Leukimia

9 3 0
                                    

Happy reading
.
.
.
.

***

Hari ini aku dan Daniel sudah berencana pergi ketaman kota mengahabiskan waktu bersama.

Menunggu Daniel yang sedang diperjalanan menuju kerumahku.
Tidak butuh waktu lama. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang.

Segera kami berdua pamit pada mama dan papaku. Kemudian mulai menaiki motor besar Daniel. Menyusuri jalan kota yang cukup ramai.

Akhirnya kami sampai, ramai sekali orang-orang disana. Ada yang sedang bersama dengan keluarga, kekasih dan mungkin teman. Menikmati hari Minggu.

Menuruni motor Daniel menuju kearah penjual ice cream. Kalian tentu tidak lupa makanan kesukaanku ini. Daniel tidak mengikuti  ku ia hanya berdiam diri dimotor.

Membawa dua ice cream dengan porsi besar. Aku menghampiri Daniel yang sudah mulai tertawa.

"Eca-eca udah gede juga masih aja makan ice cream ". Seru Daniel mengambil ice cream yang kusodorkan.

"Eca siapa hm?". Tanyaku dengan raut sedih yang dibuat-buat.

"Kamula siapa lagi".

"Nama aku Diana Alexa ya buka eca".

"Aku panggil kamu Eca aja ya, diambil dari kata Alexa tp diimut-imutin gitu. Jdi Eca".

"Dih Ribet, sera kamu deh mau panggil apa aja, bunda juga gapapa". Jawabku sedikit tertawa kecil.

"Ngawuuur". Jawabnya mengusak kecil rambutku.

"Bercandaaaa doang ". Seruku tertawa

"Haha iyaaa".

Kami mulai menikmati suasana disana, mencoba berbagai jajanan yang terjual disana.

"Sayang, itu kenapa?".

"Apa nya?".

Aku melihat darah dari hidung Daniel. Ini untuk kedua kalinya aku melihat ini. Aku berniat bertanya namun tidak pernah ingat.

"Itu" aku menunjuk hidung Daniel
"Kamu mimisan lagi?, bentar-benatar".

Aku mengambil tissu yang ada didalam tas yang kubawah. Kemudian mengelap darah yang ada di hidung Daniel.

"Kamu sebenernya kenapa sih?, kok mimisan dua kali loh".

"Gapapa, ini mungkin kecapekan doang sayang".

"Kalo kamu capek, yaudah kita pulang yuk. Biar kamu bisa istirahat".

"kalo kamu masih mau disini ngapain kita pulang, lagian aku gapapa kok".

"Aku mau pulang Dan".

"Serius?, udah la nanti aja baru juga sebentar disini".

"Gapapa lain kali kita kesini lagi. Sekarang kita pulang".

"Yaudah kalo kamu maksa".

Akhirnya kami memutuskan untuk pulang.

~~~

"Masih siang juga ini, kamu mau istirahat dirumah aku ga?". Tanyaku pada Daniel.

"Aku langsung pulang aja ya".

"Yakin ga mau mampir?".

"Lain kali aja ya sayang".

"Em yaudah kalo gitu".

Daniel segera menjalankan motornya menjauhi rumahku.

Kamu sembunyiin apa sih dari aku Dan- batinku.

~~~

Author prov

"Kapan saya akan melakukan itu?"

"Besok lusa kita akan mulai pagi ya".

Laki-laki itu menganguk sebagai jawaban

"Kamu hebat ya".

"Hebat kenapa?"

"Kamu tidak seperti menderita sakit berat, bahkan tubuh kamu terlihat sangat segar".

"Saya tidak perlu menunjukkan bahwa saya sedang sakit dok. Bahkan ini bagus jika saya tidak terlihat seperti orang sakit. Saya takut kekasih saya bisa mencintai saya hanya karena rasa kasihan terhadap penyakit ini".

"Semoga kemo kali ini bisa menyembuhkan sakit kamu ya Dan, saya akan melakukan yang terbaik. Kamu pasti akan tetap sehat".

"Saya selalu berharap yang terbaik".

***

Aku sedang berada dikamarku. Menatap langit-langit kamarku yang dipenuho warna putih. Menerawang hal yang sejak tadi aku pikiran.

Mimisan yang dialami Daniel, membuatku merasa pusing. Jika hanya karena lelah. Kenapa sampai dua kali?. Atau bahkan sering aku saja yang tidak mengetahui itu.

Entahla aku benar-benar pusing sekarang. Meraih ponsel yang ada disebelahku. Memainkan nya membuka google mencari jawaban  untuk semua pertanyaan ku.

Mensearching tentang misisan, hingga  sebuah artikel yang ku baca membuat aku sedikit kaget. Leukimia. Apa Daniel mempunyai penyakit ini?. Aku semakin panik membacanya.

Memilih untuk mengakhiri, dan melempar ponsel ku kekasur. Membersihkan diri dikamar mandi. Setelah itu melemparkan tubuhku diatas kasur.

Berkecamuk dengan pikiran ini membuat pikiranku lelah.

"Besok aku akan bertanya  perihal ini pada Daniel". Ucapku pada diri sendiri".

***

"Dan jawaaab! Kamu sakit?". Aku sedari tadi menanyakan pertanyaan yang sama namun Daniel hanya diam tak berniat menjawab apapun.

"Dan, kalo kamu ga jawab kita put-". Daniel memotong perkataan ku.

"Apa?, putus?. Jangan mudah ngomong putus dia". Jawabnya dengan sedikit tersenyum.

"Bukan, Put. Keriput kamu keriput". Aku menjawab sembarang mana mungkin aku mengatakan putus. Itu hal yang sudah jadi pantangan bagi kamu berdua.

"Alesan, udah deh jangan nanya-nanya lagi. Temenin aku makan sekarang".

Aku hanya mengangguk, menyetujui ajakan Daniel. Tapi tetap saja ini menyebalkan aku tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaanku. Oke baikla aku akan cari tau sendiri.

Votemen ya:)

Diana Alexa [selesai]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang