Hari ini adalah hari terakhir ulangan akhir semester satu. Alenta, Naumi, dan Senja baru saja keluar dari kelas mereka. Wajah ketiganya kusut. Pusing, capek, dan badan mereka pegal-pegal karena terlalu lama duduk di atas kursi.
"Akhirnya selese juga," ucap Alenta sambil merentangkan tangannya.
"Anjir lah! Susah-susah banget soal Bahasa Indonesia yang tadi. Masa disuruh bikin cerita pendek! Gue asal aja tuh jawabnya, gue tulisin cerita malin kundang!" ucap Naumi.
Alenta tertawa. "Gila lo, Mi! Kenapa nggak sekalian jawab asal-usul Indonesia merdeka aja? Ceritain tuh dari jaman purba, jaman peperangan, sampe Indonesia merdeka."
"Kalo gue jawab itu, lembar jawabnya nggak bakal cukup!" ucap Naumi.
Kedua gadis itu berceloteh ria. Sedangkan Senja hanya menatap ke depan dengan tatapan kosong. Akhir-akhir ini, Senja selalu terlihat murung.
"Mau makan apa nih? Biar gue yang pesenin," ucap Naumi.
"Nja," panggil Alenta sambil melambaikan tangannya di depan wajah Senja.
"Eh?" Senja terkejut. Ia langsung menatap kedua temannya bergantian. "Apa?"
"Lo kenapa sih, Nja? Kalo ada masalah, cerita dong sama kita," ucap Alenta.
"Iya, Nja. Apalagi gue sama lo itu udah lama temenan. Masa lo masih nganggap kita orang lain sih? Lo nggak pernah mau bagi-bagi cerita, Nja," ucap Naumi.
"Gue nggak papa," lirih Senja.
"Kalo ada apa-apa, cerita ya sama kita," pinta Alenta.
Senja mengangguk kecil.
"Jadi, mau makan apa?" tanya Naumi.
"Gue siomay sama es jeruk," jawab Alenta.
"Gue batagor sama es teh," jawab Senja.
"Oke."
Naumi berdiri. Gadis itu meninggalkan meja mereka untuk memesan makanan. Meninggalkan Alenta dan Senja.
Alenta mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Tatapannya menuju ke meja Alextro. Di sana, ada Areska, Joan, Galins, Rasya, Yordan, dan tiga lelaki lainnya.
"Gue diputusin lagi sama Gabrian, Len," ucap Senja tiba-tiba.
Alenta menoleh ke arah Senja. Wajah Senja terlihat tidak baik. Kantung matanya hitam, matanya sayu.
"Ya udah lah, nggak papa. Cowok di dunia ini bukan cuma Gabrian, Nja. Banyak yang lain," ucap Alenta.
"Tapi Gabrian nggak boleh ninggalin gue gitu aja," ucap Senja.
Alenta diam, ia serius mendengarkan. Alenta juga sangat tidak menyangka kalau Senja mau bercerita padanya. Karena selama ini, Senja anaknya begitu tertutup. Pada Naumi pun, Senja jarang bercerita tentang kehidupannya.
"Gue cinta banget sama Gabrian. Gue udah kasih semuanya buat dia," lanjut Senja.
"Tapi kan, Gabrian itu ... lo sama dia kan ...." Ucapan Alenta menggantung. Ia ingin melanjutkan, tapi takut menyinggung.
"Iya, gue ngerti. Gabrian beda kepercayaan sama gue, kepercayaan dia sama kita itu beda. Dia bukan muslim," ucap Senja mengerti.
"Dan kalo lo sama Gabrian tetep lanjut, hubungan kalian juga akan sia-sia, Nja. Lo terima aja deh, Nja. Nggak papa lo diputusin sama dia," ucap Alenta sambil mengusap bahu Senja.
"Gue takut," lirih Senja hampir tak terdengar.
"Hidup nggak cuma tentang cinta. Lo juga nggak sendirian. Ada gue, ada Naumi," ucap Alenta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESKA DAN ALENTA (End)
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! OPEN PO!! (Beberapa chapter diprivat acak, harap follow untuk kenyamanan membaca) Areska Danetra Perwira. Terkenal kejam dan tidak punya hati sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Seisi SMA Perwira pun enggan mencari masala...