27 Agustus 2025
Event pertama bagi kelas 1 sudah berakhir dan besok adalah hari pengumuman. Sekolah seperti tidak memberikan kami banyak istirahat. Dalam perjalanan menuju gedung kelas aku bisa melihat wajah-wajah gusar yang tergambar jelas dari mereka, terlebih lagi kelas-kelas yang terkenal di bawah.
Sebenarnya aku tidak mau menganggap diriku aman. Masih ada kemungkinan Yurina dan seseorang yang memiliki kerja sama dengan Jordan masih mengincarku untuk dikeluarkan. Apa lagi gadis itu terang-terangan mengaku ketika aku memojokkannya.
Memang tidak ada yang bisa dipercaya di sekolah ini, bahkan guru-gurunya sendiri seakan menyimpan banyak rahasia. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan hanya bergerak mengikuti alur, seperti daun yang tertiup angin, begitulah diriku sekarang.
Bagaimana kisah esok hari masih belum diketahui, semuanya memiliki probibalitas tinggi antara aku dikeluarkan atau jebakan yang kubuat bekerja dengan baik. Harapan yang kuinginkan adalah tidak salah menunjuk target, karena bila itu terjadi hanya akan ada musuh baru yang membuat jalan ini semakin suram.
"Kamu keliatannya lagi capek, apa kamu ngehabisin hak pentas pas hari terakhir?"
Suara lembut yang terdengar khawatir itu datang tepat setelah aku menghela napas 'tuk kesekian kalinya. Aku pun mengintip sedikit siapa yang bicara barusan dan aku langsung disambut oleh senyuman manis yang terukir indah ketika dia sedikit mendongkak untuk melihat wajahku.
"Enggak, aku cuma kurang tidur aja," sahutku membalas tatapan Felly yang kini berjalan di sampingku.
Ia kembali menoleh ke depan, melihat gedung kelas yang sudah semakin dekat. "Besok bakalan gimana, ya?"
Sepertinya gadis ini juga mengkhawatirkan hari esok. Itu seharusnya tidak perlu, mengingat ia sudah mendapatkan jaminan dari Ryan Pratama yang akan memberikannya popularitas kurang lebih sebanyak 4.000, itu angka yang cukup untuk dipromosikan ke Kelas D.
"Kamu khawatir?"
"Bohong banget kalau aku sama sekali enggak khawatir." Felly sekali lagi memperlihatkan lengkunagn di bibirnya, tetapi kali ini terasa hampa.
Aku bisa memahami ke khawatirannya. Apa lagi ia sempat yakin kalau akan banyak anak Kelas F yang dikeluarkan besok. Namun, mendengar penjelasan Ryan semalam, aku rasa dirinya harus lebih mengkhawatirkan kalau dirinya dibenci seisi kelas. Saat itu terjadi ....
"Apa kamu takut?" tanyaku menepis pemikiran mengerikan yang sebelumnya muncul.
Pertanyaan itu harusnya sudah kuketahui jawabannya, aku hanya ingin berbincang dengan Felly lebih lama dari biasanya. Orang bijak pernah berkata kalau setiap pilihan memiliki penyesalannya masing-masing. Sebagai yang memilih, manusia harus bisa menghadapi penyesalan tersebut.
Felly belum juga menjawab, ia tidak terlihat bingung ataupun semacamnya. Ekspresi itu datar, seakan tak membiarkan siapa pun membacanya. Ia terus melangkah dengan pelan, berusaha menyesuaikan pergerakanku yang memang sengaja melambat.
"Kenapa kamu nanyain soal itu?"
Bukannya mendapat jawaban, aku malah mendapatkan pertanyaan tidak terduga yang diutarakan oleh Felly Andara. Dirinya tiba-tiba saja berhenti, membuat langkah kaki ini juga ikut diam sembari memandang ke belakang, tepatnya ke arah gadis itu berdiri.
"Kenapa kamu keliatannya kayak berusaha buat nakut-nakutin aku? kan Ryan udah bikin perjanjian sama aku."
Tidak, aku sama sekali tak menakut-nakutinya. Hanya saja, ketakutannya itu pasti akan menjadi nyata ketika hasil event diumumkan. Bukan tentang ia akan dikeluarkan dari sekolah, melainkan ketakutannya tentang dibenci oleh orang lain. Kejadian seperti itu akan menjadi nyata dan aku berusaha membuat Felly siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Popularitas adalah Segalanya (Vokal)
Teen Fiction"Sebenarnya aku tidak berharap banyak, kalau kau bisa mengeluarkan dia sebelum akhir semester maka kamu bebas. Kamu tidak perlu lagi mengeluarkan murid-murid lainnya. Tapi, karena aku yakin kamu pasti kesulitan, rasanya untuk Agustus ini, aku akan m...