FAKTA YANG MENJADI MITOS

1 0 0
                                        

Lomba hari itu selesai. Lega rasanya telah melewati semua berbagai dalam lomba. Malam nanti, akan ada sebuah pertunjukan di sebuah opera didekat candi yang terkenal, Candi Prambanan. Aku sudah lama ingin melihat pertunjukan opera yang ada di sana.

"Hei, Torino. Kau hebat sekali bisa menguasai keadaan tadi! Pasti kemenagan ada di tangan kita," ujar Sino padaku.

"Hehehe.... Kamu bagaimana?" tanyaku kembali.

"Yah, menyebalkan. Ternyata penelitianku sudah ada yang meneliti dan dosen itu adalah dosen pembimbing dari penelitian itu. Ya sudah, apa boleh buat," Keluh Sino.

"Hmmm, itu menyesakan. Paling tidak kita bisa menikmati pertunjukan opera di Candi Prambanan. Bukankah itu adalah salah satu hal meyenangkan yang belum pernah kita lakukan? Pasti asik," ujarku menghibur Sino.

"Hah, Prambanan apanya, kita tidak pergi ke panggung opera yang di Prambanan itu. Kita akan pergi ke opera lain yang berada di dekat sana. Kabarnya, ada sebuah cerita menarik dari opera itu. Mitos Ramayana itu membosankan," jelas Sino.

"Jadi, kita tidak akan melihat Rama dan Sinta? Hah, baiklah. Setidaknya ada cerita baru yang bisa aku ketahui. Apakah itu sebuah cerita menarik? Beri aku bocoran lah....." ujarku memaksa Sino memberi tahu sedikit tentang cerita yng akan diangkat.

"Yah mana aku tau. Aku dengar sih katanya ada hubungannya dengan kekuatan mistis. Mungkin cerita yang sudah lama sekali dan hampir dilupakan oleh masyarakat. Konon, bukan hanya di sini, tetapi seluruh dunia pun pernah mendengar hal ini. Cerita ini pernah menjadi legenda dan diceritakan kemana-mana. Sayangnya, cerita itu hanya sedikit yang ditulis dan masih tidak tau bagaimana kelanjutannya," jelas Sino,

"Hah? Jangan membuatku tambah bingung, kamu taukan kalau aku baru saja memeras otakku hingga ke titik maksimal? Memang cerita apa itu?" tanyaku dengan kebingungan.

"Aku juga kurang tau. Aku hanya mendengarnya dari pihak panitia. Kita lihat saja nanti," ucap Sino padaku.

Kedengarannya cerita itu akan sangat menarik. Aku sudah tidak sabar untuk menonton opera tersebut. Kami bersama semua peserta lomba dari berbagai kota pergi ke pertunjukan itu sebagai penutup hari.

Aku hanya melihat jalanan. Untungnya Hp-ku dalam keadaan yang prima. Tetapi aku berjaga-jaga dengan membawa power bank yang aku bawa dari rumah. Tentu aku tidak mau melewatkan momen yang berharga dalam pertunjukan tersebut.

Perjalanan dari tempat kami berlomba ke opera sedikit jauh. Menurut perkiraanku, kira-kira butuh waktu sejam apabila tidak macet. Sino sepertinya masih kesal dengan kata-kata dari dosen yang mengujinya. Sepertinya aku harus cari teman bicara lain untuk sementara. Tetapi mata ini sudah tidak kuat menahan kantuk lagi. Ditambah, pertarunganku yang melelahkan malam kemarin.

Aku merasakan kalau badanku nyeri. Ini mungkin karena aku sudah jarang berolahraga karena lomba ini. Aku masih ragu kalau aku bisa mengelilingi lapangan basket sebanyak sepuluh kali seperti dulu lagi. Ditambah lagi, sepertinya berat badanku terus naik dikarenakan tekanan yang aku hadapi. Kalau begini terus, kata-kata Sino bisa jadi nyata.

Sampailah kami di opera tersebut. Opera yang kami tuju adalah sebuah opera terbuka dengan Candi Prambanan sebagai latar utamanya. Ketiga candi utama dari Candi Prambanan itu disinari dengan lampu putih yang terang dan memberi nuansa mistis.

"Apakah kita yakin tidak ada di Prambanan? Lihat, bahkan candinya saja digunakan sebagai latar belakang," gurauku pada Sino.

"Yah, aku juga tidak tau. Tapi, kita tidak sedang pegi ke candinya bukan? Kita ke sini untuk menonton sebuah pertunjukan. Panggung utama dari Candi Prambanan harusnya masih beberapa meter mengitari candi. Ini hanya sebuah opera lainnya saja yang menampilkan cerita selain cerita hindu seperti Ramayana, Mahabarata, dan lainnya," jelas Sino.

AnemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang