HAPPY READING 😍Dalam keadaan marah seperti ini, akan sangat berbahaya bagi Bens mengendarai motornya di jalan raya, apalagi dengan cara ugal-ugalan. Tidak peduli dengan aturan jalanan yang harus dia patuhi. Pikiran Bens tertinggal di rumah kosong itu tanpa bisa memastikan bahwa Wulan baik-baik saja saat ini. Di pundaknya, terdapat ransel milik Wulan yang ditemukan oleh Aksel di trotoar jalan.
Bens menurunkan kaca helmnya, lalu menggas kencang motornya menuju rumah keluarga Biyantara. Gagal menemukan Wulan meski malam sudah semakin larut, Bens tetap tidak patah semangat. Dia benar-benar mengkhawatirkan gadis manja itu sekarang.
"Lo bakalan mati di tangan gue, bajingan!" makinya dengan wajah tegang luar biasa. Setelah menerima video dari Hastra, Bens memang menggila tanpa bisa mengendalikan dirinya sendiri. Sedari sore mencari keberadaan Wulan, bahkan dengan bantuan Destroyer meski Bens tak memintanya, Wulan tetap tidak ditemukan.
Gue harus nyari lo ke mana lagi, Lan? tanya Bens lirih dalam hati, nyaris putus asa. Setidaknya kasih tau gue kalau saat ini lo dalam keadaan baik-baik aja. Meskipun tanpa gue.
***
Pukul sembilan lebih tujuh menit, Bens tiba di depan gerbang rumah Brihastra Biyantara. Rumah yang bertahun-tahun lamanya ia tinggalkan. Rumah paling buruk yang tak bisa dia tempati bersama Kiyara. Tempat yang menyimpan jutaan kenangan, yang selalu berhasil menciptakan luka kepedihan.
Berhubung Hastra sudah menunggunya dengan wajah lebam akibat perkelahiannya dengan Varon, setelah memarkirkan motornya dengan asal dan turun dari motor secara tergesa-gesa, seperti orang kesetanan, Bens langsung menghantam wajah Hastra dengan pukulan mautnya. Seketika amarahnya mencapai puncak.
Bugh!
Teriak kesakitan Hastra menyatu dengan bunyi berdebuk akibat pukulan Bens yang menghantam rahangnya.
Dengan napas terengah-engah, Bens menatap Hastra yang terjatuh ke lantai. "Ini akibatnya kalau lo main-main sama gue, Tra!" peringat Bens penuh emosi. "Gue kecewa sama lo. Adik yang gue didik buat jadi manusia ternyata kelakuannya kayak binatang! Lo sama Heksa sama-sama biadab!"
Tak jauh dari lokasi perkelahian, seorang satpam kepercayaan Heksa berjaga-jaga. Ketika Bens mulai menyerang Hastra, lelaki berbadan tinggi besar itu sudah hendak bergerak untuk menyelamatkannya. Namun Hastra memberi kode agar lelaki yang biasa disapa Pak Bahari itu untuk diam dan menahan diri. Seolah menegaskan bahwa itu hanyalah urusannya dengan Bens.
"Bangun lo, pengecut!"
Saat ini Bens sedang dikuasi amarah, dia tidak punya kuasa mengendalikan dirinya sendiri. Lelaki dengan penampilan berantakan itu, kembali melayangkan pukulan kedua saat Hastra ingin bangkit.
Bugh!
Kali ini pukulan itu lebih bertenaga dan langsung menghantam tulang pipi Hastra. Menghimpit jejak luka yang Varon tinggalkan di sana. Teriakannya nyaris tak terdengar, Hastra menahan dirinya untuk tidak menarik perhatian Crisya yang sedang tidur di dalam rumah. Dan untungnya, malam ini ayahnya belum pulang dari kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bens Wulan 2020
Teen FictionRated : 16+ Cerita ini mengandung kekerasan, umpatan kasar, tindakan tidak senonoh yang tidak patut ditiru, dan hal-hal negatif lainnya yang dapat merusak pembaca . Harap bijak memilih bacaan! *** Sebelum berucap, Bens melirik Wulan yang masih belum...