3rd Event: Rumpelstiltskin (Bagian 1)

141 41 5
                                    

3rd Event: Rumpelstilskin

"Lebih sulit menyembunyikan perasaan daripada berpura-pura tidak memilikinya."

F. de la RochefoucauldMaximes et Rêflexions morales

Sungguh wujud yang sangat berbeda saat berada dengan kelompoknya, ekspresi yang sangat mengerikan bahkan sampai membuatku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ketakutan ini nyata, mereka benar-benar melebihi ekspektasi yang aku bayangkan.

Seringai menyeramkan yang memiliki arti penuh kemenagan dan seperti mendapatkan mainan baru nan akan dihancurkannya. Hanya itu kesan yang aku dapat dari mata yang menyipit dibalik bayangan tersebut. Kata-kataku seakan terkunci, saking tidak percayanya dengan sosok asli Amemayu Children's.

Berkali-kali aku berusaha mengendalikan diri agar tidak kelihatan gemetar. Tatapan dingin dan mengintimidasi itu seperti membelenggu diriku. Seketika aku tersadar, sekali lagi kesalahan aku perbuat tanpa sengaja. Aku termasuk dalam perangkapnya, jatuh ke lubang yang sama dua kali!

Tawa kecilnya terdengar. Tidak, itu sama sekali tak terdengar lucu, manis atau semacamnnya. Lebih mirip dengan suara menyeramkan saat aku menonton film horor. Dia lalu maju satu langkah, menampilkan wajahnya dari balik bayangan. Makin menyeramkan daripada sebelumnya.

"Kamu itu, ternyata pengecut." Matanya terus memandang tajam ke arahku. Aku serasa ditusuk dengan pedang dari depan.

Datar, nada suaranya sama seperti ekspresinya setelah senyum tadi hilang. Sekarang dia mirip dengan dirinya yang ada di kelas, tanpa ekspresi, tanpa minat, dan terlihat tak bersemangat. Meskipun begitu, Veronika Devita adalah orang yang selama ini mengendalikanku dari balik telepon anonim.

Aku tidak membalas perkatannya, membuat gadis ini menampilkan bibir yang cemberut. Bersikap manis seperti apa pun, aku sudah mengerti kalau dia sama sekali tidak memiliki perasaan. Persis seperti yang Pak Andrhy katakan, Amemayu Children's hanyalah kumpulan monster tanpa perasaan bersenjata intelektualitas.

Mereka memang tidak terlihat menonjol, tetapi mereka sebenarnya lebih daripada itu. Semester pertama kemungkinan besar mereka hanya mengumpulkan informasi siapa saja yang pantas melawan. Tidak mau memperlihatkan kelebihan yang dapat diartikan sebagai pengibaran bendera perang.

"Selain pengecut, kamu itu penakut."

Hinaan dari mulutnya sekali lagi terdengar datar serta diikuti oleh cercaan lain yang tak kalah menyakitkan untuk didengar. Gadis kecil yang lebih mirip seperti anak kelas 1 SMP ini benar-benar bermulut pedas, aku harus membalas perkataannya agar tidak terus direndahkan.

"Mulut kamu ternyata pedes juga, ya?"

Sontak dirinya terdiam, menatapku dengan mata mirip seperti elang yang sudah menargetkan mangsanya. Apa tadi aku membuat Veronika marah? Tidak, dia tak mungkin bisa marah. Lagipula mana mungkin seorang Amemayu Children's punya emosi.

"Aku benci sama cowok yang jujur. Kalau kamu sekali lagi ngomong kayak gitu. Aku bisa, kok nge-dropout kamu hari ini."

Aku terlalu naif, sepertinya memang tidak bisa menelan mentah-mentah perkataan Pak Andrhy. Bagaimanapun juga, mereka tetaplah manusia. Mau diajari seperti apa juga, tetap saja emosi tidak akan bisa dihilangkan. Mereka hanya pandai menyembunyikannya.

Kengerian kembali kurasakan setelah beradu pandang dengannya. Netra gadis itu sama sekali tidak melepaskan buruannya. Entah aku harus percaya atau tidak tentang dia yang bisa memberikanku hadiah berupa dropout hari ini. Sedikit mustahil, kecuali aku melanggar sesuatu yang fatal.

Popularitas adalah Segalanya (Vokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang