Kritis

12 3 0
                                    

***

Aku masih setia berdiri mondar mandir didepan pintu ruangan itu.
Bersama Yurin dan kak Rico. Melihat banyak orang didalam berusaha menyelamatkan seseorang yang sedang melawan sakitnya didalam.

Hari ini padahal hari dimana kekasihku ini akan pulang, sebab dokter telah mengatakan itu.
Melihat semalam keadaan Daniel cukup baik.

Tapi entah mengapa pagi tadi tubuh Daniel sedikit bermasalah. Ia tidk  sadarkan diri dan dokter mengatakan Daniel kritis. Bagaimana mungkin ini terjadi bukankah semalam ia terlihat sudah sehat.

Tapi ternyata kemo yang ia lakukan kemarin sedikit bermasalah. Ah tuhan tolong beri kekasih ku kesempatan. Jangan ambil dia sekarang.

Pikiran ku mulai terbang menerawang semua kemungkinan buruk, air mata yang sedari tadi keluar masih mengalir deras sesekali aku melihat kedalam dari kaca kecil dipintu itu.

Mereka  masih mengerumini Daniel.

"Diaa, tenangin diri kamu. Semua akan baik-baik aja percayala". Seeu Yurin menghampiri dan menepuk-nepuk pelan pundaku.
"Ayo duduk, kita bantu Doa ya". Lanjutnya.

Aku menurut masih terisak kecil. Dipelukan Yurin.

"Dia, keluaraga Daniel dimana?. Dari kemarin ga keliatan".

Ah iya kemana keluaraga Daniel tidak ada satupun yang terlihat sejak dari awal Daniel berada dirumah sakit ini.

"Gak tau Rin, aku juga ga ada no buat ngabarin. Aku cari di hape Daniel juga ga ada no yang bisa dihubungin. Cuman ada no aku, kamu dan kak Rico.".

"Emang Daniel ga ada keluarga ya?".

"Kalo dirumah nya setiap aku kesana cuman ada bibi yang mantu-bantu disana. Tapi kata dokter Daniel punya papa kok. Tapi dokter ga bilang papa Daniel dimana".

Terlihat dokter baru saja keluar dari ruang itu. Aku mulai menatap dokter itu risau, semoga ada kabar baik. Kumohon tuhan.

"Dok, gimana?".

"Daniel bisa ngelewatin masa kritisnya". Seru dokter itu dengan tersenyum lega.

Aku menghela nafa lega. Aku mampu tersenyum dan menghapus air mataku. Yurin dan Kak Rico pun terdengar mengucap syukur.

"Terima kasih engkau telah mendengar doaku yaAllah". Ucapku.

"Terima kasih dokter, terima kasih banyak".

"Sama-sama. Jangan temui Daniel dulu ya. Mungkin 6jam kemudian kalian baru bisa menemuinya".

"Iya dok terima kasih".

Laki-laki dengan jas putih itu pergi meninggalkan kami bertiga. Aku mengintip Daniel darii balik kaca.

Syukurla dia berhasil melewati ini. Ia benar-benar laki-laki yang kuat.

~~~

"Kamu buat aku khawatir Daniel, aku takut". Seruku dengan isakan kecil menatap Daniel yang sudah sadar.

"Maafin aku Ca". Lirihnya menggenggam tanganku.

Yurin dan kak Rici duduk disofa  hanya diam membiarkan aku dan Daniel berbicara.

Diana Alexa [selesai]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang