CHAPTER 6 - Kangen dan Penyerangan

13.8K 876 14
                                    

- ARESKA DAN ALENTA -

"Pelukan itu menenangkan, serta menjadi sebuah keyakinan bahwa hatiku memang terjatuh di ... kamu." — Alenta Raqueenla.

***

Seperti biasa, di jam istirahat, Alenta dan kedua temannya makan di kantin. Mereka menempati meja yang berada di tengah-tengah kantin. Dihadapan mereka, sudah ada makanan masing-masing.

"Gue seneng banget, gilaaa!! Nggak nyangka kalo Gabrian udah jadi pacar gue!" seru Senja. Entah sudah berapa kali ia mengulang-ulang seruannya itu.

"Iya iya, Nja. Kayaknya udah ribuan deh lo bilang gitu," sahut Naumi malas.

"Nggak capek mulut lo ngoceh mulu, Nja?" tanya Alenta.

"Ya kan gue lagi seneng gitu loh. Gue udah suka sama Gabrian sejak kelas sepuluh, dan akhirnya bisa jadian!" ucap Senja.

"Iya, Senja. Iyaaa," sahut Naumi dan Alenta bersamaan. Telinga mereka berdua sudah cukup penuh untuk mendengarkan ocehan Senja lagi.

Alenta menyumpal mulutnya dengan bulatan bakso. Senja juga sudah berhenti mengoceh tentang pacar barunya. Pacar Senja namanya Gabrian, anak kelas sebelah. Senja memang sudah lama menyukai cowok OSIS itu. Hanya saja, sejak dulu Senja menyukai diam-diam. Saat ia menyatakannya, Gabrian langsung nembak. Kenapa nggak nyatain dari dulu aja ya?

"Ares ngeliatin lo mulu tuh, Len," ucap Naumi sambil menyenggol-nyenggol lengan Alenta.

"Uhukk uhukkk!" Alenta tersedak kuah baksonya yang pedas.

Senja menyodorkan gelas es teh Alenta. "Jangan ngagetin kayak gitu, Mi. Kalo Alenta mati keselek gimana coba? Kan nggak lucu."

Alenta mengusap bibirnya yang basah setelah meminum es teh. "Lo nyumpahin gue mati, Nja?"

"Bukan gitu, Alenku sayang. Galak banget sih," elak Senja.

Alenta mengarahkan pandangannya ke meja Alextro. Benar kata Naumi, Areska tengah memperhatikannya dari jauh. Selama beberapa detik, tatapan Areska dan Alenta terkunci. Seperti ada magnet yang membuat keduanya ingin saling menatap lebih lama. Hingga akhirnya Areska memutus kontak mata dengan Alenta karena Joan yang menegurnya.

"Gue yakin nih, lo pasti suka kan sama Ares?" tebak Naumi.

"Jangan sembarangan ya. Nggak mungkin gue suka sama dia," ucap Alenta. Ia kembali melanjutkan makannya.

"Ngelak aja terus," ucap Senja.

"Kalian ngomong sembarangan lagi, gue robek mulut kalian pake pisau!" ancam Alenta dengan tatapan tajamnya.

"Nggak nggak. Jangan melotot dong, Len," ucap Senja takut.

"Lo ngeri sumpah kalo lagi melotot gitu. Jadi mirip sama Ares," timpal Naumi.

Mirip sama Ares? Jodoh kali.

"Aw!" pekik Naumi ketika Alenta menusuk lengannya dengan garpu.

"Untung gue nusuk tangan. Kalo gue udah bener-bener marah, gue tusuk mata lo, Mi," ancam Alenta sambil menunjuk wajah Naumi dengan garpunya.

"Sadis bener," gumam Senja.

Kemudian, ketiganya melanjutkan makan lagi tanpa bicara. Senja dan Naumi tidak berani meledek Alenta lagi. Alenta kalau sudah marah, seremnya bukan main. Sebelas dua belas lah kayak Areska.

"Senja."

Senja menoleh ke belakang ketika ada suara bariton memanggilnya.

"Gue sama Gabrian dulu ya, guys," pamit Senja pada kedua temannya.

ARESKA DAN ALENTA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang