"Woi woi wasap brooo!!!" teriak Galins seraya menggerak-gerakkan tangannya ke udara.
"Bertemu lagi dengan saya ... Joan Rafardika!! Uhuy! Cowok paling guanteng di dunia!" ucap Joan sombong.
"Kalo orang ganteng, dia nggak mungkin ngaku ganteng. Sama kayak orang gila yang nggak pernah ngakuin dirinya gila. Paham lo?" ucap Naumi.
"Dengerin noh, Jo. Pinter Naumi," puji Rasya.
"Jadi ganteng aja bangga. Percuma ganteng kalo otaknya kosong. Otak kok cuma buat bulet-bulet kepala doang," cibir Yordan.
"Nggak ya, Dan. Otak gue banyak!" ucap Joan tak terima.
"Iya otaknya banyak. Transferan dari otak sapi," ucapp Yordan.
"Sip, Dan! Pinter lo!" puji Galins.
"Brisik!" tegas Areska dengan pelototan tajamnya.
Joan, Galins, Yordan, Rasya, dan Naumi langsung kicep. Mulut mereka bungkam seketika. Kalau Areska sudah melotot, rasanya seperti mau membunuh orang. Seremnya bukan main.
"Nggak papa kali, Res. Gue malah seneng, rame." Siapa lagi kalau bukan Alenta yang mengucapkan itu. Dia satu-satunya orang yang tidak takut dengan pelototan Areska. Kalau di pelototi, ya pelototi balas lah.
"Kan lo lagi sakit, Len," ucap Areska seraya meraih tangan Alenta. Ia duduk di kursi plastik yang ada di samping ranjang tempat Alenta duduk.
"Emang kenapa kalo lagi sakit? Nggak bikin gue koma juga kalo mereka berisik," ucap Alenta.
"Lo jangan kepala batu dong. Kalo lo dikantongin sama orang kebelet boker, gue ketawain lo!" kesal Areska.
"Lah suka-suka gue dong. Gue yang sakit, mereka yang punya mulut. Nggak papa kali kalo mereka berisik. Yang sakit kayak gue aja santai, kenapa lo yang marah?!" ucap Alenta ikutan kesal.
Joan, Galins, dan Naumi duduk di sofa yang ada di ruang rawat Alenta. Ketiganya duduk di sofa yang sama dengan kedua tangan bertumpu pada meja, memegangi pipi. Mereka tengah asik menyaksikan adegan di hadapannya itu.
Sedangkan Rasya dan Yordan masih berdiri sambil bersandar di dinding. Sama-sama tengah memperhatikan pasangan aneh itu.
"Gue kan perhatian sama lo, makanya gue takut lo malah jadi pusing karena dengerin mereka berisik!" ucap Areska masih tidak mau mengalah.
Alenta menahan senyumnya. "Ciee ... perhatian," ledek Alenta.
Areska membuang wajahnya ke samping, enggan menatap wajah Alenta yang berubah. Tadinya keliahatan kesal, sekarang malah unyu-unyu menyebalkan.
"Cie cie yang perhatian. Masa si orang kayak lo bisa perhatian gini. Gue jadi terhuraaa," ucap Alenta meledek sambil menarik-narik baju Areska agar menghadapnya.
"Diem lo! Nyesel gue ngomong perhatian sama lo!" kesal Areska.
"Ya udah. Sana pulang aja!" usir Alenta berubah murka lagi.
Joan, Galins, Naumi, Rasya, dan Yordan menggelengkan kepala secara bersamaan ke kanan dan ke kiri. Heran. Kok ada ya pasangan seperti itu? Dikit-dikit berantem, dikit-dikit baikan. Anehhhhh!
"Kok malag ngusir sih?!" tanya Areska.
Alenta memajukan bibirnya, matanya menyipit menatap Areska. Sedangkan tangannya dilipat di depan dada.
"Ya udah, gue pulang!" Akhirnya Areska mengucapkan itu.
Baru menyambar jaket di sofa dan hendak keluar dari ruang rawat Alenta, cowok itu membalikkan badannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESKA DAN ALENTA (End)
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! OPEN PO!! (Beberapa chapter diprivat acak, harap follow untuk kenyamanan membaca) Areska Danetra Perwira. Terkenal kejam dan tidak punya hati sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Seisi SMA Perwira pun enggan mencari masala...