Alenta termenung di pembatas jendela. Pandangannya kosong, menatap lurus ke depan. Banyak sekali yang ada di pikirannya hari ini. Ia memikirkan kenangannya bersama Senja. Wajar saja, Senja baru meninggal kemarin. Ia juga memikirkan tentang bagaimana balas dendam dengan Geng Listor.
"Ngalamun mulu, kesambet ntar lho!"
Alenta sedikit terlonjak mendengar teguran dari kembarannya. Tadi sore Ananta, Yogas, dan Denish sampai di Jakarta. Mereka menginap di sini, karena besok juga Hari Minggu.
"Tidur, Len. Udah malem," suruh Ananta.
Kepala Alenta menggeleng lemah. Tatapannya masih ke depan, lurus. Kakinya yang tadi ditekuk ia luruskan. Kedua kaki Alenta berada di luar saat ini dengan duduk di pembatas jendela.
"Tidur," suruh Ananta lembut sambil meletakkan dagunya di bahu Alenta.
"Apaan sih lo, An. Sok manis banget deh," cibir Alenta.
"Kembaran laknat lo emang. Udah gue lembut-lembutin malah balesnya kek gitu," kesal Ananta.
"Udah sana lo tidur duluan, gue bentar lagi tidur kok," ucap Alenta.
"Oke, gue keluar ya," pamit Ananta.
Alenta tersenyum dan mengangguk. Badannya terputar melihat Ananta yang keluar dari kamarnya.
"Good night," ucap Ananta dengan kepalanya saja yang terlihat.
"Night too," balas Alenta.
Ceklek.
Pintu kamar berwarna putih itu tertutup sempurna. Alenta segera berdiri tegak untuk bersiap tidur. Tangannya meraih dua daun jendela dan hendak menutupnya.
Namun, gerakannya terhenti. Di luar sana ada seseorang duduk di atas motor hitam. Motor hitam, dengan jaket yang Alenta kenali.
Dan kemudian, motor itu melesat pergi dari sana. Membuat Alenta bertanya-tanya. Ia yakin kalau itu Areska.
<><><>
"Makan meja pake nangka
Galau aja, kenapa?" ucap Galins seraya duduk di samping Areska."Siapa yang makan meja, Gal? Rayap apa tikus?" ucap Joan.
"Anakonda," jawab Galins.
"Tau tuh. Kenapa sih, Res?" tanya Rasya.
Areksa menggeleng pelan. Ia menghisap rokoknya dan menghembuskan asap putih itu ke udara. Bagi cowok memang begitu, rokok seperti penenang. Setiap asap yang dihembuskan ke udara seolah masalah yang dilepaskan begitu mudah.
"Nggak apel lo, Bos?" tanya Joan.
"Nggak," jawab Areska datar.
"Lagi marahan pasti lo. Marahan mulu. Tawuran dong biar keren!" ucap Yordan.
"Jangan marahan mulu lah, Bos. Lo kebiasaan deh, suka marah-marah sama Alenta. Tanpa tahu alasannya," ucap Galins.
"Maksud lo apa?" tanya Areska dengan mata yang menyorot Galins. Tajam. "Maksud lo gue tukang marah-marah? Kalo nggak ada apa-apa gue juga nggak akan marah sama Alenta. Lo nggak tau apa-apa, nggak usah sok tau!"
Galins mengangkat kedua tangannya. "Oke-oke, sorry."
Galins berlalu dari hadapan Areska, menuju ke Mbok Sum untuk memesan es teh. Bisa parah kalau ia terus-terusan di situ. Areska tengah sensitif.
"Emang masalahnya apa sih?" tanya Joan baik-baik.
"Nggak papa," jawab Areska. Malas menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESKA DAN ALENTA (End)
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! OPEN PO!! (Beberapa chapter diprivat acak, harap follow untuk kenyamanan membaca) Areska Danetra Perwira. Terkenal kejam dan tidak punya hati sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Seisi SMA Perwira pun enggan mencari masala...