CHAPTER 4 - Balap Liar

13.8K 845 9
                                    

- ARESKA DAN ALENTA -

"Seperti takdir Tuhan ... bahwa yang sudah tertakar, tidak pernah bisa tertukar." — Alenta Raqueenla.

..

"Jangan dihabisin martabaknya!" ucap Luna.

"Bodo bodo bodo!" ucap Alenta. Ia menjejalkan martabak manis itu ke dalam mulutnya.

"Gue sumpahin biar lo gendut!" ucap Luna. Ia yang beli martabak, Alenta yang ngabisin.

"Ya elah! Pelit amat lo, Tan. Gue baru makan dua," ucap Alenta.

Luna menyingkirkan tangan Alenta dari kotak martabaknya. Kemudian, ia mendorong dahi Alenta dengan telunjuknya agar menjauh. Ia yang beli, Alenta yang menghabiskan.

"Sana bobo aja! Anak kecil nggak boleh tidur malem-malem," suruh Luna.

"Okey," balas Alenta nurut. "Bay bay Tanteku sayang!"

Cup.

"Jijik, Len! Najis!" Luna mengusap-usap pipinya yang dicium oleh Alenta. Sedangkan Alenta hanya tertawa seraya berlari menuju kamarnya.

Alenta mengunci pintu kamarnya dari dalam. Setelah menggosok gigi, ia mematikan lampu dan menjatuhkan dirinya di ranjang. Alenta menghidupkan lampu tidur di atas nakas, sinar oranye yang redup menjadi penerangan satu-satunya di kamarnya saat ini.

"Waktunya tidur," gumamnya seraya menarik selimut sampai sebatas dada.

Alenta memejamkan matanya, berusaha untuk tidur. Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

Tok tok tok!

Mata Alenta terbuka lebar ketika mendengar suara ketukan.

Tok tok tok!

Alenta bangkit dari kasur. Ia berjalan menuju pintu kamar dan membukanya. Namun, tidak ada orang.

Tok tok tok!

Belum sempat menutup pintu kamar, suara ketukan itu kembali terdengar. Berarti bukan ketukan kamar, tapi jendela.

"Siapa sih?" gumam Alenta seraya berjalan ke arah jendela.

Alenta menyibak tirai. Ada seorang cowok yang berdiri di luar jendela kamarnya. Cowok itu memunggungi Alenta. Ketika Alenta membuka jendela kamarnya, barulah cowok itu membalikkan badannya.

"Ngapain malem-malem ke sini?" tanya Alenta.

"Mau ngajak lo keluar," jawabnya.

"Ke mana?" tanya Alenta lagi. Ia sudah duduk di pembatas jendela.

"Nonton balap liar. Lo pasti nggak nolak kan?"

Mata Alenta berbinar ketika mendengar kata balap liar. "Oke. Lo tunggu di sini, gue ganti baju."

Dengan kecepatan kilat, Alenta mengganti baju tidurnya di toilet. Alenta memakai jeans biru pudar yang bagian lutut dan pahanya sobek, kaos abu-abu, dan hoodie warna oranye cerah. Tak lupa juga sepatu warna abu-abu kesayangannya.

"Ayo, Ghin," ucap Alenta pada cowok itu.

Namanya Ghino. Teman SMP Alenta waktu di Bandung. Alenta juga tidak menyangka akan bertemu Ghino lagi di Jakarta. Mereka bertemu saat di warung bakso dekat rumah Luna. Dan Ghino tidak sekolah di SMA Perwira.

"Lo mau bawa motor sendiri apa gue bonceng?" tanya Ghino.

"Sendiri lah. Ngapain gue bonceng-bonceng lo."

ARESKA DAN ALENTA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang