Prolog

2K 105 7
                                    

Di rumah sakit konoha tepatnya diruang  rawat seorang gadis berambut coklat di cepol dua tengah duduk sambil mengenggam tangan wanita paruh baya dan pria paruh baya yang sedang berbaring diatas kasur dengan selang infus pada tubuhnya dan memakai alat bantu nafas.

diruangan ini hanya ada suara alat monitoring yang terdengar sedari tadi, gadis ini terus menerus memohon agar
tuhan tidak mengambil nyawa ayah dan ibunya.

"ibu, ayah" lirih tenten.

"aku mohon bangun" ucap tenten menahan tangis.

"tenten" panggil gadis berambut lavender.

tenten yang dipanggil langsung membalikan tubuh nya dan melihat dua orang wanita yang ia kenal.

"ten, kau harus makan sekarang, kemarin kau belum makan" paksa hikari.

"nanti saja, ayah ibu tidak ada yang menjaga" jawab tenten.

"bibi yang akan menjaga nya, kau pergi ke kantin rumah sakit di temani hinata" jelas Hikari.

"hinata, temani tenten" titah Hikari menatap anak gadisnya.

"baik bu, ayo ten" ajak hinata.

tenten menganguk mengerti lalu saat ia hendak keluar ia berbalik badan saat mendengar suara dari alat monitoring.

tut......

suara alat itu membuat tenten, hikari dan hinata menatap layar monitoring yang menunjukkan garis lurus.

saat melihat nya tenten langsung bergegas mendekat ke ranjang ibu nya sedangkan hikari langsung memencet tombol darurat yang ada di dekat ranjang.

"ibu" ucap tenten lirih.

tidak lama kemudian dokter dan perawat datang dan langsung memeriksa keadaan pasien setelah memeriksa dokter itu menatap tenten dan hikari sambil menggeleng.

"nyawa nya tidak tertolong" ucap dokter pelan.

tenten yang mendengar sontak menangis dan mendekati ranjang ibunya sambil menguncang kan tubuhnya.

"ibu, ini tidak mungkin kan?" tanya tenten menatap ibunya.

"ibu jawab, bilang pada ku kalau ibu tidak akan meninggalkan ku" ucap tenten lirih.

"ten, ibu mu sudah tiada" ujar hikari pelan.

"TIDAK BIBI, IBU HANYA PINGSAN HIKS" teriak tenten menangis.

"IBU BANGUN HIKS JANGAN TINGGALKAN AKU HIKS" teriak tenten menguncang tubuh ibunya.

lalu hikari menarik tubuh tenten dan membawanya kedalam pelukan nya.

"bibi, ibu tidak pergi kan?" isak tenten.

hikari tidak menjawab ia hanya mengelus rambut tenten lembut.

"dok, detak jantung pasien asuma menurun" ujar perawat.

dokter langsung bergegas memeriksa menggunakan alat Defibrillator di bantu para perawat.

tenten yang berada di pelukan Hikari langsung melepaskan pelukannya saat mendengar ucapan perawat itu.

"bibi, ayah tidak meninggalkan ku juga kan?" tanya tenten lirih.

Hikari tidak menjawab karena kemungkinan untuk hidup hanya kecil.

tenten mendekati ranjang ayahnya saat melihat mata ayah nya terbuka pelan.

"ayah, jangan tinggalkan aku, aku mohon" lirih tenten menatap ayahnya.

"ten.. ten" ucap asuma pelan.

"iya ayah?aku disini" jawab tenten.

"bisa kau turuti kemauan ayah kali ini?" tanya asuma menatap anak satu satunya.

"tentu, tentu aku akan turuti" jawab tenten cepat.

"hikari" panggil asuma, lalu Hikari mendekat ke arah ranjang suami temannya sekaligus sahabat nya.

"bisa kau nikahi dia dengan putra mu?" tanya asuma lirih.

"tentu, itu memang akan ku lakukan dari dulu" jawab Hikari.

asuma tersenyum lalu menatap anaknya yang sudah menangis.

"jangan menangis putri ayah" ucap asuma lembut lalu tangan nya berusaha menghapus air mata anaknya.

"menikahlah dengan neji, itu saja kemauan ayah" pinta asuma.

"tapi ayah-"

"kau harus menjalani hidup setelah ayah pergi sayang" ucap asuma memotong ucapan tenten.

"berjanji pada ayah untuk menikah dengan neji dan hidup bahagia dan berjanji untuk tidak berpisah, karena ayah ingin kau menikah sekali dalam seumur hidup mu" ucap asuma lembut.

tenten hanya menganguk pasrah sambil tersenyum.

"tapi ayah harus sem-"

ucapan tenten berhenti saat melihat ayahnya sudah menutup mata perlahan.

lalu dokter itu menggeleng untuk kedua kalinya, membuat tenten langsung menangis sejadi jadinya.

"AYAH, JANGAN TINGGALKAN AKU SEPERTI IBU" teriak tenten menangis.

"tenten ikhlaskan" ucap hikari.

"tidak bibi" isak tenten.

"ayah, kenapa.. kenapa meninggalkan aku juga hiks" ucap tenten memeluk ayah nya yang sudah tiada.

"ayah dan ibu jahat, meninggalkan ku sendiri" ucap tenten.

"kau tidak sendiri ten, ada aku, ibu ku, dan teman teman yang lain nya" sahut hinata lembut.

"aku mau dengan ayah ibu" lirih tenten.

"tenten ikhlaskan, ayo kita harus melakukan pemakaman" ujar hikari pelan.

tenten menganguk pelan sambil mengusap pipi ya yang basah akibat menangis.

-to be countinue-

Haii, ketemu lagi sama aku ya:v

A Promise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang