05. TAK ADA PILIHAN

2.2K 259 60
                                    

"Lo ngapain di dalem? Setengah jam gue tungguin nggak kelar-kelar! Make lo?!"

Wulan tersentak begitu suara berat seorang laki-laki menyapu pendengarannya, menyudutkannya sebagai seorang pemakai. Ketika menoleh ke samping, ternyata si malaikat pencabut nyawa bernama Hastra yang sedang berdiri dan tersenyum miring ke arahnya. Tanpa memedulikan cowok yang masih dianggap sosok asing itu, Wulan mengunci pintu rumahnya tanpa khawatir.

"Gue nggak nyuruh lo buat nunggu. Aib lo sendiri nggak usah dilempar ke orang!" balas Wulan cuek, membuat Hastra terkekeh. Bener. Hapal banget lo, baru kenal juga, batin Hastra.

Setelah mengunci pintu, Wulan berbalik dan hendak mengabaikan Hastra dengan menganggap cowok itu tidak ada di dekatnya. Namun baru berjalan selangkah, sesuatu yang keras justru melingkar di pinggang Wulan dan secara tiba-tiba tubuhnya ditarik ke belakang. Sampai akhirnya punggung Wulan membentur bidang dada Hastra.

"Hastra!" pekik Wulan keras, yang diteriaki justru tertawa kencang dan tidak melepaskan pelukannya dari pinggang Wulan.

Berkat Hastra, semalam Wulan tidur dengan nyenyak. Sebab tak ada lagi Rana yang suka memerintah, tak ada lagi Rana yang bersikap kejam padanya. Namun sekarang yang perlu dikhawatirkan adalah laki-laki yang sedang memeluknya dari belakang. Brihastra Biyantara.

Mendengar tawa Hastra yang semakin keras, Wulan memberontak. "Hastra, lepasin gue!"

"Diem!" bentak Hastra tak kalah kencang, membungkam mulut Wulan tanpa perlawanan. Sekarang yang terlihat hanya kekesalan terpendam di wajah cewek itu.

"Lo itu milik gue. Mulai hari ini, lo pulang-pergi sekolah sama gue." Hastra melanjutkan, seketika membuat Wulan mengerutkan kening.

"Nggak! Gue nggak mau!"

"Kalau lo nggak mau, gue paksa!"

Penolakan terang-terangan Wulan justru semakin membuat posisi cewek itu semakin sulit. Setelah melepaskan tangannya dari pinggang Wulan, cekalan Hastra justru berpindah pada pergelangan tangan Wulan. Cowok itu sengaja menambah-nambah masalah, supaya Wulan tersiksa dan dia bahagia.

Sejenak, Wulan menatap Hastra yang kehilangan kendali. "Hastra, kenapa, sih, lo kayak gini ke gue? Gue harus gimana supaya lo lepasin gue, Tra?" tanya Wulan terdengar putus asa. Mau melawan, dia sadar tidak punya daya, mau pasrah, Wulan juga tidak rela kehilangan apapun dari jiwa dan raganya yang berharga.

"Ahks! Hastra, sakit!"

Cewek dengan rambut panjang digerai itu terpekik saat Hastra mengencangkan cekalan tangannya. Kemudian tanpa aba-aba menyeret Wulan menuju motor CBR yang terparkir di halaman. Sekarang Wulan sadar dengan siapa dia berhadapan, membuatnya harus tunduk di bawah titah dan perintah seorang Hastra. Dirinya sudah terjebak sejak malam itu.

"Sampai kapan pun, lo nggak akan bisa lepas dari gue, sekalipun ada yang berpihak sama lo!"

"Gue punya seseorang yang akan bantu gue buat bebas dari jeratan lo!" balas Wulan tanpa merasa takut. Ingatannya pada Bens dan seragam berdarah tiba-tiba menyelusup semakin dalam, membuat Wulan tak memiliki pilihan lain.

Bens, lo harus melindungi gue, titik! Apapun caranya, gue akan paksa lo untuk melindungi gue. Seperti kesepakatan kita waktu kelas sepuluh dulu. Wulan menahan geram dengan mengepalkan kedua tangannya dikedua sisi tubuhnya.

***

Lima belas menit perjalanan. Kecepatan laju motor Hastra membuat Wulan tiba di sekolah lima belas menit lebih cepat dari biasanya. Sekarang mereka sudah berada di parkiran sekolah, menjadi bahan obrolan siswa-siswi SMA Gemilang di pagi hari. Keduanya mendengar dengan jelas, seolah sengaja diucapkan dengan keras, supaya Wulan dan Hastra mendengar cibiran mereka.

Bens Wulan 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang