CHAPTER 5 - Full Day

14.1K 868 40
                                    

- ARESKA DAN ALENTA -

"Aku nyata, kamu nyata. Yang tidak nyata ialah rasaku yang menginginkanmu." — Areska Danetra Perwira.

***

Areska membuka pintu mewahnya. Tanpa mengetuk pintu ataupun memencet bel. Itu sudah biasa. Toh itu kan rumah Areska sendiri. Ralat, rumah orang tuanya.

"RESKA PULANGGGG!" serunya berteriak.

"Jangan teriak-teriak!" tegur Fita.

Areska menunjukkan cengirannya. Ia mencium punggung tangan Fita dan mencium singkat pipi Bundanya itu.

"Kanaya udah pulang, Bun?" tanya Areska sambil melepas sepatu sekolahnya dan meletakkannya di rak sepatu.

"Udah. Kayaknya lagi di kamar kamu sama Zay," jawab Fita.

"Di kamar aku?" tanya Areska kaget. Fita hanya mengangguk santai.

Tanpa ba bi bu lagi, Areska menaiki tangga menuju ke lantai dua. Ia berlari untuk mengecek kamarnya. Kalau Kanaya dan Zay sudah bersatu di kamar Areska, pasti kamarnya akan diobrak-abrik.

Ceklek.

"Ngapain main di kamar gue?!" bentak Areska di ambang pintu pada Kanaya dan Zay.

Kanaya, adik Areska yang menduduki bangku SMP. Ia tengah tiduran di kasur sambil memainkan ponselnya. Di sampingnya ada kuaci yang kulitnya berserakan di mana-mana.

Zay, adik Areska yang masih menduduki kelas dua SD. Ia juga tengah berada di atas kasur sambil memainkan anak ayamnya. Anak ayam yang bulu-bulunya berwarna hijau.

Areska melangkahkan kakinya. Baru satu langkah, ia terhenti. Kakinya seperti menginjak sesuatu. Saat Areska melihat ke bawah, ada semacam bubur yang berwarna kehitaman.

Tai ayam.

"ZAAAAYYY!!!" teriak Areska sambil menatap tajam ke arah Zay.

"Apa?" tanya Zay santai sambil memeluk ayam hijau kesayangannya.

Areska memandang Zay dengan tajam. Lalu, ia menuju ke kamar mandi yang ada di kamarnya dengan berjinjit. Areska berniat mencuci kakinya yang menginjak tai ayam itu.

Bug!

Areska melemparkan bantal sofa, tepat mengenai wajah Zay dan anak ayam hijaunya.

"Bang Reska!" bentak Zay kesal. "Kalo anak ayam gue mati, gentiin pake sepuluh anak ayam!"

"Bodo! Gue bakar anak ayam lo, mau? Tainya di mana-mana. Lo nggak mau bersihin lagi!" omel Areska.

"Berisik!" ucap Kanaya.

"Lo juga ngapain di sini? Nyampah aja bisanya!" omel Areska sambil menunjuk Kanaya.

"Kamar lo enak, Bang. Banyak makanan lagi di laci nakas," ucap Kanaya santai. Ia membuka kulit kuaci dan memakan isinya, kulitnya ia buang sembarangan.

"Dasar adik laknat lo semua!" ucap Areska kesal.

"Bundaaaa! Bang Reska ngatain aku adik laknat!!" teriak Zay mengadu pada Fita.

Dengan tergesa-gesa, Fita menghampiri ketiga anaknya. Ia sangat teliti melihat ke lantai, takut ada tai ayam dan menginjaknya. Bunda cantik itu membawa seorang balita berusia dua tahun di gendongannya. Namanya Lily, si bungsu. Lily nampak tengah tertidur dengan wajah polosnya.

"Jangan ngomong sembarangan, Bang," ucap Fita menegur Areska.

"Liat aja mereka, Bun. Kamar aku berantakan, tai ayamnya di mana-mana," ucap Areska kesal.

ARESKA DAN ALENTA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang