POV Shafina
Setelah perdebatan aku dan mas Abyan, ia tertidur pulas dengan memeluk dan menggenggam tanganku, ia telah memutuskan tidak bisa menjauhi dan tidak bertemu dengan Tania dengan alasan Tania membutuhkannya, kecewa dan sedih mendengarnya mempertahankan sahabat dibandingkan aku istrinya, mereka bukan hanya sekedar sahabat, keduanya memiliki rasa cinta satu sama lain.
Aku salah mengira bahwa mas Abyan tulus mencintai ku, nyatanya dia lebih memilih sahabat yang ia cintai dibandingkan aku, namun aku tidak menyesal telah mencintai nya saat ini walau cinta ini baru aku rasakan setelah menikah dengannya, paling tidak aku tidak berkhianat pada suamiku, hati cinta dan perasaan ku benar-benar utuh terhadapnya, keputusanku sudah bulat, aku mundur entahlah sikapku ini karena mengalah atau menyerah, yang jelas aku tidak ingin mempertahankan suatu pernikahan yang didalamnya tidak ada sebuah kejujuran, keterbukaan dan kepercayaan satu sama lain. Aku merasa dibohongi oleh mas Abyan, marah? Tentu, kecewa? Sangat....
Prioritas saat ini hanyalah kesehatan dan juga janin yang berada dalam rahimku, buah cintaku dengan mas Abyan, ahh salah mungkin hanya buah cinta ku seorang karena cinta Abyan hanya untuk sahabatnya Tania, perih saat ini yang kurasa namun aku bisa apa??? Bertahan dan mendapatkan luka hati lebih dalam tidak akan pernah aku lakukan, cinta bukan segalanya hingga membutakan hati bahkan sampai menjerumuskan aku kedalam kesedihan yang berlarut-larut.
"Kamu boleh pergi dari Abyan nak, tapi jangan pergi dari kami, ibu dan ayah sudah menyayangi mu seperti anak kami sendiri, terlebih ada cucu ibu dan ayah dalam rahim mu" pinta ibu sebelum aku pergi meninggalkan rumah mereka
"Kami akan menjamin kehidupanmu nak, tempat tinggalmu sudah kami siapkan, ayah jamin kamu akan senang tinggal disana dan Abyan tidak akan tahu keberadaan mu"
"Terimakasih ayah ibu, Shafina sayang kalian, setidaknya dari pernikahan ini Shafina mendapatkan kasih sayang kalian" aku memeluk ibu erat, setidaknya aku bahagia memiliki orangtua seperti mereka.
Sebelum meninggalkan rumah, aku memberikan sepucuk surat untuk mas Abyan. Selamat tinggal semoga ini yang terbaik....
****
Saat ini aku berada dirumah sakit menemui Bu Ajeng dan Sisca istri Andra, aku ingin melihat kondisi Andra dan juga berbicara pada Sisca
"Maafkan aku Sha, telah berpikir kamu akan mengambil Andra dariku, meskipun aku rela demi kebahagiaannya" ucap Sisca
"Pertahankan yang memang harus dipertahankan Sisca, antara aku dan Andra tidak ada hubungan apapun, bahkan cintaku saat ini hanya pada suamiku, kamu harus berusaha mendapatkan cinta Andra, aku akan membantu mu"
"Maukah kamu menjadi sahabat ku Shafina? Tempat aku berbagi keluh kesah dan menyemangati ku" pinta Sisca
"Kenapa tidak? Tapi Andra tidak boleh tahu akan hal ini, biar jadi rahasia kita" aku pun tersenyum dan tangan kami menggenggam satu sama lain menyalurkan kekuatan dan semangat menghadapi masalah rumah tangga kami yang rumit. Setidaknya Sisca beruntung dan bisa mempertahankan rumah tangganya karena aku dan Andra tidak memiliki hubungan khusus, bagaimana denganku? Suamiku memiliki hubungan dengan wanita lain, sebuah cinta didalam sebuah persahabatan, masih bisakah mempertahankan nya?
****
Kak Syakiel, mamah dan papah mengantar kerumah baru yang telah disediakan ayah mertua ku,
"Benar nak kamu akan tinggal ditempat ini tanpa kami?" Tanya papah
"Hanya sementara pah, Shafina butuh ketenangan saat ini untuk kesehatanku dan juga janin dalam rahimku"
"Mamah tidak pernah mengira, Abyan akan menyakiti kamu seperti ini nak, apalagi kamu sedang mengandung anaknya" ucap mamah Shinta sedih
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Shafina 💕 (Completed)
General FictionKetika pernikahan harus dibatalkan karena penyakit yang ia derita, apa yang bisa wanita itu lakukan? Sanggupkah ia ? Adakah seorang pria yang menerima ia apa adanya serta memperjuangkan nya. Siapakah yang akan jadi jodohnya? Ikuti kisahnya