Chapter 2

1K 83 8
                                    

hari ini tenten tengah dalam perjalanan menuju boutique temannya untuk mengambil gaun pernikahan dan tuxedo milik neji semuanya sudah di pesan atas kemauan neji dan tenten hanya menganguk menuruti nya.

seharusnya tenten pergi bersama neji tapi ia sibuk dengan urusan kantornya dan tenten mengerti karena posisi neji di kantor sangat penting, toh kantor nya milik neji sendiri.

30 menit dalam perjalanan akhirnya tenten sampai di boutique temari, temannya.

saat hendak masuk ia melihat sebuah mobil yang melintas, itu mobil milik neji tenten tau mobil itu yang di pakai neji saat bilang hendak ke kantor.

mobil itu hendak parkir di tempat sebuah cafe depan boutique, mata tenten memanas saat melihat neji keluar dengan seorang wanita yang tidak ia kenal, air mata nya keluar saat neji mengandeng tangan wanita itu bahkan neji tertawa bersama nya.

"siapa wanita itu" lirih tenten.

lalu tenten tersentak saat ada yang menepuk bahu nya pelan.

"jangan di lihat, ayo masuk" ujar temari menarik tangan tenten.

tenten menghapus air matanya saat temari menarik tangan kanan nya.

saat di dalam boutique, tenten sedari tadi diam membuat temari kesal melihat nya.

"batalkan pernikahan ini ten, nanti hati mu bertambah sakit" ucap temari.

"tidak bisa, ini permintaan terakhir ayah ku" jawab tenten.

"kamu yakin, pernikahan ini akan membuat mu bahagia?" tanya temari.

"semoga saja" jawab tenten tersenyum.

"jadi, mana pesanan nya?" tanya tenten.

"aku ambil dulu" pamit temari mengambil pesanan milik temannya.

saat temari sedang mengambil pesanan nya di dalam ruangan, tenten memegang dada nya yang terasa sangat sakit ia tersadar kalau dirinya belum meminum obat tadi pagi dan sekarang sudah menunjukkan pukul 12 siang.

temari yang sudah mengambil pesanan temannya langsung berlari saat melihat tenten memegang dada nya sambil merintih.

"temari, ssakit sekali" rintih tenten saat temari berjongkok di depannya.

"kau tidak meminum obat ?" tebak temari, tenten menggeleng sebagai jawaban.

"bodoh, jantung mu melemah kalau tidak minum obat!" kesal temari.

temari langsung membuka tas kecil yang di bawa tenten mencari obat di dalam tas nya, temari yang tidak menemukan obat nya langsung berdiri membopong tenten.

"dimana obat nya?!" tanya temari menatap tenten.

"aku lupa naruh" jawab tenten pelan.

"ck, kita kerumah sakit sekarang" ujar temari membantu tenten berdiri dan membopong nya menuju mobil milik temari.

"ten, atur napas mu perlahan" tegur temari saat melihat tenten masih memegang dada nya.

tenten menganguk dia tidak bicara karena terlalu lemah untuk berbicara saat dada nya sakit.

kemudian temari masuk ke dalam mobil miliknya saat sudah membantu tenten untuk duduk di kursi depan.

setelah itu temari langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

disisi lain neji yang sedang berada di cafe bersama kekasihnya tidak sengaja melihat ke depan karena posisi neji yang sedang duduk menghadap ke depan boutique temari, tapi neji tidak tahu kalau itu boutique temari kekasih temannya.

saat neji sedang tertawa mata nya tidak sengaja melihat calon istrinya, tenten.

sedang di bopong oleh temari dahi neji mengerut saat melihat tenten memegang dada nya sambil menahan sakit karena terlihat jelas di raut wajahnya yang menahan sakit.

kekasihnya yaitu fuu yang melihat neji menatap sendiri tadi diam langsung memegang tangannya.

"kenapa?" tanya fuu.

"aku harus pergi, aku baru ingat kalau ada rapat hari ini" pamit neji kemudian berjalan cepat meninggalkan fuu sendiri.

sedangkan fuu yang melihat kekasihnya pergi hanya menggeram kesal.

"sial, aku belum meminta uang lagi pada nya!" geram fuu.














-to be countinue-

A Promise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang