[27]

281 20 0
                                    

Warn!!++⚠️⚠️








"Fuck! Son Eric!" Yeji mengumpat, ingin rasanya dia memukul pria ini bertubi-tubi namun kedua tangan pria ini cukup kuat untuk menahan kedua tangannya.

Eric menyunggingkan smirknya, "kamu gak kangen sama aku? Kita udah lama gak ketemu loh? Pasti anak kita kangen sama ayahnya 'kan?"

Yeji ingin menampar, namun kedua tangannya masih dicekal. "Shit! Jangan berbicara, Son Eric! Mulutmu penuh dosa!"

Bukannya takut, Eric malah tertawa. Namun, Yeji sedikit takut mendengar tawanya, "kamu sudah mengumpat dua kali, Ji. Sekali lagi maka kamu gak akan selamat."

"Damn! Tutup mulut kotormu itu!"

Sret—

Eric merobek piyama satin milik Yeji. Dan sialnya wanita itu tidak memakai bra. Eric menyunggingkan senyumnya. Sudah kebiasaan wanita saat tidur tidak akan memakai bra.

"Wow, kayaknya Junkyu pinter banget ya? Sampai dada kamu berisi gini? Padahal 'kan saat masih sama aku gak sebesar ini." Eric berujar.

"Fuck! Berhenti bicara—ahhh! Son Erichh sshhh... Ahhh Fuck!" Wanita itu mengumpat tertahan ketika merasakan tangan Eric meremas dadanya. Sial.

"Kenapa, hm?" Tanya Eric tanpa rasa bersalahnya mencium dan menghisap leher Yeji.

Lagi lagi, wanita itu menggigit bibir bawahnya kuat agar tak mengeluarkan desahan.

"Ahhh... Shit!" Pria ini terlalu pandai membuatnya bersuara. Kini kedua tangan Yeji sudah bebas, sedangkan kedua tangan Eric melingkar di pinggangnya.

Eric memainkan lidahnya di puting milik Yeji, satu tangannya digunakan untuk meremas dada yang satunya.

"Ahhh.. Eric! Stop it.. ssshhh..." Namun bukannya berhenti, pria itu malah menghisap putingnya kuat kuat dan membuat air susunya keluar.

"Hm? Jadi ini rasanya nyusu?" Eric bergumam tertahan. Kedua tangan Yeji berada di kepala Eric, berusaha menjauhkan wajah Eric dari dadanya.

"ERIC! air susu gue habis nanti!" Sentak Yeji, namun susah sekali menjauhkan pria ini.

"Ya udah, nanti aku bantuin biar air susunya keluar lagi." Jawab Eric enteng.

"Ric, gue tahu semuanya." Ucap Yeji. Eric tidak memusingkan apa yang dikatakan wanita itu dan terus melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

"Gue tahu lo itu saudaraan sama Soobin."

"Gue tahu semuanya, Ric."

"Gue tahu kalau yang bunuh Sanha itu Soobin. Gue tahu----hmpphhh!!!" Eric lagi lagi menyumpal bibir Yeji dengan bibirnya, dan melumatnya kasar, dia tidak peduli lagi jika wanita ini kehabisan pasokan udaranya.

"Erihmmphhh..."

Pria itu menggendong Yeji layaknya koala dan membawa wanita itu ke lantai atas. Tanpa melepaskan lumatannya.

BRAK!

Setelah mengunci pintu kamar Yeji, kini Eric membaringkan tubuh Yeji diatas kasur dan menindihnya. Tangannya sudah menjamahi setiap inci tubuh Yeji dengan kasar.

"Ahhh... Eric! Ya!" Yeji memekik keras saat merasakan ada sesuatu yang masuk kedalam tubuhnya sangat dalam, hanya dengan sekali sentakan. Gila.

Milik Eric benar benar memenuhi miliknya, Yeji tak habis pikir. Bagaimana jika Junkyu tiba tiba pulang ke rumah? Apa dia akan diceraikan?! Sungguh, Yeji takut.

"Diem.. sshh.." Eric berbisik, tak menghiraukan teriakan Yeji dan terus menggerakkan tubuhnya,

/Aaaaa mian mian mian😭/

Oeekkk... Oekkk...

Suara tangisan bayi laki laki mampu membuat Eric berhenti. Tubuhnya membeku. Pria bersurai pirang ini menatap Yeji yang berada di bawahnya --dengan peluh yang membasahi tubuhnya-- dengan tatapan yang sulit diartikan.

Nafsunya mendadak hilang ketika mendengar suara tangisan tersebut, hatinya bergetar hebat dan jantungnya bergemuruh.

Mengabaikan Yeji, Eric turun dari ranjang dan pergi menghampiri kasur bayi yang terletak di dekat sofa.

Begitu sampai disana, ia melihat bayi laki-laki yang menangis kencang, wajahnya memerah karena dibiarkan terus menangis dan air matanya tak berhenti mengalir.

"Dia..." Tanpa sadar, air mata Eric menetes, melihat bayi itu...seakan membawanya ke masa lalu.

Bayi itu... sangat mirip dengannya ketika masih bayi, bedanya hanya matanya yang terlalu sipit seperti Yeji.

Sepertinya jika besar nanti Eric perlu membelikan bayi itu kacamata atau obat agar bisa melihat dengan jelas. Tidak, bercanda.





Disisi lain...

Sunwoo, Hyunjin, Felix dan Jisung telah sampai di perumahan bloom bloom, mereka sudah berdiri di depan rumah bercat putih bernomor 12. Tentunya mereka tahu pemilik rumah itu.

"Jin, ini kan.."

"Iya, ini rumahnya Yeji sama Junkyu." Sela Hyunjin sebelum Jisung melanjutkan perkataannya.

Mereka mulai membuka pagar rumah bersama, namun saat sampai di depan pintu—pintunya dikunci dari dalam.

"Aduh.. gimana nih?" Tanya Jisung.


Ting!

Ponsel mereka berbunyi bersama, mereka segera mengambil ponsel mereka dan melihat ada pesan apa.

Orang gila🖕

| Wah...
| Lebih baik kalian kembali pulang.
| Kalian sudah terlambat.

Kening mereka menyatu, "terlambat apaan maksudnya?" Tanya Jisung kesal, merasa dipermainkan dia segera pergi meninggalkan rumah Yeji-Junkyu.

"Lah? Ngambek dia.."

; Tbc

Maafkan aku ya Tuhan T^T

[1] Responsible - L.jeno Ft.00L✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang