Yurina langsung berlari mendekati tiga orang yang baru saja terlihat dari ujung lorong. Kekhawatirannya bukanlah candaan, ia sangat mencemaskan sahabat-sahabatnya. Dari kejauhan aku dapat melihat kepala mereka yang tertunduk, memberikan firasat kalau itu bukanlah berita baik.
Mereka berhenti di sana, aku tidak bisa mendengarkan apa pun. Terlalu jauh, padahal aku juga sedikit penasaran dengan apa yang akan terjadi. Dari peraturan yang ada, memukul seseorang akan mendapatkan teguran dan skorsing dan jika parah, bukan tidak mungkin sanksi dropout akan diberikan.
Aku dapat melihat Yurina sedang mengomel dengan wajah kesal sekaligus kecewa. Sedangkan mereka hanya diam, semakin membungkuk. Tanpa perlu mendengar langsung aku sudah bisa menduga kalau itu bukanlah sesuatu yang baik. Akhirnya mereka sama-sama diam dan Yurina pergi meninggalkan mereka bertiga.
Gadis itu terus mempercepat langkahnya, sementara aku sudah tidak dipedulikan lagi olehnya. Sepertinya keberadaanku sama sekali tidak dianggap sekaraang, sebab Yurina hanya berlalu tanpa sepatah kata pun ketika berjalan melewatiku. Sekilas dari kelopak matanya tadi beberapa air menetes yang sebisa mungkin ia sembunyikan dariku.
Di sudut lain, David kelihatan sangat menyesal. Aku harus membenahi kata-kata tadi. Dia sama sekali tidak menunjukan perasaan bersalah, malah lebih mirip seperti orang kesal dengan apa yang baru saja terjadi. David memiliki kebanggaannya sendiri, satu atau dua perkelahian tidak menjadi masalah baginya.
Entah apa yang membuat laki-laki itu kesal, tetapi aku yakin kalau kemarahannya bukan ditujukan kepada Yurina. Tidak ada yang bisa aku lakukan untuk sekarang, akan sangat buruk jika membicarakan permasalahan kelompok yang ingin pentas. Apalagi aku tak tahu persis apa yang terjadi.
Sekali lagi aku menengok ke belakang, melihatDavid yang sudah menghantam tiang di dinding dengan tinjunya. Meskipun jauh,aku masih sayup-sayup mendengar suara hantaman tersebut. Wajahnya yang memerahitu makin kesal, mengeluarkan aura untuk jangan didekati.
Dua orang yang lainnya menampilkan ekspresi menyesal, berbeda dengan David. Mereka bahkan berusaha menenangkan sahabatnya yang pemarah itu. Kesalahan yang mereka lakukan pasti sangat buruk. Aku hanya bisa berharap kalau ini tidak terlalu berpengaruh pada pekerjaanku.
***
Ini adalah akhir. Mau dihibur bagaimana juga, David tidak akan senang dengan hukumannya. Dilarang melakukan pentas karena alasan kekerasan. Hal ini berdampak buruk bagi kelompok kami. Jika kami tak melakukan pentas, itu artinya kami tidak akan mendapatkan popularitas dan tentu saja berujung dropout.
Saat perjalanan pulang tadi aku berpapasan dengan Yurina. Kondisinya yang suram itu terpaksa membuatku mengajaknya untuk berbicara sebentar. Dirinya masih terpukul atas sanski yang diberikan oleh pihak sekolah pada sahabatnya.
Ia bahkan bercerita dengan mata yang berkaca-kaca, memunculkan rasa iba seorang laki-laki dan berusaha untuk membuatnya lebih baik. Mungkin insting laki-lakiku mengatakan demikian, jika tidak begitu mana mungkin aku akan membawanya ke kamar untuk minum teh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Popularitas adalah Segalanya (Vokal)
Teen Fiction"Sebenarnya aku tidak berharap banyak, kalau kau bisa mengeluarkan dia sebelum akhir semester maka kamu bebas. Kamu tidak perlu lagi mengeluarkan murid-murid lainnya. Tapi, karena aku yakin kamu pasti kesulitan, rasanya untuk Agustus ini, aku akan m...