A Promise

Chapter 12

sudah 6 bulan neji dan tenten berumah tangga layak nya suami istri.
saat ini tenten tengah memasak untuk makan malam bersama suaminya, neji.
Setelah selesai memasak kesukaan neji akhirnya tenten menata makanan itu di meja, sambil menunggu neji ia berjalan menuju ruang tamu lalu matanya menatap pintu berharap neji cepat datang dan makan bersama kali ini.

karena tenten merasakan neji berubah sejak 2 bulan yang lalu, sejak 2 bulan lalu neji berubah tidak seperti awal mereka menikah.

pada saat awal menikah mereka berdua selalu makan malam bersama atau makan malam di luar dan selalu berbicara dengan nada yang lembut tapi sekarang, ia tidak pernah mau makan malam bersama dengan alasan 'aku sudah makan' bahkan mengajak makan di luar saja tidak dan neji selalu bicara dengan nada datar.

tenten tidak tahu mengapa neji berubah seperti ini, apa ia berbuat kesalahan?itu yang selalu di pikiran tenten saat ini.

saat sedang melamun ia mendengar suara pintu terbuka seketika tenten langsung berdiri dari duduknya dan menatap neji yang baru saja pulang dari kantor.

"kenapa pulang telat?" tanya tenten menatap neji.

"bukan urusan mu" jawab neji berjalan melewati tenten yang tengah berdiri.

"aku sudah membuat makanan kesukaan mu, ayo makan bersama" ajak tenten membalikan badan menatap punggung neji yang sedang berjalan ke arah kamar.

"aku sudah makan" singkat neji memasuki kamarnya.

tenten yang melihat neji masuk kamar dan berucap alasan itu lagi hanya menghelangkan nafas.

lalu ia kembali duduk di sofa sambil memejamkan matanya menahan tangis.

"kenapa, kenapa berubah" gumam tenten lirih.

pikiran tenten kacau saat ini karena memikirkan kenapa neji berubah, tenten terlalu sibuk memikirkan itu sampai lupa ia tidak pernah minum obat lagi.

kemudian tenten memutuskan untuk masuk ke dalam kamar tapi saat hendak membuka kamar ia berhenti karena mendengar suara neji tengah menelepon seseorang.

"iya, terimakasih untuk makan malam nya, aku juga mencintai mu" ucap neji lembut.

Deg

tenten memegang dada nya sesak mendengar neji mengucapkan itu tanpa di sadar air mata tenten sudah membasahi pipi nya.

"tidak mungkin" gumam tenten mengusap air matanya yang jatuh.

tenten mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar ia berjalan kembali ke arah sofa.

"dia tidak mungkin berselingkuh kan"ucap tenten pelan.

kemudian ia merebahkan tubuhnya di sofa sambil memejamkan matanya, percuma saja jika ia tidur di kamar bersama neji pasti air mata tenten akan membasahi pipi nya lagi.

****

Pagi harinya tenten terbangun dengan tubuh yang pegal pegal karena ia tidur tanpa bantal ataupun selimut.

tenten berjalan kedalam kamar yang terlihat hanya nya kosong tidak ada siapa siapa, ia tau kalau neji sudah berangkat ke kantor lalu tenten tersenyum lirih.

"bahkan, dia tidak memindahkan ku dalam kamar" ucap tenten terkekeh.

lalu tenten berjalan ke arah mandi untuk membersihkan dirinya, setelah selesai mandi kini tenten tengah sarapan sendiri ia sudah memanaskan masakan semalam.

setelah sarapan tenten memutuskan untuk pergi ke swalayan untuk membeli bahan makanan yang sudah habis, ia pergi menggunakan taksi.

saat sudah sampai di swalayan, tenten berjalan sambil mendorong trolli untuk menaruh bahan nanti kemudian ketika ia sedang memilih sayuran tidak sengaja mata nya menatap seorang lelaki yang ia kenal sedang berjalan bergandengan dengan seorang wanita yang sangat familiar.

"bukannya itu mantan kekasih neji yang dulu, aku pernah melihat nya di cafe waktu itu" gumam tenten.

tenten terus menatap nya sampai akhirnya dada nya terasa sesak kembali seperti malam ia melihat neji yang sedang mengandeng wanita lain, mata tenten sudah berkaca kaca melihat nya lalu ia terkejut saat neji tidak sengaja melihat nya.

saat neji melihat nya, tenten langsung membalikan badan nya dan pergi mendorong trolli yang kosong belum terisi apa apa.

sedangkan neji yang melihat tenten sedang menatap nya dengan mata yang berkaca kaca langsung menegang saat air mata nya keluar begitu saja.

saat melihat pergi, neji memegang dada nya yang ntah mengapa rasanya sakit saat melihat air mata tenten jatuh.

-to be countinue-