25. Rumah Rahasia Hutan Schlieswig-Holstien

217 69 17
                                    

Entah setelah berapa lama, Harvleon terbangun dan mendapati dirinya diikat dalam keadaan duduk di kursi. Yang lebih mengejutkan adalah ada seorang gadis yang sedang menodongkan pistol tepat di dahinya. Paling mencengangkan, sosok gadis itu sendiri.

"Sharon?" tanyanya sulit percaya. Dia tidak sebodoh itu untuk menyimpulkan yang ia lihat adalah hantu. Tapi....

Ceklik!

Gadis itu tidak main-main, dia menggertak Harvleon dengan menekan pelatuk, menyiapkan amunisi. "Sekali lagi kau bilang aku Sharon," ancam gadis itu dingin, "siapkan diri menghadap Kristus!"

"Aku sudah sadar untuk dapat mengenalimu," tambah Harvleon semakin membuat gadis itu muak.

"Matamu masih normal jika melihat sosok Sharon. Tapi perlu kaucamkan bahwa aku. bukan. Sharon!" Gadis itu menekan ujung pistol di tengah dahi Harvleon seperti dia menekankan setiap kata-katanya. "Bersumpahlah kau akan mendengarkan penjelasanku dan memercayai ucapanku dengan patuh jika kau ingin tahu apa yang terjadi!"

Tidak bisa dipercaya. Misteri takdir macam apa yang sedang disuguhkan Tuhan di depan Harvleon? Dia tidak buta, gadis itu mirip sekali dengan Sharon. Hanya berbeda pada warna rambut—dia mewarnai rambutnya menjadi abu-abu dengan gaya ombre. Apa pun itu, hanya gadis itulah yang bisa memberinya pencerahan dengan semua keanehan yang terjadi.

Harvleon akhirnya mengangguk. "Dan siapa kau?"

Ia berdecak dan menekan pistolnya lagi. Dan dengan tatapan kejam nan tegas, membuat Harvleon sedikit berjengit. "Bersumpahlah lebih dulu, keparat!"

"Baiklah, aku bersumpah."

Gadis itu mundur dan menyimpan pistol di balik jaket kulitnya. Ia mendengus, kemudian menaikkan bajunya dan menampakkan tanda kehitaman di bawah bra. Tepat di samping sebuah bekas luka. Harvleon tahu kalau Sharon tidak mempunyai tanda itu. Sebagai lulusan Stanford yang berkualitas—sekalipun bukan di bidang biologi, melainkan bisnis—Harvleon menduga bisa saja dia kembaran Sharon.

"Kau sudah mengenalku sebagai." Gadis itu menjeda kalimatnya untuk menampilkan seringai jail di bibirnya. "Charlotte Whitelady."

Harvleon mengernyit bingung. Ia pikir, bukankah Sharon itu Charlotte? Is it a fucking joke?

"Biar aku ceritakan tentang diriku lebih dulu."

***

4 tahun lalu

Charlotte ditawan dalam kamar apartemen mewah di salah satu gedung di Munich. Dia tahu persis di mana dia berada sekarang. Dia pernah datang ke tempat itu sebelumnya. Hanya saja tidak dalam keadaan tertawan seperti sekarang.

Ia begitu bersyukur pada Tuhan karena masih memberinya kesempatan. Pertolongan yang begitu membantu. Dua hari lalu, seorang pelayan merasa simpati dengan keadaannya. Dia berbaik hati meminjamkan ponsel untuk Charlotte ketika bertugas menyiapkan pemandian. Charlotte kemudian mengingatkan dirinya bahwa dialah yang meminta bantuan pada pelayan itu, bukan sepenuhnya keinginan sang pelayan.

Mereka bersekongkol dan tidak terendus oleh penjaga. Apalagi dari pengetahuan si penculik Charlotte—teman kencannya sendiri, Bernard Niels. Bajingan muda yang sambil menyelam, dapat ikan. Seorang pengusaha properti di Jerman. Setelah ini, Charlotte ingin bersorak kalau dia tidak sebodoh yang pria itu pikir.

Bernard bertemu dengan Charlotte beberapa waktu lalu di sebuah kasino di Las Vegas. Bernard langsung jatuh cinta dengan wanita cantik itu. Awalnya, mereka berhubungan dengan baik tapi Charlotte tidak ingin berkomitmen. Charlotte adalah tipe orang yang tidak ingin begitu serius dalam masalah asmara. Dan katakan, Bernard adalah seorang yang posesif dan begitu keras kepala. Dia bersikeras untuk memilik Charlotte. Ia menculik gadis itu dan memaksanya menikah dengannya.

Memories and Salvation ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang