Mobil Luna berhenti di depan gerbang sekolah Alenta. Hari ini Alenta tidak membawa motornya. Karena motor Alenta tengah di service.
"Makasih, Tan," ucap Alenta.
Tanpa mendengar sahutan Luna, Alenta sudah membuka pintu mobil dan segera keluar.
Alenta memegang kedua tali tasnya dan melangkahkan kakinya perlahan-lahan. Matanya melihat sosok Areska bersama teman-temannya.
"Selamat morning, Alenta," sapa Galins.
Seperti biasanya, Areska dan kawan-kawan tengah duduk di bangku panjang yang ada di dekat gerbang.
"Morning juga, Gal," balas Alenta.
Entah mendapat dorongan dari mana, Alenta mendekat ke arah mereka. Areska juga memperhatikan gerak-gerik Alenta dari tempatnya duduk.
"Tumben nggak malak?" tanya Alenta.
"Nggak dibolehin sama si Bos," jawab Joan dengan raut wajah yang disedih-sedihkan.
"Mampus!" ucap Alenta sambil tertawa.
Lagi-lagi Areska terpesona dengan tawa Alenta. Cewek itu berkali-kali lipat lebih cantik ketika tertawa. Mata cokelatnya, pipi tirus, dan gigi-gigi yang rapi.
"Kedip, Res!" ucap Rasya sambil melambaikan tangannya di depan wajah Areska.
"Papi Rasya ganggu Bos banget deh. Dia kan lagi terpesonahh sama Alenta," ucap Galins.
"Lo mau gue gantung di tiang bendera?" tanya Areska dengan sorot mata tajam pada Galins.
"Nggak, Bos. Nggak," ucap Galins cepat.
"Gue ke kelas dulu ya," ucap Alenta.
"Kok cepet-cepet sih, Len? Si Bos kan masih kangen sama lo," ucap Joan.
"Lo kali yang kangen, pake bawa-bawa si Bos segala," ucap Yordan.
"Gue ada PR, belom dikerjain," ucap Alenta.
"Ya udah sana," ucap Galins.
Alenta tersenyum, lalu ia membalikkan badannya hendak ke kelas.
"Alenta."
Baru satu langkah, Alenta membalikkan badannya lagi. Karena Areska memanggil namanya.
"Apa?" tanya Alenta.
Alenta, Joan, Galins, Yordan, dan Rasya memandang ke arah Areska. Menunggu cowok itu berbicara. Namun, Areska hanya diam saja.
Areska malah memandangi wajah Alenta tanpa berkedip. Areska juga bingung sendiri kenapa ia memanggil nama Alenta. Seperti sudah refleks saja.
"Apa?" tanya Alenta mengulangi.
"Nggak papa," jawab Areska.
Joan menoyor kepala Areska. "Nggak jelas lo, Bos."
"Berani lo noyor kepala gue?" kesal Areska. "Gue kan cuma manggil."
Alenta memutar bola matanya malas. Alenta melanjutkan langkahnya yang tertunda. Dasar Areska nggak jelas!
Sesampainya di kelas, Alenta langsung menghampiri kedua temannya. Siapa lagi kalau bukan Naumi dan Senja. Namun, Alenta mendapati pemandangan yang berbeda.
Senja menangis di bangkunya, tangannya di lipat di atas meja. Naumi terlihat tengah menenangkan Senja yang sesenggukan.
"Lo kenapa, Nja?" tanya Alenta khawatir sambil melepas tas merah hatinya.
"Nggak tau nih, Len. Gue berangkat, dia udah nangis di kelas," jawab Naumi.
Alenta menarik sebuah bangku dan mendudukinya. Ia mengusap-usap punggung Senja yang bergetar hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESKA DAN ALENTA (End)
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! OPEN PO!! (Beberapa chapter diprivat acak, harap follow untuk kenyamanan membaca) Areska Danetra Perwira. Terkenal kejam dan tidak punya hati sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Seisi SMA Perwira pun enggan mencari masala...