Tubuh lemas Sharon yang tadinya tergeletak di lantai mulai bergerak. Seketika pula ketakutan menyerangnya. Ia berusaha melepaskan benda aneh yang membungkus kepalanya. Terbekap seperti itu membuatnya terbatuk-batuk. Kemudian, secara naluriah, matanya mendelik mengamati ruangan tanpa perabotan itu. Pengap, kotor, dan redup. Berapa lama dia tak sadarkan diri?
"Ya, bangunlah, Putri Tidur!"
Suara dari belakang itu tak mengandung kengerian, tapi membawa sentuhan kejut pada Sharon. Refleks ia menoleh dan berusaha menyingkir karena takut. Keterkejutan lebih menohoknya saat tahu siapa pemilik suara sinis tadi.
Sharon bergidik. "Belle?"
Senyuman culas, mata abu-abu yang kelam, bagai gambaran kebencian yang buruk. "Aku tersanjung kau masih mengingatku, Sharon."
Sharon bungkam saat melihat dua pria di belakang Belle. Salah satunya ia kenal sebagai Alan, pria yang hampir melecehkannya di pantai Daytona. Mereka semua memasang tampang pongah yang tentu saja puas dengan raut ketakutan Sharon.
"Terlalu menyedihkan untuk menjadi seorang Alvonsio," Belle mencibir, lalu begitu saja pergi. "Urus dia!"
Sharon merangkak mundur saat Alan mendekatinya. Tapi naas, ia hanyalah kelinci dalam terkaman singa. Lengannya seakan hampir putus dengan tarikan kasar Alan.
"Lepaskan aku." Ia nyaris mengembik.
Alan mengunci kedua lengan Sharon ke belakang dan menyentak wanita itu untuk berjalan.
"Lepaskan aku!" rengeknya lagi.
Alan berhenti di depan pintu ruangan itu. Ia mengendus rambut Sharon yang antah berantah dengan kunciran hampir lepas. Ia mengecup belakang daun telinganya. Sharon merinding ketakutan. Pikirannya seolah tertelan kembali ke kejadian waktu lalu. Ini tak akan lebih buruk, kan?
"Bahkan," kata Alan, "berantakan begini kau lebih menggoda."
Sharon tak yakin kata-kata menjijikkan itu yang mampu membuatnya tiba-tiba lemas, kepalanya pening. Gejolak di lambungnya melilit-lilit. Sekonyong-konyong mual tak terkendali mengejutkannya. Saat ruangan seolah tampak diputar-putar, isi perut Sharon tersentak keluar melalui rongga mulut.
Alan spontan melepaskan cengkeramannya--namun demikian, tetap saja bukan hal baik untuk Sharon--membuatnya tersungkur hampir mengenai muntahannya sendiri. Alan menjauh, merasa jijik dengan wanita muntah. "Belle," teriaknya, "gadis sialan ini muntah!"
Sang bos datang dan mendapati Sharon yang tersimpuh. Ia menyuruh Alan untuk kembali mengevakuasinya. Tapi pria itu, sambil menggeleng dengan tatapan jijik, mengatakan penolakannya dengan terang-terangan, "Tidak. Suruh saja Ralph!"
Belle menautkan alisnya. "Oh?" dengan nada dari seseorang yang terbiasa memerintah, ia berkata santai, namun penuh ancaman. "Kau mengidap mysophobia?"
"Tentu tidak. Hanya, itu menjijikan."
Jika saja keadaannya bukan demikian, niscaya tawa Sharon meledak.
"Kalau begitu, kembalilah pada para rentenir, Sciama!" ancam Belle.
Alan mendecak dan kembali menarik Sharon. Mata emerald itu bertemu dengan kebengisan manik abu-abu milik Belle yang mengerikan. Gadis itu mendekat. Tangannya yang sehalus satin membelai perut Sharon, memberikan sensasi seolah tangan itu punya kemampuan untuk menembus sampai ke organ terdalamnya.
Tidak mengubah intensitas ancaman dari tatapan matanya, Belle berkata, mirip geraman, "Harvleon junior, hah?"
Sharon tercengang. Otaknya--atau lebih tepatnya egonya--menampik gagasan mengejutkan dari Belle. "Aku tidak hamil!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories and Salvation ✓
Storie d'amoreHarvleon, putra tunggal keluarga Alvonsio, terdesak oleh syarat dari keluarganya di Perancis yang mengharuskannya menikah secepat mungkin. Belle Morgan, wanita licik yang bertahun-tahun mengincar pria itu, memanfaatkan situasi itu sehingga berhasil...