"park miyeon-sshi?" Wanita bernama Park Miyeon tersebut menoleh, ah! Ternyata sahabatnya.
Miyeon tersenyum tipis tanpa mengeluarkan sepatah katapun dan membiarkan pria ini berjongkok di sebelahnya.
"Bagaimana kabarmu, mi?" Tanya pria itu sekedar basa-basi.
"Aku baik baik saja, kwon soonyoung." Aneh. Rasanya aneh ketika Miyeon memanggilnya seperti itu, bagaimana bisa nama sahabatnya ini sama seperti nama Ayahnya?
Miyeon menutup mulutnya dan menatap sendu ke arah batu nisa yang bertuliskan nama Ibunya, Lee Suyeon.
"Hoshi," panggil Miyeon, Hoshi menolehkan kepalanya ke arah Miyeon dan tersenyum manis hingga matanya membentuk sebuah garis.
"Makasih untuk semuanya, termasuk.. kau yang masih mau berteman denganku setelah semua-
"Hussh! Kau tidak bisa berbicara seperti itu. Kau tahu takdir kan? Kau percaya Tuhan kan? Tuhan pasti membantumu, Tuhan tidak pernah tidur, Mi." Ujar Hoshi.
"Terima kasih, soon.."
Dan saat itu lah, Kwon Soonyoung kembali melihat orang yang dia sayang meneteskan air matanya setelah sekian lamanya.
Terakhir kali disaat Miyeon melihat Ayahnya yang tengah bercumbu di gang sempit di jalanan dan wanita itu bukan Ibunya.
13 tahun yang lalu, tepat di hari ulang tahunnya.
• • • •
"Jadi? Gimana perkembangannya?"
"Yah, gitu gitu aja. Polisi belum nemuin bukti bukti. Pembunuhnya pinter dan licik, tau aja kalau dia ninggalin barang bukti bakal ada yang tahu."
"Iya, yaa.. wah wah, rumit nih udah kayak gue sama gebetan gue aja,"
"Yeee~ si goblok malah curhat! Sana ke mamah Dedeh kalau mau curhat,"
"Ogah, yang ada dapet ceramah gak boleh pacaran. Tau sendiri kan? Orang tua tua, sukanya percaya takhayul."
"Kapan ada kesempatan bunuh jinyoung sih? Dia diem diem menghanyutkan entar."
Renjun menajamkan pendengarannya, lagi dan lagi dia mendengar suara seseorang, dengan hati hati agar teman temannya tidak tahu jika dia sedang menolehkan kepalanya ke arah kanan, kiri, namun tidak ada siapa siapa kecuali, dirinya dan teman teman.
Namun, ternyata Renjun tidak sendirian..
..rupanya Lee Felix juga bisa mendengarkan kalimat yang sama, selain dirinya dan Han Jisung.
• • • •
"Ahh.. kenapa jadi rindu rumah ya? Jiyeon juga gak nge-chat gue lagi, dia gak ngasih kabar atau gimana sih?" Siyeon terus terusan menggerutu ketika melihat kontak kakaknya yang lima menit lebih tua darinya itu,
Last seen 10.10
Huft.
Ting!
Bomin🐣
Online
| Yeon, siap siap gih
| Hari ini ada jadwal check up, gak lupa kan?
| Gue udah di depan pintu lo nihAh iyah! Hari ini jadwalnya check up, hampir saja dia lupa untung ada Bomin. Hehehehe.
Setelah mengirim balasan kepada Bomin, Siyeon berlari kecil ke kamarnya untuk bersiap-siap.
• • • •
"Ngapain pakai masker segala sih? Nanti sesak loh," tegur Bomin yang sudah kesal karena Siyeon tak kunjung mendengarkan ucapannya sedari tadi.
"Ih, nanti kalau ada yang kenal sama gue gimana??"
"Gak bakalan, lagian ini jam pelajaran, mana mungkin ada yang bolos apalagi bolosnya ke rumah sakit. Gila kali ya,"
"Ih, bomin! Lo sendiri bolos yha!"
"Kan ini demi you aegi."
"Jijik, min."
Ditengah perdebatan kecil mereka, perawat membuka pintu dan memanggil nama Siyeon.
"Park siyeon-sshi? Silahkan ini giliran anda," perawat tersebut tersenyum ramah ke arah Siyeon dan Bomin.
Setelah melakukan pemeriksaan dan sedikit diberi penjelasan dari dokter, akhirnya Siyeon selesai hanya.. Bomin yang tengah sibuk berkonsultasi ke dokter tersebut sehingga Siyeon sendiri bosan.
Ceklek-
Pintu terbuka disusul masuknya dua orang dan perawat tadi, sepertinya mereka pasien selanjutnya.
Siyeon yang sedari tadi membuka maskernya membalikkan badannya dan matanya bertemu dengan seseorang yang dia rindukan selama ini.
"Jiyeon?"
"Siyeon?"
• • TBC • •
wekawekaweka.. kakakakaka...
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Responsible - L.jeno Ft.00L✓
Fanfiction(COMPLETED) [16+] "salah satu dari mereka berkhianat. Tidak ada lagi yang namanya persahabatan." © Kubukansupermen,2020