CHAPTER 3 - Surat Cinta

15.1K 877 79
                                    

- ARESKA DAN ALENTA -

"Dan itu ... adalah tawamu. Tawa seindah dan sehangat fajar yang baru terbit." —Areska

***

Pencet bintang dong (🌟)

***

3. SURAT CINTA

"Itu Areska kok sama cewek?"

"Yang sama Areska siswi baru kan ya?"

"Ares jadian sama tuh cewek?"

"Ih! Kok Ares berangkat sama cewek sih?!"

"Itu Areska sama siapa?"

Bisik-bisik mulai terdengar ketika Areska dan Alenta berjalan di koridor utama SMA Perwira. Mereka membincangkan kedua makhluk itu. Padahal, Alenta hanya berangkat sekolah dengan Areska. Tapi sudah banyak sekali yang membicarakan mereka berdua.

Maklum saja. Areska tampan, cool, keren, lumayan pintar meski nakal, ketua Geng Alextro, dan anak pemilik sekolah. Seantero SMA Perwira sudah pasti mengenal Areska. Dan tidak sedikit pula yang mengejar-ngejar cowok itu.

Apalagi Areska belum pernah dikabarkan dekat dengan perempuan. Berita itu pasti akan menjadi trending topik SMA Perwira.

"Ngapain sih pada heboh banget, heran," ucap Alenta menggumam dengan suara pelan.

"Wajar lah, fans-fans gue tuh," ucap Areska dengan percaya dirinya. Rupanya telinga cowok itu berfungsi sangat baik.

Alenta melirik Areska, kemudian memutar bola matanya malas. "Yakali cowok bermuka lutung kayak lo punya fans."

Areska menghentikan langkahnya, Alenta juga ikut-ikutan. Areska berhenti hanya untuk melotot pada Alenta karena tidak terima dengan ucapan cewek itu.

Tidak seperti kemarin-kemarin, Alenta biasa saja dipelototi seperti itu. Padahal, waktu itu Alenta sangat ketakutan dan panas dingin jika diberi tatapan tajam oleh Areska.

"Nggak usah melotot-melotot, ntar matanya jatoh," ucap Alenta santai.

Areska mendengus. Rupanya Alenta sudah tidak takut dengan mata tajamnya. Satu-satunya orang yang tidak takut ditatap tajam olehnya. Bahkan, teman-teman inti Alextro pun takut pada Areska. Tapi kenapa Alenta malah santai? Areska benci.

"Eh eh ...." Alenta menangkup pipi kanan Areska dan menariknya. Membuat Alenta bisa melihat jelas wajah cowok itu.

Sementara itu, Areska merasa ada getaran aneh ketika Alenta menyentuh pipinya. Seperti ada sengatan listrik. Tubuhnya menjadi panas dingin dan gemetar.

Apalagi ketika mata Areska bertemu dengan bola mata hitam milik Alenta. Rasanya benar-benar ada sengatan listrik, tidak biasa.

Jantung Areska juga berdebar-debar.

Tubuhnya seolah membeku.

"Pipi lo kenapa?" tanya Alenta. Tangannya membelai pipi kiri Areska yang terluka dengan gerakan lembut.

"Aw!" pekik Areska. Ia meringis ketika telapak tangan milik Alenta menyentuh lukanya.

"Eh, sorry." Alenta merasa bersalah. Ia pun menarik tangannya dengan canggung.

Dalam hati, Alenta merutuki dirinya sendiri. Kenapa mesti kepo sih? Sampai tangannya nyentuh pipi Areska lagi! Ia kan jadi malu sendiri.

Keduanya melanjutkan langkah, menaiki anak tangga satu per satu menuju lantai dua. Masih banyak siswa-siswi SMA Perwira yang berbisik-bisik membicarakan Areska dan Alenta. Ralat. Tepatnya para siswi, yang siswa tidak akan menghabiskan waktu sia-sia hanya untuk membicarakan orang lain.

ARESKA DAN ALENTA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang