CHAPTER 20 - Revistor vs Alter

9.9K 629 24
                                    


Alenta menyingkirkan poni yang menutupi matanya. Kedua kaki cantiknya melangkah menuju ke toilet yang ada di ujung koridor. Tepat di depan pintu kelas Areska, Areska keluar dari sana. Mereka hampir saja bertabrakan.

"Mau ke mana lo? Ada gurunya tuh, jangan bolos terus," ucap Alenta.

Areska menatap Alenta dengan datar. "Bukan urusan lo."

Bukan urusan lo. Bukan urusan lo. Bukan urusan lo.

Tiga kata itu terngiang-ngiang dalam pikiran Alenta. Bukan urusannya, katanya? Alenta pacarnya, urusan Areska juga harusnya urusan dia juga.

"Lo masih nganggep gue pacar lo apa nggak sih?" tanya Alenta.

Alenta benar-benar tak terima. Sakit rasanya mendengar Areska berkata seperti itu.

"Apa lo udah bosen?" tanya Alenta baik-baik. "Udah bosen, Res?"

Areska membuang pandangannya ke samping. Baginya, ini bukan perkara bosan dan tidak bosan. Ini urusan lain.

"Kalo bosen bilang aja kali, jujur aja. Buat apa juga status kita pacaran kalo lo kayak gini sama gue. Ngindar terus, cuek, nganggep gue nggak ada. Jujur aja, Res. Bilang aja kalo lo bosen," ucap Alenta.

"Gue nggak bosen," ucap Areska.

"Terus apa?" tanya Alenta. "Mau lo apa, hah? Mau putus? Iya? Lo mau putus sama gue?"

Areska menatap Alenta dengan tajam. Hanya merasa tak menyangka Alenta berkata seperti itu.

"Lo kan yang mau putus? Makanya lo ngomong gini?" tuduh Areska memutar-balikkan.

"Kok malah nuduh-nuduh gue sih? Jelas-jelas lo yang berubah!" kesal Alenta.

"Gue juga nggak akan berubah kalo lo nggak cari masalah!" balas Areska.

Hening.

Beberapa orang menonton lewat jendela kelas masing-masing. Tidak ada yang berani mendekat, apalagi bersuara. Mereka hanya fokus memperhatikan sambil berdoa dalam hati agar keduanya putus. Agar keduanya jadi jomblo.

"Salah gue apa sih?" tanya Alenta terdengar frustasi. "Ini bukan pertama kalinya lo marah sama gue tanpa alasan. Diemin gue, jauhin gue. Padahal gue nggak tau salah gue apa."

Areska menghembuskan napas kasar. Lagi-lagi pandangannya ia buang ke samping. Areska tak tahan melihat wajah sedih Alenta.

"Udah lah," ucap Areska mengakhiri pembicaraan.

Kemudian, Areska pergi dari sana. Lagi-lagi membiarkan masalah itu berlarut-larut.

<><><>

"Kita serang sekarang?" tanya Ananta dengan suara pelan kepada Alenta.

Alenta melongokkan kepalanya ke dalam markas Revistor. Di sana hanya ada beberapa orang, tidak semua anggota berkumpul di situ. Ada sekitar lima puluh orang.

Rencana Alenta memang begini. Alter akan menyerang ketika anggota mereka tidak lengkap. Revistor anggotanya banyak, setengahnya dari Alter. Balas dendam mereka tidak akan sempurna jika semua anak Revistor berada di markas.

"Iya," jawab Alenta mantap.

Alenta membalikkan badannya. Ia menatap anak Alter yang berkumpul di belakangnya, tanpa suara. Semuanya diam. Motor-motor mereka diparkirkan di lapangan dekat sana. Agar Revistor tidak menyadari kedatangan mereka.

"Kita serang sekarang. Sebagian nyerang dari belakang, di sana ada pintu kayu besar. Sebagian lagi nyerang dari pintu depan. Kita tarung di dalam markas biar markas mereka hancur," ucap Alenta.

ARESKA DAN ALENTA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang