Aku memperhatikan lagi wajah Jordan yang jelas-jelas menampilkan mimik mengejek. Dia seakan-akan mengatakan kalau dirinya memang tahu dan sengaja berpura-pura tidak mengerti, persis seperti dua orang yang juga ada di sini.
"Apa maksud lo New Testment ini semacam ujian yang kayak Yurina bilang tadi?" kali ini David yang ada di sebelah bertanya.
Sepertinya tadi adalah langkah yang salah untuk memulai. Sejak awal menangkap tiga ekor kelinci dalam satu waktu itu terasa mustahil dilakukan. Sepertinya aku terlalu memaksakan diri, tetapi jawaban yang dicari sedikit terjawab. Walaupun tidak sepenuhnya yakin, paling tidak aku akan bertaruh sekarang.
"Enggak, gue tadi cuman asal ngomong aja, enggak usah dipikirin." Aku kembali menatap Jordan yang menampilkan raut wajah datar.
Dia menatapku dengan mata yang penuh semangat. Seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Seringai kecil pada sudut bibirnya terlihat cukup jelas.
"Yurina, apa lo bisa ajak temen lo yang barbar ini buat pindah dari sini?" pinta Jordan sambil menunjuk ke arah David.
Yurina yang masih sedikit panik karena menduga New Testment adalah sebuah ujian, terkejut mendengar permintaan Jordan. Ia kelihatan bingung dengan siapa yang dimaksud. Mungkin menurutnya David sama sekali tidak memiliki sifat seperti itu, karena mereka berteman akrab.
Sedangkan laki-laki di sebelahku yang tangannya sudah mengepal dari tadi merasa semakin panas karena disebut barbar. Berada bersama Jordan saja sudah membuat David naik pitam, apalagi mendengar hinaan dari seseorang yang dibenci olehnya.
Suara hantaman keras terdengar, menarik perhatian seluruh orang yang berada di sekitar. David yang menggebrak meja itu, bangkit dari tempat duduknya sambil menampilkan wajah garang. "Maksud lo apa, hah!?"
"Ya, kayak gue bilang tadi. Anjing kampung mending pergi aja dari sini." Jordan sama sekali tidak takut, meskipun dihadapannya kini sedang berdiri sosok yang penuh dengan kemarahan. Dia sangat tenang, bahkan seakan tidak menganggap bahaya di depannya itu nyata.
Tingkat amarah David sudah memuncak, tangan besar itu langsung mencengkram blazer Jordan dan menariknya sehingga berhadapan langsung dengan dirinya. Sungguh pemandangan yang mendebarkan, bahkan orang-orang di sekitar mulai menyingkir agar tidak terlibat.
Seluruh mata melihat ke arah kami, membuat firasat buruk yang ada di hatiku semakin meluap. Suara kekehan dari Jordan terdengar, dalam beberapa detik aku dibuat terkejut oleh kelakuannya.
"Emang lo berani mukul gue, hah!? Anjing kampung itu cuman bisa menggonggong, mana berani buat gigit yang lebih kuat dari dia!"
Urat di dahi David semakin kelihatan, dia sudah tidak bisa berpikir rasional. Yurina yang daritadi diam kelihatan bingung dengan kejadian tidak terduga ini, ia panik bukan main. Bahkan berkali-kali gadis itu bersuara agar mereka berhenti. Sayangnya, tidak ada yang mendengarkan.
"David, udah, dong!" tegas Yurina dengan wajah sebalnya. Entah kenapa fokusku malah ke sana, mungkin lebih menarik melihat gadis yang cemberut dibanding perkelahian antar murid laki-laki.
Pandangan David kemudian beralih ke arah Yurina yang terlihat jengkel. Dalam sekejap muncul sebuah keraguan di matanya. Namun, Jordan justru memprovokasinya dengan sentuhan kecil yang membuatku sedikit yakin kalau dia bukanlah orang biasa.
"Apaan, nih? Anjing kampung nurut banget sama majikannya."
Tepat setelah Jordan bersuara, David melepaskan tinjunya dan menghantam pipi kiri murid Kelas C tersebut. Sontak saja murid disekitar jadi riuh, bahkan ada beberapa yang berinisiatif untuk memanggil guru ketika pemukulan terjadi, sedangkan sebagian lagi terus memperhatikan dengan ekspresi tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Popularitas adalah Segalanya (Vokal)
Teen Fiction"Sebenarnya aku tidak berharap banyak, kalau kau bisa mengeluarkan dia sebelum akhir semester maka kamu bebas. Kamu tidak perlu lagi mengeluarkan murid-murid lainnya. Tapi, karena aku yakin kamu pasti kesulitan, rasanya untuk Agustus ini, aku akan m...