya tidak bisa dia gunakan untuk melawan Papinya sendiri. Ketika dipukul, ditampar, ditendang, bahkan dibuang, Zemira tetap diam dan menikmati rasa sakit di tubuh dan juga hatinya. Zemira menutup telinganya rapat ketika suara rintihan, teriakan, makian, dan juga tangisan memenuhi telinganya.

Tangannya mencoba mencari obatnya, tapi tanpa sengaja dia menjatuhkannya hingga tidak dapat dia jangkau. Zemira menjambak rambutnya mencoba menyalurkan rasa sakit yang membuat dadanya sesak.

"KAMU ITU EMANG KURANG AJAR!"

"ANAK GAK BERGUNA!"

"DASAR DURHAKA!"

"KALAU KAMU NGELAWAN PAPI KAYAK GINI, BAGUSNYA KAMU MATI AJA!"

Takdir Cinta Zemira✓[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang