Alvonsio

1.3K 142 64
                                    

Manhattan, New York, United States

Seperti biasa, pelayan membawakan koran harian untuk Harvleon di jam sembilan. Kantor utama Alvonsio sibuk sampai jam delapan malam, tapi tak pernah ditutup kecuali hari libur.

Harvleon mengambil koran, lalu melemparkannya ke keranjang sampah persis ketika pelayan menutup pintu, meskipun pintu itu merupakan kaca dengan tak lebih dari setengahnya adalah bagian buram. Sisi ruangan yang lain justru sepenuhnya transparan, sesuatu yang mereka fungsikan sebagai dinding. Keadaan sempurna bagi musuh di luar, atau dalam gedung, untuk menembak mati sang bos.

"Saya lihat," dari sudut ruangan, persis di depan mesin cetak, Alexie Spenlonale berkomentar sambil menata dokumen baru yang ia perlukan, "Nona Morgan semakin berani."

Menahan umpatan, Harvleon menanggapi asisten pribadinya itu dengan suara nyaris menggeram, "Nekat. Tentu saja itu kata yang lebih cocok untuk kelakuan wanita sinting itu." Kalau Nona Morgan berhasil membuatnya tidak waras, Harvleon telah membanting komputer di depannya detik ini juga.

Belle Morgan baru membuatnya sakit kepala sejauh ini.

Alexie menyeringai. "Saya heran Anda belum mengusir saya." Setelah membicarakan Belle Morgan, tunangan Harvleon.

"Aku ingin kau menghubungi koki untuk menghidangkan jerohan Mr. Morgan malam ini, Lex. Itu saja."

"Itu kedengarannya memang seperti bajingan Alvonsio, Sir." Alexie menjadi tegang setelah mengucapkannya. Ketika senyuman melukis tipis bibir Italia Harvleon, pria itu meneruskan, "Saya khawatir jika saya hanya mampu mengabarkan tentang kemunduran sang earl." --yang menawarkan kerjasama konyol dengan perusahaannya.

Harvleon mengeluarkan suara mendengus pelan. "Sudah kuduga rencana kita membuatnya tidak betah dengan peraturan yang sedikit dipersulit akan berhasil tanpa perlu menamparnya." Meskipun Harvleon mengambil risiko mendapat pandangan buruk dari para kenalan sang earl. Persetan para hidung ningrat itu. Ia tak pernah membayangkan dirinya mau berurusan dengan orang-orang dari kerajaan Inggris. "Kau pasti juga setuju pria angkuh itu hidup memakan kebodohan."

"Ya, Sir." Perlahan, Alexie menjadi lega mengetahui Harvleon tidak menganggap perkataannya kurang ajar setelah menyebut sang bos sebagai bajingan. Semenit kemudian, Alexie sudah pergi setelah menegaskan ia mengerti tugasnya dan berpamitan. Berubah menjadi detektif di bawah perintah langsung dari Harvleon untuk menyelidiki keluarga Morgan yang merepotkan.

Belum lewat lima menit suasana ruang itu tenang, Harvleon mendengar suara pintu dibuka. Sambil mengumpat pelan, ia mendongak ke arah seorang wanita muda yang berjalan ke arahnya. Sekretaris utama Harvleon, Clarissel Vander, melotot padanya. Demi Tuhan, pria itu nyaris berteriak ia tidak mau mendengar komentar wanita itu juga.

"Hentikan ketololan ini, Harvleon!" Wanita itu melempar koran di hadapan Harvleon. Bentuk kertas yang terlipat justru membuat satu-satunya bagian yang terlihat adalah foto ciuman Harvleon dan super model dari California, Belle Morgan, yang merupakan tunangannya. Harvleon tidak akan terkejut jika nama mereka masih dimuat dalam koran itu selama setengah tahun ke depan. "Bisakah kau menyuruh seseorang untuk menggorok leher gadis ini?"

"Aku tidak keberatan untuk melakukannya sendiri, Miss Vander. Terima kasih."

"Lalu mengapa kau tidak juga menyangkal semua berita ini?" Vander, wanita setengah Italia yang perhatian itu, adalah kolega-serasa-saudara Harvleon. Ia siap mencekik Belle sampai gadis itu mati. Untungnya ia tak pernah mendapat kesempatan itu karena Harvleon sendiri berusaha tidak mempertemukan mereka. Sudah cukup masalah yang dihadapi Vander, ia tidak perlu dipenjara karena membunuh jalang satu itu.

Memories and Salvation ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang