Chapter 22

911 68 18
                                    

sudah terhitung waktu 1 minggu neji dan tenten bersama miu terkadang hanya tenten yang menemani miu dirumah sakit dan bermain dengan nya karena neji bekerja lembur akhir akhir ini, tapi neji selalu mengusahakan saat makan siang untuk mengunjungi miu dan tenten di rumah sakit.

bagi miu sendiri ia sangat bahagia karena kehadiran tenten dan neji di sisi terakhir nya akhirnya dia merasakan kasih sayang orang tua yang selama ini ia inginkan, yaaa walaupun neji dan tenten bukan orang tua kandung nya.

hari ini, tepatnya sore hari pukul 5 keadaan miu menurun drastis karena gagal ginjal nya semakin parah, tenten dan neji yang mengetahui nya langsung menuju kamar rawat miu, neji yang sedang rapat pun meninggalkan rapat itu dan buru buru kemari saat tenten menelepon nya beberapa kali.

tenten membuka pintu kamar rawat miu sedikit kasar, ia dapat melihat miu sedang berbaring dan di sisi nya ada dokter dan beberapa suster.

"miu" lirih tenten saat melihat keadaan miu.

tenten melangkah mendekati ranjang miu di ikuti neji di belakangnya.

"mama ayah" ucap miu tetap tersenyum.

"miu baik baik saja" ujar miu.

tenten menggigit bibir nya agar tidak menangis, karena miu pernah bilang untuk tidak menangis.

"mama jangan menangis" ucap miu lirih.

"mama tidak menangis sayang" jawab tenten tersenyum.

"mama,ayah, aku ingin berterima kasih pada kalian sudah menjadi orang tua ku walaupun hanya beberapa hari, aku bahagia bisa merasakan kasih sayang dari kalian dan aku sungguh menyayangi mama dan ayah" lirih miu.

"tidak perlu berterima kasih, aku menyayangimu setulus hati ku miu, miu sudah ku anggap anak sendiri-" tenten menggigit bibir nya kembali untuk tidak menangis.

"aku sungguh menyayangi mu" tangis tenten sudah tidak bisa di tahan ia menangis sambil menundukkan kepala.

"mama, terimakasih sudah mencepol rambut ku seperti mama terimakasih untuk beberapa hari yang membahagiakan bagi miu dan ayah terimakasih sudah menuruti kemauan ku saat aku ingin di gendong aku menyayangi ayah" ucap miu tersenyum manis.

"ayah juga sangat menyayangi miu" lirih neji.

"mama, tidak boleh menangis" tegur miu.

tenten tetap menundukkan kepala nya membuat miu tersenyum kecil.

"aku ingin di peluk ayah dan mama lagi" pinta miu.

dengan senang hati neji dan tenten langsung memeluk miu, miu tersenyum di dalam pelukan mereka.

"aku sudah tidak kuat lagi " lirih miu.

neji dan tenten melepaskan pelukan nya dan langsung menatap miu kembali.

"ma, setelah aku pergi, jantung ku sudah berada di dalam tubuh mama, aku akan tetap hidup didalam hati mama dan ayah" ucap miu pelan.

"ayah, mama terimakasih aku sungguh sangat menyayangi dan mencintai kalian, terimakasih sudah mengizinkan ku memanggil kalian dengan sebutan ayah dan mama" ujar miu lembut.

tenten dan neji mengenggam kedua tangan miu, miu tersenyum manis pada neji dan juga tenten, perlahan mata miu tertutup membuat tenten tidak kuasa menahan tangis nya, ia kembali menangis melihat miu sudah tiada bahkan neji yang sedari tadi tidak ingin menangis depan miu pun kini sudah menangis.

"miu, hiks" isak tenten menatap wajah miu yang damai, wajah yang pucat mata tertutup dan senyuman manis itu masih ada di wajah miu.

dokter dan beberapa suster yang melihat sedari tadi hanya menatap nya sendu bahkan beberapa suster ikut menangis sejak tadi, dokter dan suster dapat merasakan apa yang neji dan tenten rasakan saat ini.

"tuan, bisa anda keluar terlebih dahulu?kami akan mengurus jenazah nya" ucap dokter.

neji menganguk, lalu ia menghapus air matanya.

"tenten, ayo keluar" ujar neji lembut.

"tidak mau" isak tenten.

"tenten, miu sudah tenang disana, kau tidak lihat senyum di wajah miu?" tanya neji.

tenten melihat senyum di wajah miu yang pucat.

"kita akan menguburkan nya kan neji?" tanya tenten.

"tentu" jawab neji.

tenten dan neji keluar dari ruangan itu dengan mata yang sembab dan hidung yang merah.

kini, tenten sedang duduk sendiri dekat ruangan miu, neji sedang menghubungi temannya seperti naruto, sasuke, sai dan shikamaru untuk membantu masalah pemakaman.

neji sudah menduga, mereka akan bertanya banyak hal saat ia meminta bantuan dengan malas neji menjawab seadanya.

setelah mematikan sambung nya, neji kembali dimana tenten tengah duduk sambil melamun.

"ten" panggil neji yang sudah duduk di sebelah nya.

"neji" lirih tenten.

neji langsung membawa tenten kedalam pelukan nya, neji mengusap rambut tenten lembut beberapa kali.

"jangan menangis, aku juga kehilangan nya ten, aku juga sedih" lirih neji.

tenten menyembunyikan wajah nya di dalam dada bidang neji ia mengenggam ujung baju miliknya agar tangis nya tidak keluar.

tidak lama kemudian, teman teman nya datang dengan raut wajah yang cemas, khawatir.

"tenten" panggil sakura, ino, hinata dan temari.

tenten yang sedang berada di pelukan neji langsung melepaskan perlukan nya.

hinata langsung memeluk tenten erat.

"syukurlah, kau baik baik saja" ucap hinata lembut.

"neji jelaskan aku tidak paham ucapan mu di telpon" ucap sasuke.

"tapi, apa pemakaman nya sudah siap?" tanya neji.

"pemakaman untuk siapa?" ujar sai.

"akan ku ceritakan nanti" ucap neji.

"hinata, ayah dan ibu belum pulang?" tanya neji menatap hinata.

"belum, aku tidak tahu kapan mereka pulang" jawab hinata sebari melepaskan pelukan nya.

"tenten, wajah mu pucat" ucap temari menatap tenten.

"aku tidak apa apa" jawab tenten.

"sebaiknya kau istrirahat" ujar sakura.

"tidak mau, aku ingin ikut pemakaman miu" lirih tenten.

"miu?" bingung ino.

tenten menganguk pelan, lalu ia memegang kepala nya yang tiba tiba terasa pusing.

" tenten, kau baik baik saja?" tanya neji khawatir.

tenten tidak menjawab ia memejamkan matanya menahan pusing yang luar biasa.

tubuh tenten ambruk membuat neji langsung menangkap tenten dan mengendong nya segera.

neji langsung memanggil suster yang sedang lewat, dengan cepat suster itu menyuruh untuk membawa nya ke ruangan.

dengan cepat neji segera mengikuti suster itu, teman temannya juga khawatir dan mengikuti neji.

saat sudah berada di dalam ruangan, tenten langsung dipasangkan alat bantu nafas.

neji dan teman temannya disuruh keluar agar tenten bisa istirahat sebentar.

kini, neji dan yang lain sudah berada diluar ruangan.

"jelaskan semuanya" pinta shikamaru.

neji menarik nafas nya pelan, lalu ia menatap teman nya satu persatu.

"dengarkan dan jangan memotong ucapan ku saat sedang menjelaskan"ujar neji, mereka semua menganguk dengan cepat.

















-to be countinue-

A Promise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang