Kami para penjaga sedang mencoba menghentikan makhluk besar dan jelek itu. Naga hitam itu memang besar dan berat untuk dikalahkan. Bahkan dengan kekuatan kami semua, itu masih belum cukup.
"Haha, aku sudah katakan pada kalian dengan cara damai. Sekarang, ini yang kalian inginkan bukan?" kata naga itu.
"Dia bisa bicara juga?" tanya Hairo terheran.
"Siapa kau sebenarnya!" seru Woka padanya.
"Aku, panggil saja aku Volk!" jawabnya.
"Volk?" kataku dengan heran.
"Sekarang, habislah kalian di hadapan kami!" serunya.
Volk mengibaskan ekornya yang kuat dan hal itu mneghancurkan segala bangunan yang ada di sekitarnya. Ini berbahaya, aku harus segera menjauh. Di sini juga tidak aman untuk melakukan perlawanan besar di sini. Hal ini akan memakan lebih banyak korban jiwa dari warga sipil yang ada.
Sayangnya, aku masih tidak sempat menghindar, sehingga aku terpental cukup jauh. Tidak hanya aku, tetapi juga Hairo dan Woka. Kali ini, rasaya sakit sekali. Aku bahkan sempat kesulitan untk berdiri. Aku rasa kami beruntung karena Maila telah membuatkan gelang ini untuk kami.
"Kalian tidak apa kan?" tanya Woka memastikan kami.
"Tentu saja. Memangnya siapa yang bisa mengalahkan singa perkasa sepertiku," jawab Hairo. Sepetinya sifat sombongnya tidak bisa diatur sepertiku rupanya.
"Aku juga di sini," jawabku.
"Syukurlah. Aku rasa kita harus memindahkan dia agar tidak terlalu banyak kerusakan yang merugikan," kata Woka.
"Itu benar, kalau seperti ini terus, bisa saja warga sipil akan terluka," tambah Hairo.
"Apa kita tidak bisa meneleportkan dia semudah meneleportkan manusia?" tanyaku pada Woka.
"Kalau memang bisa, aku pasti sudah merekomendasikannya sedari tadi. Tetapi, ukurannya terlalu besar. Bahkan untuk kita bersembilan pun mungkin tidak akan cukup," jawab Maila dari gelangku.
"Apakah tidak ada alternatif lain?" tanyaku.
"Aku sedang mengusahakannya," jawab Maila.
"Memangnya siapa lagi yang bisa membantu kita?" tannya Woka penasaran.
"Mereka sedang menuju ke sana. harusnya mereka sampai sebentar lagi," jelas Maila.
"Baiklah, setidaknya bantuan sudah datang. Kita harus lebih bersemangat!" Ryuno memberi semangat pada kami.
"Ya!" seru kami serempak.
Kami menjadi lebih bersemangat berkat itu. Serangan kami lancarkan kembali untuk mengalahkan makhluk besar dan jelek itu. Setiap orang dan makhluk pasti mempunyai kelemahan. Hanya saja, sulit sekali mencari kelemahannya.
"Kalian memang sangat keras kepala ternyata. Akulah makhluk terkuat di muka bumi ini. Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan gelap sekarang, dan Desprat akan bangkit. Dunia yang kami impikan akan terwujud," katanya.
"Mulutnya besar juga. Bagaimana kalau aku tutup mulutmu secara paksa, LASTRELICA!" seruku mengubah pedangku menjadi busur panah.
"Apa? Memnagnya kau bisa menutup mulutku dengan busurmu yang kecil itu hah, hahahaha" katanya mengejekku.
"Semuanya, serang mulutnya sekarang!" seruku meminta para penjaga lain menyerang mulutnya. Aku sudah memikirkan ini sejak lama. Mulutnya adalah salah satu bagian lemahnya kalau terbuka.
"Argh! Apa yang kalian lakukan??" kata Volk tersedak.
"Heh, sepertinya kau masih belum menyadari kelemahanmu. Sepertinya kau harus belajar untuk menutup mulutmu sejenak agar kau tida banyak bicara," kataku.
"Bagus Gento, itu ide yang brilian," puji Hairo.
"Kau sudah membuat kesalahan besar. Sepertinya aku tidak punya pilihan lain selain membawa anemon kalian walaupun tanpa nyawa kalian!" seru Volk si naga itu dengan amarah.
"Gento! Kami datang membantu," teriak beberapa orang dari belakangku.
"Apa?! Sino, Dewi, dan kau Riko. Mengapa kalian bisa sampai di sini," tanyaku kebingungan.
"Ah, ceritanya panjang," jawab Sino.
"Kita urus itu nanti. Sekarang, mari kita pindahkan arena kita ke tempat lain," kata Maila yang berada di belakang mereka.
"Baiklah, ayo kita lakukan!" seru Woka bersemangat mengetahui itu.
"Baiklah, kita ulangi dengan pengurungan. Dengan 12 orang, itu harusnya bisa menahan. Setelah itu, kita teleport dia bersama-sama. Aku harap ini dapat menghemat energi kalian," jelas Maila.
"Ya!" jawab kami serempak.
"Tunggu dulu, apakah mereka bisa melakukannya? Mereka ken belum bisa menggunakan sihir seperti kita," tanyaku pada Maila.
"Lihat dan tetap fokus. Kita harus selesaikan ini secepatnya," jawab Maila.
"Terserahlah, yang penting kita pindahkan dia terlebih dahulu," tanggapku pada Maila.
"Baiklah, semuanya sudah siap?" Maila memastikan.
"Siap!" jawab kami serempak.
"Baiklah, kita lakukan!" pimpin Maila.
"LUFERNO MEKALINA!" seru kami serempak membaca mantra untuk percobaan yang kedua kalianya. Kurungan itu lebih kuat dari sebelumnya. Walaupun tidak terlalu signifikan, setidaknya itu dapat menahannya.
"Biarkan aku yang memilihkan tempatnya. Kita lakukan bersama!" seru Maila melalui gelang kami.
"SAIKON!" seru kami bersama untuk memindahkannya ke suatu tempat.
Beberapa detik kemudian, kami sampai di suatu tempat yang lapang. Hanya da rerumputan dan pohon yang jarang. Cukup kesulitan untuk mengenali tempat itu karena keadaan yang cukup gelap walaupun sedang bulan purnama waktu itu. Untungnya, bagi seekor kucing sepertiku, melihat dalam gelap tidak menjadi masalah yang serius.
"Dimana kita? Aku kesulitan untuk melihat," kata Don sang beruang.
"Hah, sepertinya berung tidak dirangcang untuk melihat dalam gelap,' Woka menghela nafas.
"Setidaknya, aku masih bisa melihat kadal jelek itu,"
"Tenanglah, ini sudah hampir pagi. Kalian pasti dapat melihatnya dengan jelas nanti.
Aku sempat ketakutan kalau aku ketahuan tidak ada di rumah. Untungnya aku sudah menyiapkan sosok seperti bayanganku sendiri di rumah dengan sihirku.
"Kalian beraninya memindahku ke tempat yang gersang ini?! Kalian akan menyesali ini!" seru Volk sinaga hitam itu. Dari dalam mulutnya mulai ada seperti percikan api.
"Awas! Dia akan menyemburkan apinya!" seru Karl.
"Tidak akan aku biarkan!" Ryuno menghadapinya. Sebagai sesama naga, Ryuno juga bisa menyemburkan api birunya.
"Jangan Ryuno! Kau tidak tau yang kau hadapi!" teriak Nipo dari atas.
"Setidaknya akan aku gunakan kekuatan dari gelangku. Ini saatnya, MAXIMA!" jawab Ryuno. Mantra itu adalah mantra dari gelang yang diberi Maila. Aku ingat kalau itu hanya dapat digunakan sekali.
Volk dan Ryuno mengadu semburan api mereka. Api Volk memang besar dan merah, tetapi api biru Ryuno juga tidak kalah besar. Mungkin itu karena kekuatan dari gelang yang diberikan Maila pada kami. Gelang itu benar-benar hebat, kekuatan Ryuno seakan-akan tidak ada habisnya.
"Eh, apa ini? Aku tidak bisa mengendalikannya. Ada sesuatu dari dalam cincinku," seru Dewi.
"Ada apa ini?" tanyaku.
"Cahaya aneh apa itu yang keluar dari kalung Dewi? Bisakah kau jelaskan ini?" Tanya Sino pda Maila.
"Ini," ucapan Maila terpotong.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anemon
FantasiTorino Einsaldo merupakan seorang murid SMA biasa. Kehidupannya berubah setelah bertemu Hamaklori, semacam roh yang disebut "Anemon". Karena kemampuan Hamaklori, Torino dapat berubah menjadi Gento, sang Harimau Putih legendaris, yang dicari oleh org...