MIMPI YANG ANEH

45 1 0
                                    


Jam melaju detik demi detik. Tak terasa waktu pulang sudah dekat. Hanya ada kepala yang menunduk seajuh mata memandang. Surabaya adalah kota tempat gedung ini berdiri.

"Bosan," hanya kata itu yang bisa aku ucapkan dan pikirkan. Papan putih itu sudah penuh dengan uraian. Kepala ini sudah lelah memahami semua itu.

Kring....... Bel tanda pelajaran selesai.

"Silahkan tugas ini dikumpulkan pada pertemuan berikutnya ya..." kata terakhir dari ibu guru sebelum keluar dari kelas. Suara tawa canda teman-temanku memecah kesunyian sore itu.

"Pulang dulu Rino!" sapa Arsen sebelum keluar dari kelas dengan muka riang dan melambai padaku. "Ya, jangan lupa tugasnya!" jawabku hampir tanpa ekspresi.

Akhirnya tinggal aku sendiri. Hanya deru pendingin ruangan dengan hawa dingin yang menusuk. Benakku masih memahami situasi dan ilmu yang telah dijelaskan hari ini serta tugas yang harus saya kerjakan.

Aku terpaku memandang papan pengumuman, saksi bisu dari keseharianku dan kelasku. Sederet tulisan tugas dan tanggal memenuhi papan itu. Hanya tanggal dan tugas yang ada dibenakku yang harus aku selesaikan.

"Jumat ada ulangan matematika dan bahasa Jepang, lalu ada tugas bahasa Indonesia," gumamku sambil membaca papan itu. Belum lagi laporan hasil praktikum yang harus aku kumpulkan.

"Biarin kalau ulangan, yang penting tugas dulu. Kalau ulangan bisa belajar sebelum waktunya," dalam benakku.

Kamis itu aku pulang sekitar pukul 16.00 karena harus menuggu orangtuaku. Pelajaran selesai pukul 15.00 dan langsung pulang pada setiap hari sekolah kecuali hari Rabu dan Kamis karena orangtuaku pulang lebih sore pada hari tersebut.

Biasanya aku pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas atau melakukan hal yang lai sembari menuggu orangtuaku pulang. Tentunya karena ada koneksi wifi di tempat itu, aku lebih bersemangat menghabiskan waktuku di sana.

Layar laptop dan Hp menemaniku berselancar dalam system informasi yang paling canggih, internet. Belajar bukanlah hal yang utama dalam jadwalku sepulang sekolah, karena menurutku aku sudah belajar selama hampir 8 jam. Bisa dibayangakan bahwa jam belajarku sama dengan waktu tidurku.

Banyak sekali artikel dan wacana yang aku buka. Hp-ku tidak bisa diam menerima notifikasi dari media sosial yang ada. Tak bisa disalahkan memang, tetapi itu sedikit menggagu terutama di perpustakaan.

Untuk memecah keheningan, aku memutar musik dengan pelan agar tidak mengganggu yang lain. Sambil bermain permainan video yang aku suka, aku juga mengerjakan tugas yang bisa aku kerjakan.

Tentu hanya aku mengerjakan sebagian dari semua tugas. Tanpa sadar waktu cepat berlalu. waktu pulang sudah dekat dan orangtuaku sudah mulai menghubungiku. Bergegas aku keluar dari perpustakaan untuk pulang ke rumah. Perbincanganku dengan orangtuaku berlangsung biasa.

"Bagaimana sekolahmu? Semua baikkan?" tanya ayahku.

"Baik," balasku. Hanya kata itu yang mampu menggambarkan keadaanku untuk selalu bersyukur apapun yang terjadi. Aku memang bukan anak yang ekspresif dan terbuka. Akan tetapi, ada suatu hal yang tidak mampu aku jelaskan.

Sepanjang perjalan pulang, aku hanya melihat-lihat yang ada di dalam sosial media. Siapa sangka akan ada sesuatu yang menarik. Tetapi hanya ada kabar biasa yang tidak terlalu penting menurutku. Banyak dari notifikasi hanya tentang tugas, ulangan dan lain-lain.

Karena itu, aku memutuskan untuk melihat pemandangan sepanjang perjalanan. Sidoarjo tidaklah jauh, mungkin sekitar 20 menit jika menggunakan jalan tol. Motor yang tidak mau kalah, truk besar yang tidak mau tau nasib pengendara lain, pejalan kaki yang kesana-kemari, pohon di pinggir jalan menjadi penonton setia suasana tersebut. Ditambah seberkas sinar matahari yang menyilaukan mata.

Memang aku tidak bisa mendengar suara dari luar dengan jelas. Aku hanya bisa termenung menyaksikan semua kejadian itu. Benakku seakan mengambil alih kesadaranku dan mempermainkan pikiranku.

Tak terasa rumahku sudah dekat. Anjingku tiada berhenti berteriak menyambut kami dengan gembira. Hanya perut lapar yang dapat kurasa. Walaupun belum malam, perutku tidak tahan untuk diisi.

Kala ingin mengambil pakaian untuk membersihakan diri, cermin besar dilemari menggambarkan diriku. Seorang remaja laki-laki yang tinggi besar. Dengan hitamnya kulit dan kacamata hitam yang tak pernah lepas darinya. Tanpa kusadari aku sudah mulai dewasa. Kenangan pahit dan manis terpancar dari cermin itu.

"Ternyata aku sudah sebesar ini," benakku berpikir. Sepanjang hidup hanya aku habiskan untuk setumpuk buku. Dikala yang lain lebih suka ke pergi ke kafe, aku habiskan saja waktuku untuk membaca.

Mungkin aku sudah jarang membaca buku. Kemajuan teknologi membuatku beralih ke laptop dan Hp-ku. Tapi terkadang, ada tipuan yang jahat dibaliknya.

Lambat laun malam mulai datang. Dikamar yang terang bersama perangkat elektronikku serta tugas-tugasku, aku merebah diri untuk melepas penat. Terpikirku untuk mengerjakannya, tetapi pikiranku sudah bosan.

"Ah, setelah ini lebih baik aku bersantai dengan bermain gameku," hanya kalimat itu yang ada di benakku. Tanpaku sadari hari mulai malam, dan waktu tidurku sudah dekat. Mata ini terasa berat, dan ternyata aku tertidur.

Dalam tidur, akupun tebangun. Berusaha melihat jam, tetapi hanya gelap yang ada. Kacamata hitam ada disebelahku. Segera aku memakainya dan lampu kunyalakan. Ternyata masih pukul 02.05 dini hari.

Entah mengapa dalam benakku tergambar mimpi yang kualami. Sensasinya sangat nyata bahkan rasa sakitnya masih terasa. Walaupun aku berharap itu hanya gigitan nyamuk, tetapi rasanya tidak biasa.

Sejenak kuberpikir apakah mimipiku tadi berhubungan. Memang aku mimpi tentang orang yang sedang berduel. Tapi dalam hal ini, aku yang sedang berduel. Aku mencoba untuk mengingat penampilan lawanku. Tapi semua sia-sia, yang tampak hanya sesosok yang yang serba hitam.

"Aneh, biasanya aku sering lupa dengan mimpiku, tapi kali ini kok semua terasa jelas?" pikirku dalam kebingungan.

"Mungkin karena aku terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak, lebih baik kembali tidur," ujarku. Yang menjadi permasalahan adalah, aku harus bangun pukul 04.30. tersisa kurang lebih dua setengah jam yang tesisa untuk melanjutkan tidurku.

"Mungkin lebih baik jika aku melanjutkan tugas atau belajar untuk ulangan mendatang," benakku berpikir. Memang rencana awal adalah belajar. Tetapi karena sudah mulai bosan pada akhirnya permainan video yang aku buka dalam laptopku.

Pagi pun berlalu, sampailahku di sekolah. Aku pun duduk terdiam di kelas. Memang belum banyak anak sehingga suasanapun menjadi sunyi senyap. Mimpi aneh yang aku dapat tak bisa lepas dari pikiranku. Kuputuskan mencari arti mimpi tersebut dalam internet.

Terkejut aku membacanya. Berdasarkan kepercayaan orang jawa, berkelahi berarti memiliki masalah dengan orang yang kita lawan. Tetapi, yang aku lawan adalah orang yang auranya sangat gelap dan serba hitam.

Tempat lain mengatakan bahwa itu adalah pertanda buruk karena akan mendapat tanggung jawab yang berat. Terdiam aku memikirkannya. Kepalaku bahkan tak sanggup mencerna apa yang telah kubaca tadi.

Kring!....... bel masuk berbunyi memecah fokusku. Pelajaran akan segera dimulai dan guruku sudah masuk dan siap memberi materi. Yah, hari itu memang sedikit membosankan karena tidak terlalu banyak tugas yang harus kukerjakan. Hal yang membuatku sedikit bersemangat adalah ada pelajaran kesukaanku, bahasa Jepang ditambah ada praktikum kimia pada jam terakhir.

AnemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang