Alenta merapikan letak dasi seragamnya. Entah dapat bisikan dari mana Alenta memakai dasi hari ini. Rasanya gerah, tidak nyaman sama sekali.
"ALEEEEENNN!!"
Alenta langsung menutup telinganya ketika mendengar lengkingan suara cempreng milik Naumi. Baru saja masuk kelas, sudah disambut oleh Naumi.
"Gue kangen!" ucap Naumi seraya memeluk Alenta.
Alenta membalas pelukan Naumi dengan lemah. Lain halnya dengan Naumi yang memeluknya sangat erat.
"Udah, Mi. Gue sesak napas!" ucap Alenta berusaha melepaskan pelukan Naumi.
Akhirnya Naumi mengurai pelukannya dengan Alenta. Ia menunjukkan cengiran tanpa dosanya.
Alenta melangkah menuju bangkunya dan meletakkan tas warna merah hatinya. Ia melihat Senja duduk di kursinya dengan murung.
"Kenapa, Nja? Kusut gitu mukanya," ucap Alenta.
"Ghino dikeluarin ya?" tanya Senja dengan wajah sedih.
"Kayak yang kita denger, Nja. Ghino itu mata-matanya Revista, musuhnya Alextro. Ya pasti langsung dikeluarin lah si Ghino!" ucap Naumi.
"Baru aja gue jatuh cinta sama Ghino, eh dia malah pindah," ucap Senja. Tangannya bertumpu pada dagu.
"Lo beneran suka sama Ghino?" tanya Alenta.
"Gue tadinya suka sih, tapi udah nggak. Amit-amit malah! Pengkhianatnya SMA Perwira, euww!" ucap Naumi seakan-akan sudah sangat membenci Ghino.
"Tapi Ghino ganteng tau! Lebih ganteng dia daripada Kresnan. Udah gitu dia badboy, keren, cool, sebelas dua belas sama Areska!!" ucap Senja heboh sambil membayang-bayangkan wajah Ghino.
"Udah deh, Nja. Jijik gue denger lo muji-muji Ghino," ucap Alenta.
"Tau ah! Kalo bisa nih ya, gue susulin dia ke SMA Cendrawasih. Kali aja di sana cowoknya ganteng-ganteng," ucap Senja.
"Di sini juga banyak yang ganteng kali, Nja," ucap Naumi.
"Udah bosen gue sama cogan SMA Perwira," ucap Senja.
"Ya iyalah bosen. Hampir semua cowok udah pernah lo pacarin," ucap Naumi.
Hm. Senja itu bisa disebut piala bergilir. Cewek yang bisa gonta-ganti pacar sepuluh kali dalam sebulan. Paling lama ya dengan Kresnan. Dan Naumi heran sekali saat melihat Senja tak mau diputuskan oleh Kresnan beberapa waktu lalu.
<><><>
"Hai cantik, sini dong! Kukasih katok bolong!" ucap Joan pada salah seorang siswi yang lewat di hadapannya.
"Gila lo, Jo! Kasih cokelat kek, apa bunga gitu. Malah mau lo kasih katok bolong!" ucap Galins sambil menoyor kepala Joan.
"Ya kali aja cewek tadi suka jahit, ya gue kasih katok bolong lah. Biar ada yang dijahit gitu," ucap Joan sambil cengengesan.
"Gobloknya sampe ke tulang-tulang," cibir Yordan.
Areska dan keempat temannya tengah duduk di kursi panjang dekat gerbang. Bel pulang sekolah sudah berbunyi semenit yang lalu. Mereka tengah menunggu anak-anak Alextro keluar dari wilayah sekolah. Mereka akan berkumpul di warung Mbok Sum seperti biasa.
"Montok bener tuh cewek! Anjirrrr!!!" ucap Joan. Matanya tak berkedip menatap siswi yang baru saja lewat.
"Istighfar, Jo! Mata lo rusak ntar," ucap Rasya menasehati.
"Dengerin ceramahnya Papi Rasya, Jo! Jangan durhaka lo jadi anak. Ntar dikutuk jadi candi Roro Jonggrang, mau?!" ucap Galins.
"Di mana-mana kalo anak durhaka dikutuknya jadi Malin Kundang, Gal. Kenapa malah nyasar ke ceritanya Roro Jonggrang?!" ucap Areska tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESKA DAN ALENTA (End)
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! OPEN PO!! (Beberapa chapter diprivat acak, harap follow untuk kenyamanan membaca) Areska Danetra Perwira. Terkenal kejam dan tidak punya hati sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Seisi SMA Perwira pun enggan mencari masala...