Awal Kehancuran

4.2K 221 5
                                    

Hamil itu ternyata tidak gampang. Punya baby lucu, chubby, menggemaskan seperti impian banyak wanita bukan. Pada trisemester awal kehamilan, jangankan untuk dandan, berdiri saja aku sempoyongan. Muntah tiada henti, belum lagi produksi liurku menyeruak sehingga aku harus menyiapkan tisu seabrek untuk menyekanya. Semua badanku terasa sakit dan apapun yang dimakan tidak ada yang enak.

Tapi semua itu harus tetap disyukuri dan dinikmati sembari bekerja sendirian diluar kota. Tampa kehadiran suami, pulang pergi sendiri mengendarai mobilku. Perih memang, tapi hidup harus terus berlanjut.

"Kenapa loe gak berhenti kerja aja sih Tian...?!"

Sahabatku Hana mengawali obrolan siang itu di jam istirahat kantor.

"Kasian gua liat loe, udah hamil, tu badan gak ke urus, masih kerja, bawa mobil kemana-mana sendirian lagi...."

"Tu laki Loe apa gunanya?! Masa bini hamil gini dibiarin apa-apa sendiri.., kalo Loe kenapa-napa, dia gak mikir apa pake otak soaknya..."

Hana menggerutu sambil menusuk menusuk ayam goreng dipiring makan siangnya.

"Hush.. kok ngomong gitu sih Loe han... I'm fine, selagi gua kuat, gua usahain sendiri Han... Arya kan kerja juga"

"Lagian kalau berhenti sekarang biaya buat lahiran itu mahal han... Belum lagi buat kebutuhan baby"

" Ya ampun Tian, Loe minta Ama ntu laki... Dia suami Loe, coba gua tanya dia udah kasih uang belanja belom? Gajinya aja Loe ngak dikasih! Loe terlalu baik... Gak pernah mintak, laki Loe ntu kerja diperusahaan farmasi... Ya pasti cukuplah buat kalian"

"Hush udah ah...gua malas bahas ini...."

Segera kusuap salad dihadapanku, walaupun terasa serat untuk menelannya. Aku kesal Hana sudah terlalu jauh, tapi dia ada benarnya juga sih.., hmmm tapi tetap saja perkataannya sangat menyinggungku.

Hana adalah sahabat baikku. Aku sering curhat masalah-masalahku padanya, dia teman yang bisa menjaga rahasia. Ia ibarat tong sampah berjalan tempat memuntahkan kepelikan hidupku. Tapi kadang celetukannya itu aaargh sangat sarkasme.

Aku tak mau ceritakan masalah ini pada mertua ataupun orang tuaku, karna ini kan bumbu rumah tanggaku. Selagi bisa, disimpan sendiri atau ya tuangkan saja pada Hana. Aku berharap Arya akan segera menyadari bahwa dia sudah punya istri yang harus di nafkahi tanpa harus diminta dulu. Apakah dia tidak peka? ataukah dia memang tidak tahu akan kewajibannya sebagai seorang suami. Pernah aku tanyakan beberapa kali secara halus tapi dia hanya diam saja. Kukira dia akan mengerti apalagi kami akan memiliki baby. Aku harus selalu percaya kepada suamiku. Mungkin dia sedang menabung uang untuk kebutuhan lahiranku nanti dan juga kebutuhan bayi kami kelak.

Meski..., hingga menginjak tujuh bulan pernikahan kami ia masih belum memberikanku nafkah keperluan rumah tangga kami. Begitu juga kewajiban untuk persiapan lahiran dan kebutuhan bayi. Kemana saja penghasilannya, apa dia ada keperluan lain. Mengapa suamiku tidak pernah sharing kepadaku istrinya tentang keuangan keluarga kecil kami.

**** Bdh ****

Bulan keempat kehamilanku kami memutuskan untuk babymoon ke Bali. Setelah Arya mendapatkan bonus tahunan cukup besar dari kantornya. Wah..! jangan ditanya, rasanya bahagia sekali karena sebelumnya kami hanya honeymoon dikota suamiku saja. Kali ini rasanya sangat jauh berbeda. Apalagi kepergian bulan madu kami sudah bersama si calon baby yang sangat kami nantikan.

Seminggu di Bali rasanya sangat manis. Setiap malam bercumbu indah. Kini aku tau aku hanya suuzon terhadap Arya. Ternyata ia menyiapkan kejutan yang sangat manis untukku. Dinner romantis di kapal pesiar dengan menu-menu seafood kesukaanku. Rasanya aku adalah wanita paling berbahagia, begitupun calon bayi kami, Mom happy, baby happy!.

"Suamiku, terimakasih..." ku kecup mesra pipi Arya selesai dinner malam indah itu.

Rasanya tidak ingin pulang karena harus kembali jauh. Kembali bekerja dan sendiri lagi. Tapi aku tak pernah membahas bagaimana kelanjutan pekerjaanku jikalau permintaan pindahku tak kunjung disetujui. Aku seakan lari dari kenyataan yang membelenggu itu.

Dan lagi aku tak ingin merusak malam yang indah ini.

***** Bdh *****

Pukul 02:00 dini hari aku tersentak, bunyi pemberitahuan dilayar androidku berbunyi. Saatku menoleh kesamping kanan kulihat Arya masih asik bermain game dihandphone miliknya. Segera kubuka handphoneku dan kulihat ada sebuah Direct Masage dari Arya di Instagramku.

Dari : I gede Arya Devanda

" Tatiana...."

Aku tersenyum sangat lebar melihat pesan singkat yang suamiku. Rasanya begitu menggelitik. "Lucu sekali ini suamiku, orang lagi tidur pake diDM segala, hmmm... mungkin ada kejutan lagi nih. Atau mungkin dia nggak bisa ngomong secara langsung" batinku. Segera kuketik balasan dari pesan singkat suamiku itu.

Dari : Tatiana
"Ya sayang.... Makasih ya buat dinner indah malam ini"

Setelah pesan terkirim, segera ku pejamkan kembali netraku yang amat berat karena kantuk. Sembari memeluk Arya yang masih saja sibuk bermain game.

Saat pagi menjelang, aku mulai membuka mata dan kulihat Arya tertidur amat pulas disampingku. Aku mencoba bangkit kemudian duduk dengan berhati-hati takut membangunkannya. Setelah kesadaranku mulai pulih, Aku segera mengambil handpone membuka kembali DM Instagramku. Kulihat pada pukul 02:30 malam ada satu balasan lagi dari Arya.

Dari :I gede Arya Devanda

"Ya....."

Hanya Dua ketikan huruf saja.

"Dasar.., ini suamiku susahnya ngomong langsung sama istrinya juga" pikirku sembari tersenyum lebar mengawali hari.

Jam dihandphoneku sudah menunjukkan pukul 08:00 pagi. Aku segera beranjak dari ranjang karena harus segera berberes dan mandi. Kumulai dengan menyiapkan semua barang-barang dikoper karena kami harus kembali ke kota suamiku. Hari ini adalah hari terakhir kami diBali, keberangkatan pesawat kami pukul dua siang ini.

Setelah semua barang terasa lengkap dan sesuai pada tempatnya. Segera kubawa handuk dan berjalan ke kamar mandi. Namun, langkahku tiba-tiba harus terhenti.

Handphone arya bergetar diatas nakas, terlihat sebuah panggilan masuk dari nomor tak dikenal. Tampa menunggu lama, dengan sigap segera kuangkat panggilan masuk itu, takut membangunkan Arya yang masih terlelap dengan pulas.

"Hallo......... Hallo........." ujarku halus mulai menyapa penelepon pagi itu.

Telepon tersebut seketika mati, terputus. "Siapa yang menelepon pagi pagi begini ya? ah... mungkin orang kantor Arya ada keperluan" batinku. Segera kuletakkan handphone Arya ketempat semula namun beberapa saat kemudian, sebelum mendarat sempurna di atas nakas sebuah pesan baru masuk di Handphone Arya.

Pesan dari nomor tak dikenal yang baru saja menelepon. Nomor itu mengirimkan sebuah foto. Kulihat jelas isi pesan itu, sebuah foto tas kerja Arya diatas meja santai dan didepannya ada seseorang yang duduk namun ditutupi stiker emoticon smile yang besar sehingga tak terlihat jelas itu siapa.

Hatiku berdegup kencang. Sangat kencang.., aku tertegun cukup lam, sampai tak bisa berkata-kata. Aku harus apa?! membalas pesan ini, atau haruskah aku memeriksa handphone arya?. Bukankah aku percaya pada suamiku, itu sama saja aku melangkahi privasinya.

Aku masih berdiri kaku menggenggam erat Handphone Arya ditanganku. Aku tertegun dengan sejuta kecamuk di hatiku, mematung cukup lama linglung menerka madsut pesan itu. Butuh banyak waktu untukku memastikan kebenaran isi pesan ini. Pesan singkat dengan sejuta arti.

*****

BAD HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang