19. akad

140 9 0
                                    

POV Abyan

Malam ini hari terakhirku menjadi seorang pria lajang, besok aku akan menggelar acara akad nikah sederhana, mamah Shinta dan juga ibu sudah mempersiapkan semuanya, sengaja mempercepat pernikahan karena aku tidak mau Shafina berubah pikiran membatalkan pernikahan kami meskipun kemungkinannya sangat kecil karena yang ku tahu Shafina tipe orang yang teguh pada pendirian ketika telah membuat keputusan tapi setelah mendengar cerita ayah dan ibu tentang Shafina yang rela membatalkan pernikahan hanya karena ingin mempertahankan perusahaan, rasa khawatir ku semakin besar, aku tidak mau kehilangan dirinya, walaupun baru mengenalnya tapi rasa cinta ini terlalu besar untuknya yang kutakutkan tidak bisa mengendalikan perasaan ini ketika berdekatan dengannya, aku juga pria normal bukan??? aku ingin memiliki cinta berdasarkan ikatan suci pernikahan yang setiap langkah mendapatkan pahala dan ridho dari Nya. Setelah kejadian saat Shafina bertemu Sisca dan juga Andra dikafe, aku marah dan kecewa pada Shafina karena tidak jujur dengan sengaja menutupinya.

Namun itu bukan inti konflik sebenarnya, sebelum Shafina bertemu Sisca dan Andra malam itu, siang hari Bu Ajeng sengaja menemui ku....

"Saya minta batalkan pernikahan anda dengan Shafina!"

"Apa hak anda mengatur pernikahan kami?"

"Saya akan menarik semua saham di perusahaan ini jika kamu tidak melakukan pembatalan pernikahan itu" ancam Bu Ajeng

"Demi apapun, saya tidak akan mundur untuk menikahi Shafina, apa maksud anda sebenarnya? Apakah kurang kalian menghina dan membuat Shafina dan keluarganya sedih?" jawabku

"Ini demi kebahagiaan anakku"

"Saya tidak mengerti maksud anda!"

"Setelah pernikahan Andra dan Sisca, hanya ada keributan dalam rumah, Andra setiap malam pulang dalam keadaan mabuk, dia sama sekali tidak menerima Sisca menjadi istrinya, kebahagiaannya bersama Shafina, saya menyesal memisahkan mereka, saya ingin mempersatukan mereka kembali. Saya mohon lepaskan Shafina untuk anak saya, penyakit yang mungkin akan menurun ke anaknya kelak tidak saya pedulikan lagi, saya menerima semuanya agar Andra bahagia" jawaban Bu Ajeng yang membuat darah ini memanas namun aku menahan emosi agar bisa berpikir jernih dan tepat mengambil sikap, sungguh egois sekali wanita tua itu hanya mementingkan kebahagiaannya sendiri.

"Lagipula saya pikir, Shafina tidak mencintai kamu Abyan, kalian baru mengenal bukan? Mana mungkin Shafina dapat dengan mudah melupakan Andra anakku mantan calon suami Shafina yang sempurna" senyum meremehkan Bu Ajeng saat menatapku. Perkataannya membuat amarahku benar-benar berada pada titik klimaks....

"Anda bisa pergi dari ruangan saya, karena percuma saja usaha anda tidak akan mengubah keputusan saya untuk menikah dengan Shafina, dan soal rasa cinta, bukan HAK anda untuk menilainya, karena cinta bukan dilihat tapi dirasakan!"

Bu Ajeng pun pergi dengan wajah merah karena kemarahannya, namun bukan berarti dia berhenti untuk berjuang membatalkan pernikahanku, ayah menjadi sasaran lanjutan aksi Bu Ajeng, beruntungnya ayah dan ibu bukan tipe orangtua yang selalu mementingkan sebuah materi tapi kebahagiaan, walaupun aku bukan anak kandung mereka tapi perlakuan mereka benar-benar layak disebut orangtua kandungku, kebahagiaan ku prioritas utama sejak mereka mengadopsi aku sebagai anak, sungguh aku beruntung memiliki mereka.

Sejak malam itu, aku tidak membalas telepon ataupun pesan dari Shafina, jujur tidak tega berbuat itu padanya, namun aku tahan semua keinginan ku untuk memberi kabar untuknya karena perkataan Bu Ajeng tentang rasa cinta Shafina membuat pikiranku gelisah, rasa khawatir kehilangannya pun bertambah, dengan tidak memberi kabar aku ingin lihat seberapa besar usahanya menghubungi aku, dan ternyata semua tidak sia-sia ketika Shafina berkata ....
"Mas Aby juga tega sama Shafina, tidak memberi kabar, membalas pesanpun tidak, mas tidak tahu betapa khawatirnya Shafi, aku tidak mau mas marah, aku ingin mas selalu disampingku, aku mau selalu diperhatikan, aku merasa ada yang hilang dalam diriku selama mas Abyan tidak memberi kabar, aku tidak mau kehilangan kamu mas" meski ia mengucapkannya dengan menangis, namun kuanggap bukan tangis kesedihan tapi kebahagiaan lebih tepatnya kebahagiaanku yang mendengar kalimat panjang penuh harapan dan cinta untukku....

****

"Saya terima nikah dan kawinnya Shafina Elisha Putri Yusuf dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" ucapku dengan satu tarikan nafas mengucapkan ikrar suci pernikahan, menjabat tangan papah Yusuf dan menerima semua tanggung jawab sebagai seorang suami.

"Bagaimana para saksi?"

"Sah."

"Sah."

"Sah."ucap para saksi pernikahan

Proses ijab kabul pun selesai dan berjalan lancar, aku terpesona tak mampu berkata-kata saat netraku menangkap sosok Shafina yang terlihat cantik dan anggun dengan kebaya putih yang ia kenakan dari ruangan didampingi ibu dan mamah Shinta, berjalan mendekat kearah ku membuat jantung ini terasa berdetak lebih kencang. Sesampainya ia tepat dihadapanku entah apa yang berada dipikiran saat itu, aku hanya memandangi wajah cantiknya tanpa berkedip, sampai suara seseorang menyadarkanku....

"By, kedip sebentar memandangi adikku, ada berkas yang harus kalian tanda tangani bersama, nanti malam saja memandangnya sampai puasss...." celetuk seseorang yang sekarang menjadi kakak ipar ku yaitu Syakiel, yang membuat semua orang tertawa mendengarnya, ahh sungguh malu.

Shafina mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan ku, rasanya bahagia tak terkira ketika seseorang yang sebelumnya hanya angan untuk disentuh tapi saat ini ia benar-benar menyentuh punggung tangan, menarik dan mencium tanganku dengan takzim, setelah itu aku membelai pipinya yang terlihat kemerah-merahan, aku tersenyum melihatnya malu-malu, mencium keningnya dan menarik tubuhnya kedalam pelukan menyalurkan rasa bahagia, nyaman itulah yang dirasakan saat memeluk Shafina.

"Sabar nak Aby...." Ucap papah Yusuf

"Iya nak, Shafina dilepas dulu pelukannya acara belum selesai" sahut ayah

Ahh aku sampai tidak ingat ada banyak orang, memang benar kalau cinta itu dunia serasa milik berdua, buktinya saat memeluk Shafina yang kulihat hanya ada dia disekitarku....

"Mas Aby, ya Allah Shafina malu...." Nada protes Shafina yang hanya di jawab dengan cengiran polos ku, sesungguhnya aku juga malu tapi mau bagaimana lagi kebahagiaan tengah menyelimuti hati.

Selesai acara akad nikah, satu persatu tamu dan keluarga terdekat ijin untuk pulang, termasuk ayah dan ibu, selama belum diadakan resepsi aku ingin tinggal dirumah keluarga Shafina untuk mengakrabkan diri dan mengenal satu sama lain meskipun untuk Syakiel itu tidak perlu dilakukan karena dia sudah lama mengenalku, tapi aku ingin mendekatkan diri pada mamah dan papah Yusuf serta membuat Shafina nyaman karena tidak jauh dari orangtuanya.

Saat ini aku berada dikamar Shafina, dengan cat warna kamar didominasi oleh biru, pajangan foto masa kecil sampai dewasa Shafina yang terlihat cantik dari ia kecil terlebih lesung pipinya yang terlihat kala ia tersenyum di foto, namun ada salah satu foto yang membuat rasa cemburu, yaitu foto ia dengan Hafiz semasa sekolah dengan pose saling memandang satu sama lain layaknya seorang pacar bukan seorang sahabat.

"Liat apa mas, serius kelihatannya?" Suara Shafina mengagetkan lamunan ku tentang hubungan mereka.

"Foto kamu sama Hafiz seperti sepasang kekasih" jawabku

"Masa sih mas?"

"Hmmm...." Jawabku singkat, lalu ia mengambil foto itu dan meletakkan nya ditanganku

"Kalau memang mas keberatan dengan foto ini, mas bisa merobeknya, tapi jangan berpikir negatif, saat itu benar-benar hanya sebatas sahabat" ucap Shafina dengan tersenyum

"Saat ini?" Tanya ku

"Aku tidak mau ada yang ditutupi mas, setelah aku menjawab khitbah dari mas Aby, hafiz mengungkapkan perasaannya pada ku, dia mencintaiku dari masa sekolah ternyata, bahkan dia menjadi dokter karena ingin menyembuhkan aku, tapi saat ini, mas Abyan Syailendra adalah suamiku...." Shafina menatapku dan tersenyum

"Suami dunia akhirat ku insyaallah...selain mas Aby, semua laki-laki tidak berarti apapun untuk Shafina, insyaallah Shafina akan menjadi istri shalihah untuk mas Aby, bisa memenuhi semua hak dan kewajiban sebagai seorang istri yang baik"

"Mas janji akan selalu membahagiakan dan melindungi mu Sha, aku mencintaimu Sha...."

"A-ku.... belum bisa bilang cinta sebelum benar-benar yakin mas"

Mendengar itu aku hanya bisa tersenyum, ia sangat polos bukan? Tidak merasakan ada cinta dihatinya untukku, baiklah sekalian akan aku buktikan malam ini bahwa aku telah bertahta dihatinya.....

~bersambung

Cinta Untuk Shafina 💕 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang