Aku bersama Kairo sampai di sebuah kerumunan orang yang sedang berjual beli. Banyak sekali barang dan makanan yang ada membuatku ingin membelinya. Sayangnya dompet yang kering mengurungkan niatku.
"Oh iya, aku hampir lupa memberitahukan ini. Panggil aku Woka jika aku dalam wujud ini. Itu adalah sebutanku dalam wujudku," jelas Kairo.
"Baiklah Kai, maksudku Woka. Itu artinya namaku dalam wujudku ini adalah Gento bukan? Tidak buruk juga," jawabku.
"Bagus kalau kau mengerti. Bukan tanpa alasan aku menyuruhmu untuk memakai wujud ini. Kita bisa berbelanja alat yang kau perlukan untuk nanti. Setelah itu, kita akan bertamu dengan para penjaga lain di sini," Woka terus terang.
"Baiklah, tapi bagaimana kalau orang lain melihat kita berbelanja? Aku cukup penasaran dengan yang mereka lihat," ungkapku.
"Tenanglah, mereka akan melihat kita sedang berbelanja biasa. Untungnya aku membawa jubah yang cukup besar untuk menutupi rupa kita. Beberapa penjual di sini adalah penyihir putih yang menyediakan perlengkapan kita," jelas Woka sambil mengambil jubah bersarnya yang gelap dan tebuat dari kulit sintetis.
"Hah?! Maksudmu wujud kita ini bisa dilihat orang? Padahal Hamaklori bilang kalau....." perkataanku diputus Hamaklori.
"Maaf, tetapi mungkin zaman ini berbeda pada zamanku. Mungkin pada saat ini beberapa orang sudah bisa melihat anemon dan wujud ini karena proses evolusi yang cukup panjang. Aku baru mengetahuinya setelah Shojino menceritakan kejadiannya kepadaku," potong Hamaklori dari dalam permata di kalungku.
"Itu benar, kita harus lebih berhati-hati untuk menjaga identitas mereka. Cukup antar penjaga dan kita saja yang boleh tau tentang identitas asli kita untuk berjaga-jaga dalam situasi terburuk," lanjut Woka.
"Selain itu, para penjahat itu bisa menyerangmu melain orang-orang terdekatmu untuk memaksamu untuk menyerahkan kami," Ucap Shojino daro dalam kalung. Suaranya yang berat membuatku sedikit terkejut karena dia belum berbicara padaku sejak aku melihatnya.
"Baiklah aku mengerti. Tetapi bagaimana aku menyamarkan identitasku? Semua orang di sini akan melihatku sebagai Siluman Harimau putih karena aku tidak bisa menutupi tubuhku. Hanya ada kaos dan celana yang tadi aku barusan pakai. Sebenarnya masih banyak yang ingin aku tanyakan, tetapi aku akan mnyimpannya itu nanti. Untuk saat ini, aku akan mengikuti arahanmu demi kebaikanmu dan kebaikanku," aku terus terang karena banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalaku seperti iklan baris.
"Ah, aku lupa kalau aku akan membawa seseorang. Hmm.... Lebih baik kau pakai saja, badanmu di wujud ini lebih besar daripada aku. Aku bisa bersembunyi dengan aman kalau kau yang memakai jubah ini. Aku akan arahkan jalannya," Woka menyarankan.
Akupun menyetujuinya. Untungnya jubah itu cukup besar dan pas di badanku. Setekah Woka bersembunyi di belakangku, kami berjalan memasuki kerumunan itu. Banyak sekali orang pada waktu itu, mungkin karena itu adalah hari raya Halloween. Karena kerumunan ini cukup ramai, terpaksa aku harus menerobos kerumunan itu dengan sedikit kasar.
"Hei, Woka. Sebenarnya ini dimana? Aku merasa kalau tempat ini bukan di Indonesia," tanyaku sambil berjalan.
"Kau belum sadar juga ya? Ini pasar yang terkenal di Bolivia, pasar penyihir yang menyajikan benda-benda antik yang dulu digunakan oleh para penyihir pada masanya. Hanya saja, barang itu malah menjadi barang yang antik dan memiliki harga yang tinggi untuk dijual. Akhirnya, banyak orang yang memproduksinya untuk dijual dan dijadikan koleksi," jelas Woka selama perjalanan.
"Ternyata ada juga pasar seperti ini ya. Kebetulan karena ini Halloween, banyak orang yang ingin menghias rumahnya dengan barang antik seperti ini. Mungkin aku harus membeli satu dan memajangnya di rumah, hehe....." candaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anemon
FantasíaTorino Einsaldo merupakan seorang murid SMA biasa. Kehidupannya berubah setelah bertemu Hamaklori, semacam roh yang disebut "Anemon". Karena kemampuan Hamaklori, Torino dapat berubah menjadi Gento, sang Harimau Putih legendaris, yang dicari oleh org...