Chapter 4

1K 84 6
                                    

tenten yang sudah berada di kamar langsung menghembuskan nafas lega lalu ia menaruh botol yang berisi obat itu dilemari baju miliknya setelah sudah menaruh, tenten membaringkan tubuh nya di atas kasur sambil menatap dinding langit.

"siapa wanita yang aku lihat tadi siang" gumam tenten.

"apa dia kekasih neji" pikir tenten.

"kalau dia memiliki kekasih, kenapa menerima pernikahan ini" tanya nya ntah pada siapa.

tenten yang sudah lelah memikirkan nya memutuskan untuk tidur saja sedangkan di kamar sebelah yaitu tepatnya kamar neji.

Neji sedang memegang ponsel nya kuat setelah melihat sebuah foto yang teman nya kirim.

temannya yaitu sasuke mengirim sebuah foto dimana kekasih nya fuu sedang berciuman mesra dengan pria lain di bar.

tidak lama kemudian ia melihat video yang sasuke baru saja kirim, yang ia lihat di video itu fuu sedang bermesraan dengan pria lain lalu sai mendekati nya.

"bukannya kau kekasih neji?!" tanya sai yang sudah di depan fuu.

"memang, tapi aku hanya menginginkan uang dia saja" jawab fuu sambil meminum alkohol.

"kau licik juga ya" sinis sasuke.

"dia yang terlalu bodoh" ucap fuu tertawa.

Neji menghentikan putaran video itu lalu ia melemparkan ponsel nya ke lantai dengan rahang yang mengeras.

"ck, perempuan sialan" umpat neji.

lalu tangan kanan nya menonjok kaca yang ada di lemari hingga tangannya mengeluarkan darah yang cukup banyak.

"neji apa ada sesuatu yang jatuh?!" ucap tenten membuka pintu kamar neji kasar.

mata tenten membulat saat melihat kaca di lemari neji pecah dan tangan kanan neji mengeluarkan darah cukup banyak.

tenten berlari mendekati neji dan langsung mengambil tangan nya yang berdarah.

"kau bukannya tadi bilang mengantuk?" tanya neji.

"aku terbangun saat mendengar suara dari kamar mu" jawab tenten.

"ayo, aku obati" ujar tenten pelan.

"tidak usah" jawab neji.

"obati ! dimana kotak p3 nya!" kesal tenten.

"dikamar mandi" jawab neji pelan.

tenten melepaskan tangan neji lalu ia berjalan ke arah kamar mandi, setelah mengambil kotak p3 di kamar mandi ia langsung menyuruh neji untuk duduk di tepi kasur.

neji hanya menurut lalu ia duduk di tepi kasur kemudian tenten duduk di sebelah neji dan mulai mengobati tangan neji yang berdarah.

"ini mungkin perih sedikit" ucap tenten yang sedang membersihkan tangan neji menggunakan kapas yang ia sudah beri air.

"hm" dehem neji sambil memperhatikan tenten yang sedang mengobati tangannya.

neji masih memperhatikan tenten yang sedang mengobati tangannya ntah mengapa detak jantung neji semakin cepat saat tenten memegang tangannya.

"sudah" ujar tenten yang sudah selesai membalut tangan neji dengan perban.

"terimakasih" ucap neji.

"kenapa menonjok kaca seperti itu?" tanya tenten yang sedang merapihkan kotak p3.

"aku hanya melampiaskan amarah saja" jawab neji.

"kau sedang marah karena apa?" tanya tenten bingung.

"kekasih ku selingkuh" jawab neji.

tenten menganguk pelan lalu ia berjalan pelan ke arah kamar mandi.

"dugaan ku benar kalau wanita itu kekasihnya" gumam tenten saat sudah di dalam kamar mandi.

setelah keluar dari kamar mandi, tenten berjalan ke arah lemari lalu berjongkok di depan kaca yang sudah berserakan.

"ternyata wanita yang di cafe itu kekasih mu" ujar tenten sambil mengambil serpihan kaca.

"mantan kekasih" jawab neji cepat.

"iya, mantan kekasih mu" ucap tenten terkekeh.

"kau melihat ku di cafe?" tanya neji pelan.

"ya tidak sengaja melihat nya" jawab tenten.

"aku ingin bertanya" ucap neji.

"hm menanyakan tentang apa?" tanya tenten bingung.

"aku melihat mu dibawa kerumah sakit oleh temari, kau sakit apa?" tanya neji penasaran.

tenten menegang saat mendengar neji melihat nya di bawa kerumah sakit.

"aww" ringis tenten tidak sengaja jari nya terkena pecahan kaca yang tajam.

neji yang sedari tadi duduk di kasur dan memperhatikan tenten langsung beranjak dari duduk nya dan berjongkok tepat di hadapan tenten.

"ceroboh" ujar neji memegang satu jari tenten yang terkena serpihan kaca.

tenten mendengus kesal lalu ia melihat neji yang hendak mengambil serpihan kaca yang tertancap di jari tenten langsung menarik jarinya.

"jangan" ujar tenten menarik tangannya.

neji menatap bingung tenten lalu ia kembali menarik tangannya dan mencabut serpihan kaca secara cepat.

"sakit neji" ucap tenten agak teriak.

tangan tenten sudah mengeluarkan darah yang tidak terlalu banyak kemudian neji mengemut jari tenten agar berhenti mengeluarkan darah.

tenten hanya diam menahan malu melihat neji.

setelah itu neji berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi untuk mengambil plester di kotak p3 kemudian neji keluar dan berjongkok kembali di hadapan tenten.

"duduk di sofa, biar aku yang bersihkan serpihan kaca ini" titah neji sambil memasangkan plester di jari tenten.

"tapi, tangan mu masih sakit" ucap tenten.

"tidak terlalu" jawab neji sambil berdiri.

"duduk di sofa" titah neji.

Tenten menganguk dan langsung berdiri kemudian ia berjalan menuju sofa yang ada di depan tv, karena kamar neji memiliki tv sendiri.

tenten hanya memperhatikan neji yang sedang membersihkan serpihan kaca sambil tersenyum lalu matanya menatap jari yang di obati oleh neji.










-to be countinue-

A Promise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang