Pemuda berpakaian serampangan itu berhasil tiba di garis depan dengan selisih jarak yang tipis terhadap lawannya. Motornya berdecit ketika berhenti tiba-tiba, bagian belakang motornya sengaja diangkat dan asap keluar dari knalpot motornya. Memberikan pertunjukan kecil atas kemenangannya. Sekaligus mengejek lawan atas kekalahan yang dia terima.
Ketika teman-teman serta penonton bersorak meneriaki nama dan juga gelarnya sebagai Penguasa Jalanan, cowok itu tersenyum simpul. Beginilah kegiatannya setiap tengah malam. Jika bukan balapan liar, maka dia akan berkumpul bersama teman-temannya, atau mengikuti turnamen tinju ilegal. Lalu pulang saat jam menunjukkan pukul tiga dini hari.
Ekor matanya berhasil menangkap tiga sosok laki-laki dalam kerumunan. Dia adalah Pedro, Markus dan Frengky. Tiga sosok yang selama ini berdiri kuat di belakang si Penguasa Jalanan, menjadi penopang ketika bangunan kokohnya mulai goyah. Ketiganya seperti pilar untuk Sang Penguasa Jalanan.
"Wooo ... mantap, Bens, seperti biasa. Main lo keren banget meskipun lawan lo lebih jago dari lo, senior pula," kata Markus bangga ketika sahabatnya itu sudah turun dari motor dan menghampirinya.
Benneth Hastanta. Sosok yang beberapa waktu belakangan ini namanya melejit dalam kegiatan memanaskan ban di jalanan. Bens bertos ria bersama teman-temannya, cukup membuat kelompok lain iri kepada mereka. Belum lagi tatapan perempuan-perempuan yang tanpa ragu menunjukkan ketertarikan mereka terhadap Bens. Sayangnya Bens enggan menanggapi, karena baginya makhluk Tuhan yang satu itu hanyalah seonggok masalah yang harus dihindari mati-matian. Terkecuali sang ibu pastinya.
Frengky sebagai sosok paling muda di antara keempat pemuda itu, menepuk pelan pundak Bens. "Makin-makin aja lo, Bang, bikin yang lain pada sakit perut gegara posisinya terancam," ujar Frengky diiringi gelak tawa mengejek.
"Ini baru awal." Pedro mengingatkan teman-temannya. "Dunia tempat kita nyari duit ini risikonya besar, jangan pada besar kepala dulu lo pada. Malam ini lo bisa bangga dengan kemenangan lo, tapi malam berikutnya lo bisa aja terkapar di jalanan dengan keadaan mengenaskan."
Bens mengangguk membenarkan. "Bener kata Bang Pedro. Gue ngelakuin ini juga demi anak-anak di Rumah Kasih, demi bunda dan juga kebutuhan bunda. Gue nggak ada pilihan lain, niat gue juga bukan buat pamer skill sama tampang," papar Bens dengan raut sedih bercampur lelah.
"Gue suka gaya lo, Bro. Cuma masalahnya, kita nggak akan pake cara ini terus buat dapet duit. Cara kita nggak bener semua anjir. Tiap kali anak-anak Rumah Kasih nanya gue kerja apa, gue selalu diam dan mengalihkan pembicaraan." Markus terkekeh, cowok yang badannya seperti bodyguard itu merupakan pimpinan para copet.
Badan yang bugar dan sehat itu seharusnya memiliki pekerjaan yang layak selain menjadi pencopet, semisalnya saja jadi kuli? Namun Markus menolak lantaran uang yang dihasilkan terlalu sedikit, sementara kebutuhan di Rumah Kasih tiap minggunya selalu membeludak. Jika mengharapkan penghasilan kecil-kecilan Bunda Kasih dan Ayah Johan saja, tentunya tidak akan cukup. Karena itulah, Markus menjadi pimpinan para copet jalanan. Selain itu, ada Frengky yang memiliki suara emas, uang yang cowok itu hasilkan lumayan besar untuk dijadikan tambahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bens Wulan 2020
Fiksi RemajaRated : 16+ Cerita ini mengandung kekerasan, umpatan kasar, tindakan tidak senonoh yang tidak patut ditiru, dan hal-hal negatif lainnya yang dapat merusak pembaca . Harap bijak memilih bacaan! *** Sebelum berucap, Bens melirik Wulan yang masih belum...