12. Kerabat yang Mengejutkan

221 79 4
                                    

Satu dari sekian bagian terpenting

***

Sharon masih ditawan dalam ruangan yang sama. Ia berusaha mengutak-atik lubang kunci dengan sebatang kawat yang tak sengaja ia temukan. Hampir sejam dia berlagak jenius, namun yang ia dapat hanya kenyataan kalau dia memang tidak punya keahlian dalam hal itu. Sampai kemudian, ia bersorak girang dalam hati saat mendengar bunyi klik yang sudah ia nantikan.

Di luar ekspetasi, pintu itu lebih dulu terbuka secara kasar sebelum ia sendiri sempat menyadari perlu membukanya cepat-cepat. Ia kembali berpikir kalau tingkat kepintarannya sendiri patut dipertanyakan. Pasalnya, ia mendapati fakta bahwa kunci pintu itu rupanya tidak terbuka karena usahanya.

"Oh, lihat gadis kecil kita."

Sharon nyaris mendengus jika kejengkelan itu tidak tenggelam karena ketakutannya sendiri.

Kehadiran pria jangkung berkaos hitam lengkap dengan celana jins kusut-tua-tak-bermode itu meningkatkan kewaspadaan Sharon. Kalian akan mengenalnya sebagai Ralph Ballard. Yang menatapnya dengan penuh kesombongan, dengan pengendalian ketenangan yang menjengkelkan--mengingatkan Sharon pada Harvleon saking miripnya mereka dalam hal keangkuhan. Astaga! Sharon mengakui bahwa sekarang ia lebih berharap pria itu datang dengan segala keangkuhan dan menyelamatkannya dari iblis di depannya ini.

Sharon mundur, menjaga jarak dengan pria itu yang sekarang berperan sebagai serigala. Namun, ketika pria itu menyeringai, reaksi berantai dalam otaknya hanya berujung pada pelepasan hormon epinefrin yang tak dapat ia cegah. Dia berusaha menampilkan tatapan menantang semenyeramkan yang ia bisa. Walau tubuhnya mulai merinding kala pria itu semakin mendekat.

"Seorang Alvonsio," matanya yang biru gelap bergerak semakin ke bawah, mengamati Sharon, sementara ia berkata, "hidup dengan dolar, dan semalam tinggal di sini? Cukup mengejutkan bahwa kau masih hidup tanpa mengeluh sedikitpun." Ia kembali menatap mata Sharon, dan murung dibuat-buat. "Ayo, ceritakan mimpi burukmu. Atau kau bahkan tidak tertidur karena kedinginan?"

"Tidak. Aku tidur seperti bayi."

"Lalu mengapa ekspresimu demikian?" tukas Ralph. Tapi Sharon cukup mengantisipasi dengan belati--setidaknya dalam artian ucapan--yang tersembunyi di balik nada penuh tipuan itu. "Wanita cantik akan lebih anggun jika tersenyum. Dan kau sangat cantik, apalagi dengan statusmu sebagai Nyonya Besar Alvonsio, yang hampir sederajat dengan bangsawan. Apa kau keberatan dengan fakta yang kukatakan barusan?"

Sharon berkelit ke samping, ia tahu kalau satu meter di belakangnya sudah ada tembok. Ia tak cukup bodoh untuk tetap lurus mundur dan membiarkan tubuhnya mendapati jalan buntu. Menyingkir--atau setidaknya hanya memutari ruangan itu--mungkin mampu membuatnya bertahan selama yang diizinkan nasib. Walau mungkin hasilnya hanyalah penguluran waktu saja sebelum pria berengsek itu menikamnya. Bahkan langkah-langkah bodoh itu sampai membuat posisi keduanya bertukar. Sharon sekarang membelakangi pintu.

"Luar biasa," pria itu berkomentar. "Kau cukup lama bersikap tenang. Sangat menarik."

"Kau tidak punya hak untuk menilaiku!"

Ralph tertawa. "Apa dalam ruangan ini terlihat seperti hukum hak masih berlaku?" Ia tersenyum sinis. "Maaf, aku berhasil mengecewakanmu kali ini karena perkataanku yang terdengar sangat benar."

Dia sudah dulu tersenyum culas sebelum berhenti melangkah dan bersedekap. "Nona, aku lelah bermain kucing dan tikus denganmu," katanya ringan. "Sekarang mari kita permudah. Kau hanya perlu menjawab, apa kode akses apartemen mewah kalian,"--kemudian dengan nada yang sepenuhnya mengejek--"kau dan suamimu?"

Memories and Salvation ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang