CHAPTER 25 - The Wedding

18.1K 770 144
                                    

Alenta menggeliat kecil. Kedua tangannya meraba-raba selimut, tapi Alenta sama sekali tidak menemukan selimutnya. Hawanya sangat dingin. Padahal Alenta mematikan ac kamar sebelum ia tidur.

Dengan mata setengah tertutup, Alenta mengubah posisinya menjadi duduk. Ia mengedarkan pandangannya mencari selimut. Dan ternyata, selimutnya berada di dekat pintu kamar.

Ini nyata, hawa kamar Alenta menjadi sangat-sangat dingin. Bahkan Alenta sampai menggigil kedinginan. Ia pun segera menyambar remote ac dan mematikan ac kamarnya itu. Jam menunjukkan pukul dua belas malam, tepat.

"Kok bisa sih selimut gue terbang ke sini?" gumamnya seraya mengambil selimutnya yang ada di depan pintu.

Ketika Alenta hendak kembali menuju kasur, seketika lampu kamar Alenta padam. Gelap gulita. Alenta bukan penakut. Jadi, ia santai saja seraya melanjutkan langkahnya ke kasur untuk tidur.

"HAPPY BIRHDAY!!!"

Alenta terjengit ke belakang ketika mendengar teriakan itu. Lampu kamarnya juga menyala bersamaan dengan itu.

Alenta menatap satu per satu orang yang berdiri di pojokan kamarnya. Ada Naumi, Verin, Wenda, Galins, Rasya, dan Joan. Naumi berdiri di posisi terdepan dengan memegang kue cokelat di tangannya.

"Nih, Len. Gue bawain balon warna-warni," ucap Joan seraya menyerahkan balon-balon di tangannya.

"Gue bawain ayam bakar nih, nyolong ayam tetangga," ucap Galins sambil menunjukkan gambar ayam bakar di layar ponselnya.

"Halah, ayam doang. Gue bawain mobil lamborghini, mahal banget nih!" ucap Joan lagi. Ia juga menunjukkan layar ponselnya yang menunjukkan gambar mobil.

"Diem kalian, gak bisa kasih apa-apa juga. Cuma gambar di hp mah buat apa," ucap Rasya.

"Tiup dong lilinnya, Len. Tapi make a wish dulu," ucap Naumi sambil tersenyum.

Alenta memejamkan matanya dan mengucapkan doa dalam hati. "Doaku cuma satu, kembalikan dia untukku."

"Udah doanya?" tanya Wenda ketika Alenta sudah membuka matanya kembali. Alenta hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"Cepet banget," ucap Aura.

"Udah doain gue biar tambah ganteng, belum?" tanya Joan.

"Kalo kamu tambah ganteng mau apa, hah? Mau cari bini baru gituu?" tanya Verin.

Joan cengengesan. "Nggak lah, yang."

"Nggak cari bini baru, Rin. Tapi cari selingkuhan yang banyak buat dijual kiloan di Tanah Abang," ucap Galins.

"Berisik!" ucap Rasya. "Ini Alenta nggak jadi tiup lilinnya nih. Kalian berisik terus!"

Fyuhhh!

Alenta meniup lilin dengan angka dua dan lima di atas kue cokelat itu. Ia hanya menunjukkan senyum tipis pada teman-temannya.

"Cuci muka dulu sana! Iler lo tuh kemana-mana," ucap Naumi sambil terkekeh.

"Udah gitu tidurnya ngorok, kenceng banget lagi," timpal Joan sambil tertawa. "Sampe rumah lo gemeteran, gonjang-ganjing kek ada gempa."

Lagi-lagi Alenta hanya menanggapinya dengan senyum tipis. Padahal teman-temannya itu sudah berusaha membuatnya tertawa.

***

"HUWAAA!! Itu setan kenapa matanya keluar, sih?!" teriak Naumi.

"Jangan teriak-teriak dong, Mi!" bentak Joan.

"Jangan bentak-bentak istri gue dong, Jo!" bentak Galins tak terima.

"Heh, udah. Di rumah orang teriak-teriak kayak gitu!" tegur Rasya.

ARESKA DAN ALENTA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang