Pelajaran berikutnya akan dimulai sepuluh menit lagi. Suasana kelas kembali ramai, banyak siswa yang bercengkrama dengan teman-temannya. Pembahasan mereka masih tentang popularitas. Entah itu anak perempuan atau anak laki-laki, topik pembicaraan mereka sama.
Meskipun tadi aku berinteraksi dengan orang misterius melalui telepon, tetapi tidak banyak yang berubah. Aku masih bagaikan orang asing yang masuk ke dalam masyarakat sini. Belum ada yang mengajakku bicara kecuali Felly. Aku belum melihatnya lagi sejak pembelajaran pertama tadi berakhir.
"Makasih banget udah minjemin aku uang semalam ya," ucap seorang siswi berambut panjang kepada gadis berambut pendek tanpa ekspresi.
"Enggak papa, kok. Lain kali jangan boros banget," balas gadis itu seperti kurang berminat meliriknya.
Tiba-tiba dia melompat, memeluk tubuh yang lebih kecil daripada dirinya dengan perasaan berbunga-bunga. Sementara lawan bicaranya sendiri nampak sedikit kesal dan terus melawan agar bisa melepaskan diri dari pelukan itu. Entah kenapa aku seperti melihat lelucon dari kelakuan mereka.
"Vero emang baik banget, makasih lagi, deh." Dia memanggil nama gadis bertubuh mungil tersebut sambil terus memeluk dengan erat. Ekspresinya kelihatan sangat senang seakan senyuman itu tidak pernah hilang dari bibirnya.
"Iya-iya, lepasin aku dong, Nopi," sahutnya masih terus meronta agar bisa melepaskan diri.
Aku mengalihkan pandanganku, takut kalau mereka menyadari aku tengah memperhatikan mereka. Membayangkan ekspresi jijik ketika mengetahui anak laki-laki memperhatikan mereka saja sudah membuatku tidak nyaman.
Dari arah pintu aku mendapati dua sosok yang baru saja masuk. Itu Felly dan anak yang tadi bersamanya membawa beberapa lembar kertas. Kelihatannya kertas itu adalah formulir ekskul yang disuruh Pak Irfan untuk kami isi kemarin. Aku hampir lupa supaya menikmati masa sekolah ini, aku harus masuk ekskul apa, ya?
"Teman-teman, bisa minta waktunya sebentar?" tanya Felly di depan kelas.
Suara Felly barusan berhasil menarik perhatian kebanyakan orang yang ada di kelas. Tatapan penasaran langsung terarah padanya, apalagi dengan kertas yang bertumpuk tadi di atas meja sebelahnya. Siswi yang tadi mengikutinya juga menaruh kertas yang juga dibawanya.
"Pak Irfan kemarin bilang kita harus ikut ekskul supaya popularitas kita bisa naik sedikit. Jadi aku bawain formulirnya. Kalian isi ya, terus nanti kumpulin lagi ke aku habis istirahat makan siang," jelasnya sambil tersenyum.
"Buat apa kita nurutin orang yang enggak pantes jadi guru itu?"
"Bener tuh, lagian dia juga udah boongin kita pas awal-awal masuk. Kita ikut ekskul belum tentu sih kita bisa naikin popularitas."
Siswa di ujung seberang bersuara, mereka adalah David dan dua temannya. Masih kesal dengan kejadian kemarin mungkin, mereka memilih tidak segampang itu untuk mengikuti aturan tidak tertulis sekolah. Walaupun mereka semalam seakan berpihak pada Felly, tetapi untuk masalah ini mereka menentangnya.
Kelas menjadi gaduh, penolakan demi penolakan untuk mengikuti ekskul terus dikeluarkan. Mereka yang bersuara sudah jelas tidak mau mengikuti ekskul dan akan memberitahukan kalau ini adalah salah Pak Irfan karena tidak mengatakannya lebih awal. Ditambah sepertinya mereka memang orang-orang yang tidak suka ekskul.
"Kalau kita enggak masuk ekskul kita bakalan kena DO. Aku enggak mau temen sekelasku ada yang di DO." Wajah Felly terlihat gusar, dia tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. Mata itu bahkan terlihat sedikit memerah, sedih dengan tanggapan teman-temannya.
Seisi kelas tiba-tiba bungkam. Tidak ada lagi suara yang keluar dari siapa pun setelah suara Felly yang hampir menangis terdengar. Ponselku bergetar, tepat ketika menerima pesan dari anonim. Aku terkejut dengan isinya, mata ini sedikit terbelak setelah selesai membaca dengan lengkap. Sudah jelas anonim ini adalah gadis tadi, dan tentu saja dia adalah salah seorang dari Kelas F.
KAMU SEDANG MEMBACA
Popularitas adalah Segalanya (Vokal)
Teen Fiction"Sebenarnya aku tidak berharap banyak, kalau kau bisa mengeluarkan dia sebelum akhir semester maka kamu bebas. Kamu tidak perlu lagi mengeluarkan murid-murid lainnya. Tapi, karena aku yakin kamu pasti kesulitan, rasanya untuk Agustus ini, aku akan m...